Setelah angin menari di jalan-jalan,
membawa debu bersama tawa,
setelah merah-putih berkibar gagah
di tengah sabana yang menguning,
dan pesta rakyat menyalakan hari
dengan pameran, hadiah, dan pawai panjang—
kini tiba saat berpisah.
Oelamasi, engkau jadi panggung,
tempat riang dan riuh berpadu,
tempat anak-anak berlari
mengejar mimpi di atas aspal
dan tanah perkerasan,
tempat orang tua tersenyum
menyembunyikan letih di balik sorak.
Setelah cahaya lampu padam,
dan genderang perlahan diam,
tinggallah engkau, Oelamasi,
sebagai saksi bisu kemeriahan ini.
Di langitmu masih tertinggal gema,
di tanahmu masih terjaga jejak langkah.
Dan dalam hati setiap orang
tersisa satu rasa:
rindu yang akan kembali
di pesta tahun depan.
Oelamasi,
engkau bukan sekadar tempat,
engkau adalah elegi
yang menahan air mata bahagia
di tapak persatuan masyarakat
Heronimus Bani ~ Pemulung Aksara
Umi Nii Baki-Koro’oto, 21 Agustus 2025