Sementara itu nilai-nilai tradisional tergugat eksistensinya, agama dan moralitas pun pada akhirnya menjadi sesuatu yang sangat jadul sehingga sikap dan prilaku pemuda jauh dari nilai-nilai agama dan karakter bangsa. Apabila semua itu terjadi maka dapat dipastikan akan melahirkan generasi muda yang rapuh dari sisi moralnya, dan ambigu terhadap permasalahan yang dihadapinya.
“Kasus sederhana yang terjadi dalam fenomena sosial remaja hari ini adalah lahirnya budaya populer yang merebak melalui media massa dan elektronik. Salah salah satu karakter dari budaya populer tersebut adalah pribadi yang instan dan cenderung melihat sesuatu dalam kaca mata kesenangan pribadi dan ini menurut saya sangat berbahaya bagi generasi akan datang,”ungkap Veki.
Menurut Veki, lahirnya budaya populer mengakibatkan terjadinya pergeseran nilai dan perubahan pandangan pemuda. Pergeseran nilai tersebut ditandai dengan hilangnya kesadaran akan peran dan fungsinya sebagai generasi penerus bangsa. Hari ini peranan keluarga sebagai pagar nilai dan karakter hilang bersama pergaulan remaja yang bebas dan tidak terkontrol. Akibatnya, muncul prilaku-prilaku yang menyimpang seperti, pergaulan bebas, free sex, narkoba, sehingga terjadinya degradasi moral yang dapat menghilangkan harapan bagsa terhadap remaja atau pemuda.
“Generasi muda sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lapisan bangsa ini yang dikenal sebagai tulang punggung masyarakat tentu mempunyai kewajiban besar untuk mengemban perbaikan bangsa ini. Oleh karena itu, kita harus merubah pola pikir bahwa sesungguhnya peranan pemuda sangat dinanti-nantikan oleh segenap lapisan masyarakat,”jelasnya.
Secara prinsip, menurut Veki seharusnya peranan pemuda senantiasa mengisi ruang kosong dalam masyarakata, yakni berperan secara alamiah dalam kepeloporan dan kepemimpinan dalam menggerakan potensi dan sumber daya yang ada pada masyarakat. Kepeloporan dan kepemimpinan tidak hanya dimaknai dalam keterlibatan pemuda dalam lingkaran kekuasaan pemerintahan, akan tetapi sejatinya kepemimpinan menghasilkan jiwa kepeloporan dalam melakukan perubahan masyarakat menuju yang lebih baik, meski tidak berada dalam kekuasaan yang strategis, sehingga kepeloporan itu dapat mengilhami masyarakat untuk termotivasi menjalani hidup dengan baik.
“Bukan disebut seorang pemuda apabila hanya membangga-banggakan para pendahulunya, tetapi sesungguhnya yang disebut pemuda adalah yang berikrar untuk senantiasa berbuat yang terbaik dengan kekuatan dirinya sendiri dan daerah,”tegas Veki. (Chris Bani)