Yogerens Leka Minta Para Kepala Desa Mendata Masyarakat yang Gagal Panen

Ketua Komisi II, Yogerens Leka (tengah) diapit Wakil Ketua Komisi II dan anggota Komisi II

Oelamasi-InfoNTT.com,- Intensitas curah hujan tahun 2020 sangat rendah, bahkan tidak merata. Hal ini mengakibatkan kondisi para petani di Kabupaten Kupang kemungkinan akan terjadi rawan pangan.

Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Kupang Yogerens Leka, kepada media ini, Sabtu (29/02/2020) mengakui bahwa pada Musrenbang di beberapa kecamatan yang diikutinya, banyak ditemui rawan pangan. Ini sudah disampaikan ke Bupati Kupang, Korinus Masneno agar disikapi.

Bacaan Lainnya

”Pak Bupati Kupang, Korinus Masneno sangat mengapresiasi laporan terkait kondisi tersebut. Melalui dinas Pertanian akan segera menindaklanjuti berbagai persoalan menyangkut rawan pangan di Kabupaten Kupang,” jelas politisi Nasdem ini.

Dirinya menambahkan, melalui Dinas Pertanian yakni OPD yang memahami teknis bidang pertanian, ketahanan pangan, dan Badan Bencana Alam, dalam beberapa kesempatan bersama DPRD sudah menjelaskan solusi serta melakukan pendataan.

Erens juga menghimbau para kepala desa untuk melakukan pendataan setiap warganya atau kelompok tani yang gagal panen. Selanjutnya bisa dilaporkan ke Dinas Pertanian ataupun lembaga DPRD agar ditindaklanjuti.

“Mayoritas masyarakat Kabupaten Kupang menanam padi dan jagung. Untuk jagung sendiri masih bisa dipanen, sedangkan padi sudah tidak ada harapan lagi. Ada juga bantuan dari Dinas Peranian yakni kacang hijau. Diharapkan benih yang sudah dibagikan pada tiap kelompok bosan segera disebar untuk ditanam sebagai langkah antisipasi,” jelasnya.

Dirinya juga meminta para kepala desa agar pro aktif mendata semua masyarakat agar segera diserahkan ke dinas teknis. Di mana data yang akurat akan segera disalurkan bantuan yang bisa tepat sasaran.

“Bantuan berupa beras yang nantinya akan dibagikan hanya kepada para petani yang mengalami rawan pangan. Jadi saya minta agar datanya benar-benar akurat, demi kesejahteraan masyarakat,” ungkapnya.

Sebagai wakil rakyat, dirinya juga berharap dinas teknis bisa menyiapkan bibit berupa sayur-sayuran, cabe dan lainnya, untuk langkah antisipasi. Selain bantuan pemerintah, masyarakat pun harus ikut berjuang mengatasi rawan pangan ini.

“Tuhan selalu memberikan kita hikmat, maka dengan kondisi seperti ini, kita tidak bisa salahkan Tuhan. Karena tentu Tuhan punya maksud, sebagai manusia kita juga harus berusaha menanam air sebanyak mungkin. Menanam air dengan sistem konservasi dan sistim rehabilitasi.  Sistem rehabilitasi, yakni masyarakat harus berusaha menanam sebanyak mungkin tanaman apa saja, entah itu jenis buah buahan dan pohon. Sekaligus ikut mendukung program Gubernur, yaitu kelor, karena kelor sangat cocok di daerah NTT ini. Mari kita belajar membiasakan diri untuk menanam,” ujar Erens.

Sedangkan sistem konservasi, yakni dibuat jebakan air agar ke depan yang mau lakukan pengeboran air, sudah bisa ada air tanah yang tersedia, sehingga sistem konservasi ini bisa dikatakan berskala besar.

Laporan: Sigit Seran

Pos terkait