Amarasi-InfoNTT.com,- Wisata Pantai Teres yang digadang-gadang menjadi salah satu wisata eksotis di Kabupaten Kupang terancam mubazir dan berdampak hukum. Hal ini disampaikan salah satu putra Amarasi yang juga anggota DPRD Kabupaten Kupang, Anthon Natun, ST.
Kepada media ini di lokasi Pantai Teres beberapa waktu lalu, Anthon Natun mengatakan, beberapa item proyek di lokasi pembangunan wisata sudah rusak. Ini dikarenakan pembangunan tempat wisata ini tanpa melalui kajian yang matang.
“Saya sudah pernah sampaikan ke forum termasuk kepada kadis parawisata bapak Piter Sabneno bahwa ketika memotong gunung atau istilah teknis cut lalu menguruk lembah itu menjadi pelataran. Saya lihat ketinggiannya kurang lebih tiga meter dan berdekatan dengan jalan hotmiks pantai selatan, maka area wisata ini dibuatlah tanggul, karena jika tidak ada tanggul bisa terjadi longsor ketika hujan lebat ditambah angin,” ujarnya.
Menurut Anthon, kajian yang baik akan menghasilkan kualitas yang baik dan bertahan lama. Apalagi area wisata gunungnya bukan perbatuan murni tetapi perbatuan lepas yang mengandung unsur material yang tidak mengikat satu dengan yang lain. Tim teknis harus profesional dalam menganalisa karena lokasi ini ketika terjadi hujan yang curahnya cukup tinggi berpotensi terjadi longsor.
“Sejak awal sudah saya peringati namun tidak direspon. Pekerjaan di Pantai Teres ini tidak dianalisa teknis secara baik dan jujur saja saya katakan bahwa mereka tidak memahami cara kerja yang benar dengan kajian teknis yang baik. Kalau mereka memahami maka tentu mendengarkan saya sejak awal karena saya orang teknis, tapi karena tidak mendengar dan hasilnya bisa dilihat sekarang, hampir pekerjaannya amburadul dan rusak. Bahkan tidak sesuai dengan harapan, ini tidak akan bertahan lama,” ungkapnya.
Politisi Hanura ini juga memastikan bahwa kerjanya sudah seperti ini maka berpotensi mubazir bahkan sudah terindikasi merugikan keuangan negara. Di mana ikon wisata yang dibangun harus melalui perhitungan yang matang bukan asal bangun, dan harusnya kualitas pun menjamin para pengunjung nyaman.
“Kita lihat saja, masa anggaran puluhan miliar hasilnya seperti itu. Ini cara kerja yang salah, apalagi lokasinya di pantai selatan. Tidak sekedar bangun saja begitu. Siapa yang mau pergi wisata kalau tiba-tiba longsor bagaimana? Pengunjung sementara duduk di lopo, tiba-tiba atapnya tertiup angin bagaimana? Jangan samakan bagian barat dan selatan dengan konsep pembangunan pantai selatan sama. Kekuatan anginnya berbeda. Ini mengganggu kenyamanan pengunjung,” ujarnya kesal.
Membangun wisata di pantai selatan menurut Anthon Natun, harus memahami teknisnya secara baik. Pembangunannya juga harus bekerjasama dengan BMKG, agar bisa membaca alam dan kondisi di sekitar wilayah pembangunan wisata.
“Saya katakan ini karena sekali lagi saya orang teknis. Jangan dengan anggaran yang luar biasa besar lalu sekedar membangun, itu orang goblok namanya. Masa bangun wisata pantai selatan tanpa hitung tekanan angin dan musim penghujan. Apalagi kita tahu bahwa pantai Teres berbatasan dengan Australia yang daerahnya terbuka, maka kita harus menganalisa kalau kekuatan angin sekian bisa bertahan tidak lopo-lopo tersebut,” tegasnya.
Anthon menuturkan, proyek wisata pantai Teres harus memakai sebuah struktur teknis yang bisa menahan ketika terjadi angin maksimal di pantai selatan, karena wilayah ini gelombang laut berbeda dengan pantai barat atau timur. Pantai selatan ini ada iklim tertentu yang ekstrim karena tekanan angin sangat tinggi.
Ia menambahkan, jika pembangunannya seperti saat ini dilakukan maka merugikan keuangan negara dan masyarakat serta pastinya berpotensi mubazir. Amburadulnya pembangunan Pantai Teres juga dikarenakan tidak ada kolaborasi antara dinas-dinas teknis di dalamnya.
“Bayangkan kalau pengunjung banyak dan kualitas bangunan lopo serta aulanya seperti sekarang kita lihat, bisa-bisa hancur dalam satu sentakan. Jujur, sebagai anak Amarasi saya kecewa, membangun tanpa mengkaji itu fatal sekali. Pembangunan Pantai Teres tidak akan bertahan. Masa bangun lopo modelnya begitu, atapnya pakai daun lagi, ditambah lantai aula sudah pecah dan tanahnya juga sudah pecah-pecah. Bangunlah yang baik untuk jadi kebanggaan masyarakat, bukan asal kerja seperti orang tidak paham,” ucapnya.
Anthon memberikan contoh pembangunan di pantai selatan yang baik seperti bangun lopo dari beton tidak bisa pakai kayu dan daun. Tentu bangunan yang kuat harus didukung dengan struktur beton yang bertulang bukan sekedar membangun lopo. Tapi jika sudah terjadi seperti sekarang maka akan mubasir dan berdampak hukum kedepan.
“Saya berharap kejadian ini jangan terulang lagi. Saya kritik karena itu wilayah Amarasi dan tentu saya sebagai wakil rakyat dari sana harus sampaikan kalau kerja sembarang seperti yang kita lihat sekarang maka akan bermasalah kedepan, baik masalah hukum, pembangunan hampa serta masyarakat takut berkunjung. Dana puluhan miliar tapi kerja seperti orang yang tidak memahami teknis. Kejar untung silahkan, tapi utamakan asas mamfaat serta kualitas pekerjaan juga,” tegasnya.
Anggota Komisi C DPRD Kabupaten Kupang ini mengingatkan pemkab agar pembangunan wisata di pantai Teres tidak sia-sia atau mubazir. Tujuan pembangunan wisata untuk meningkatkan PAD dari sektor kepariwisataan. Tapi perlu diingatkan apabila wisata Pantai Teres jangan sampai tidak sesuai peruntukannya.
“Perencanaan dan pembangunan sudah disepakati bersama antara Eksekutif dan Legeslatif dalam pembahasan anggaran. Untuk itu bangunan tersebut harus benar-benar bermanfaat dan sesuai tujuan awal. Jangan kemudian besok-besok pensiun dan lepas jabatan baru ada indikasi hukum yang membawa kita ke satu persoalan dan ini tentu sangat berbahaya,” tutupnya.
Laporan: Chris Bani