Kupang-InfoNTT.com,- Deasy Ballo Foeh, Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Kupang merupakan salah satu wakil rakyat panutan. Deasy Ballo Foeh sendiri merupakan “Role Model” bagi masyarakat khususnya di wilayah Dapil 1.
Kenapa Role Model? Karena wakil rakyat sesungguhnya adalah orang-orang yang dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum (Pemilu) untuk mewakili mereka dalam penyelenggaraan pemerintahan dan negara. Artinya wakil rakyat harus lebih banyak mendengar dan membela kepentingan rakyat banyak.
Alasan kuat lain masyarakat menganggap Deasy Ballo sebagai agen perubahan, karena salah satu wakil rakyat yang selalu setia bersama rakyat baik dalam keadaan susah maupun senang adalah Deasy Ballo Foeh.
Lihat saja bencana badai seroja yang menhantam wilayah NTT tanpa terkecuali Kabupaten Kupang. Warga Kupang Timur, khususnya di Oesao hingga Naibonat mengalami kerugian yang luar biasa, baik fisik maupun materil. Dalam keadaan darurat, Deasy Ballo hadir mengevakuasi warga yang terjebak banjir di wilayah Naibonat.
Bagi Deasy Ballo, status perempuan yang melekat padanya bukan penghalang untuk ikut membantu masyarakat menyelamatkan diri. “Ini bukan soal gender, tapi bagaiman kita sebagai manusia melihat sesama dengan hati. Kita sudah dikodratkan untuk saling mengasihi dan melayani, tanpa harus melihat latar belakangnya,” ujar Deasy.
Banyak lagi kegiatan sosial yang dilakukan Deasy Ballo kepada masyarakat Kabupaten Kupang. Anehnya, dismaping aktivitas sosial yang dilakukan, rumahnya sendiri sebenarnya juga ikut terkena dampak badai seroja namun hingga kini belum diurus. Dirinya mengutamakan kepentingan tanggap darurat bagi rakyat.
Hal yang sama terlihat pada, Senin (19/4) siang. Politisi PDI Perjuangan ini tumbuhkan semangat gotong royong bagi masyarakat Desa Kuanheum untuk memperbaiki kerusakan bendungan kali besar Noekele.
“Ini merupakan bentuk tanggung jawab saya selaku wakil rakyat, dan rasa sosial kepada sesama serta wujud gotong royong dalam membantu sesama,” ujarnya.
Bagi Deasy, masyarakat Noekele (Kuanheum) sangat luar biasa. Mereka mampu bekerja secara gotong royong. Kehadirannnya bukan sebagai pejabat, namun lebih pada saudara yang saling menopang saat badai seroja memporak-poranda wilayahnya.
“Saya datang melihat saudara-saudara saya yang lagi susah karena dampak badai seroja. Saya memberi dukungan moral dan semangat bagi para petani yang terdampak bencana,” ungkapnya.
Laporan: Chris Bani