InfoNTT.com-, Pembaca, yang saya hormati. Sampai dengan saat ini saya sungguh menghormati saudara-saudara yang sudi membaca tulisan-tulsian saya. Saya tulis apa saja yang saya rasa patut ditulis dari sudut pandang seorang guru di pedesaan, atau lebih tepatnya guru kampung, sebagaimana disematkan oleh Ketua Agupena Provinsi NTT kepada saya.
Pada saat saya menulis artikel ini, saya berada di Chiang Mai Thailand. Bagaimana ceritanya sampai saya ada di sini? Akh… Mungkin tidak terlalu penting, karena yang penting adalah apa yang akan saya lakukan di sini, bukan?
Sebenarnya saya tidak sendirian. Kami berlima. Empat orang sudah tiba di hotel ketika saya menulis artikel ini. Seorang rekan masih dalam perjalanan dari Kualalumpur-Malaysia untuk bergabung bersama kami. Padahal, sebenarnya teman yang satu itu sudah terlebih dahulu berangkat dua minggu sebelumnya di tempat dimana kami datangi sekarang. Namun, berhubung masa berada di Thailand berakhir, ia keluar sebentar ke Kualalumpur, lalu balik lagi ke Thailand. Mungkin beberapa jam lagi dia akan bersama kami di hotel yang sama.
Baiklah. Saya ajak pembaca menengok judul tulisan ini. Tentulah ada pertanyaan, mengapa atau sederhananya, kenapa geli dan gelisan?
Hahaha…
Kami berangkat dari kantor UBB GMIT di Kota Kupang, dengan diantar oleh Nus Snae. Dari Bandara Internasional El Tari Kupang kami menumpang pesawat Garuda Indonesia (Jumat,19/07/19). Ada rasa geli di sini. Ada teman yang butuh obat karena be aa be sedang kurang lancar. Nus Snae menghentikan mobil di depan apotik yang bersebelahan dengan bengkel sepeda motor. Begitu turun dari mobil ia menuju bengkel. Lalu, kami pikir, ia mau mencuci isi perut dengan oli mungkin. Haha..
Berhubung kami berangkat pada penerbangan siang hari, sorenya kami tiba di Denpasar. Lalu menginap di salah satu hotel di sana, namanya Puri Nusantara. Di sini pun ada rasa geli sekaligus gelisah. Bagiamana tidak? Dokumen buking kamar hampir tidak diketahui resepsionis. Mereka mengutak-atik jejak digital buking, sampai akhirnya menerima saja lembaran yang disodorkan ketua tim kami.
Aih… hampir saja tidur di emperan… haha…
Lalu kami harus membeli mata uang ThaiBath (TB). Kami menuju satu perusahan Money Changer. Stok terbatas. Kami berempat. Di tempat kedua,pun stok terbatas. Saya sarankankan untuk membeli dulu untuk dua orang. Sisanya akan dicarikan di tempat lain.
Singkat Cerita, akhirnya kami dapat membeli TB setelah saya menelpon seorang saudara yang sudah 17 tahun bekerja di Denpasar. Ia bersepeda motor sehingga saya dengannya mencari tempat-tempat penukaran uang. Kami menukarkan sejumlah uang di dua tempat berbeda, setelah berputar-putar di beberapa tempat di sekitar Tuban dan Jimbrana.
Akh… terasa sudah panjang kisah ini, mungkin seri pertama cukup dulu. Lanjutannya seri kedua tentang keberangkatan dari Denpasar ke Bangkok…
Nantikan segera