Konflik Israel – Palestina dan Donasi Kita

Simeon Sion

Kupang-InfoNTT.com,- Maraknya pro-kontra dukung mendukung Palestina-Israel terkait konflik sepekan ini, hampir menguasai seluruh jagat dunia. Demonstrasi, aksi galang dana bahkan ajakan jihad terjadi hampir di setiap negara. Tak sedikit pula yang mengutuk lantaran aksi ini sudah melanggar hukum perang, melanggar hukum agama, melanggar hak asasi manusia dan berbagai label pelanggaran lainnya yang layak disemat.

Tak ketinggalan negeri kita turut berempati atas derita yang dialami warga Palestina, mulai dari tokoh politik, penghulu agama hingga rakyat jelata. Berbagai bentuk aski, rela dilakonkan di tengah pandemi covid-19 ini. Kita menjadi lupa kalau di tanah Papua saat ini sedang berjatuhan korban meninggal dunia maupun luka-luka akibat kekerasan kelompok bersenjata OPM versus TNI-Polri. Kita lupa pula kekerasan teroris kelompok Mujahidin Indonesia Timur di Poso beberapa hari lalu yang membunuh secara keji empat orang petani setempat yang sedang mengerjakan kebunnya. Demikianpun korban badai siklon seroja 3-5  April lalu.

Bacaan Lainnya

Mendengar pernyataan guru besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara, Jenderal (Purn) AM Hendropriyono, bahwa Palestina dan Israel bukan urusan kita, melainkan urusan mereka, bangsa Arab dan Yahudi. Hal ini tertulis dalam lamanhttps://www.kilat.com//news/709/am-hendropriyono-palestina-dan-israel-bukan-urusan-kita.  

penulis menawarkan pandangan kita untuk perlu dicermati kembali. Dengan tidak menyinggung perasaan solidaritas kita akan negara Palestina. Kita diminta untuk bermenung sejenak membaca akar konflik yang pecah di jalur Gaza, Palestina beberapa hari terakhir ini sebelum kita memberi pandangan sekaligus melancarkan aksi menggalang kebaikan demi Palestina.

Mari kita hening sejenak mengenang nasib bangsa kita saat ini. Korban bencana alam Seroja maupun banjir bandang di beberapa daerah menyisahkan taruma dan derita yang hingga saat ini belum bisa terobati. Pertumpahan darah di Papua dan Poso belum menemukan tanda-tanda berakhir. Demikianpun masalah ideologi yang menjadi kepriahatinan jangka panjang.

Pemahaman ideologi khilafah dari waktu ke waktu semakin mencemaskan. Betapa tidak, mayoritas anak bangsa hingga aparatur negara dan aparat keamanan serta politisi di negeri ini terbuai di dalamnya. Pancasila kian dikesampingkan dan menjadi lupa kalau itu adalah warisan nenek  moyang yang digali dari akar budaya bangsa kita.

Boro-boro bela Palestina dan Israel, negara sendiri kita korbankan. Kita sedang membiarkan kriminal terjadi dalam negara kita. Kita sengaja tidak menguping aksi teror di Poso dan Papua. Kita selalu menganggap itu urusan Polisi dan tentara.

Sebagai masyarakat, kita tak memiliki andil dalam upaya penyelamatan bangsa.  Bangsa ini masih memiliki zona perjalanan waktu yang amat panjang. Di mana lagi anak cucu kita berpijak bila negara ini sudah tinggal nama di hari esok?  

Konflik Israel-Palestina memang menarik disimak sekaligus memberi pelajaran bagi kita.

Pertama, Istilah konflik Israel-Palestina perlu diluruskan. Penyebutan nama negara Israel dan nama negara Palestina adalah pemahaman tentang kedaulatan sebuah negara yang terstandar, artinya memiliki kedaulatan dan standar-standar lainnya.

Sementara dalam konflik yang terjadi adalah kondisi di mana Israel berperang melawan kelompok milisi Hamas yang menguasai wilayah jalur Gaza. Sebaliknya, bila dikaitkan dengan negara Palestina, mengapa presiden Palestina Mahmoud Abbas tidak menyerukan perang serta menyiapkan tentaranya untuk melawan pasukan zionis Israel?

Melihat kondisi ini, patutlah kita menyayangkan kalau rumor yang beredar adalah perang Israel versus Palestina.  Disini letak pemahaman kita yang keliru, sampai-sampai kita menyeret isu agama di dalamnya. Kedua negara memiliki warga dengan berbagai macam agama atau keyakinan, bukan hanya Yahudi dan Islam.

Kedua, ke mana kita harus memberi dukungan tatkala kedua kelompok ini saling mengklaim salah satu pihak yang melakukan serangan duluan, sedangkan pihak yang satu melakukan pembelaan diri dan membalas serangan. Dilematika pemahaman kita terjadi pada point ini. Bila kita membela Hamas atau membela Israel, apakah aksi keduanya sudah sesuai dengan pemahaman kita?Sementara dilain pihak, ada korban sipil dari kedua belah pihak yang menjadi korban.

Benar kalau AM Hendropriyono mengatakan biarkan itu menjadi urusan mereka sendiri, kita cukup mengurus bangsa kita sendiri dari berbagai ancaman yang terjadi.

Palestina dan Donasi Kita.

Keprihatinan kita akan bangsa Palestina adalah hal wajar dan manusiawi. Kedekatan emosional atas dasar agama menjadi pencetusnya. Bila merunut pada sejarah kemerdekaan Indonesia tahun 1945, Palestina  adalah satu-satunya negara di dunia yang mengakui kemerdekaan kita saat ituDemikian juga hubungan bilateral antara Indonesia dan Palestina yang sudah lama terjalin.

Saat ini banyak korban jiwa yang adalah masyarakat sipil berjatuhan dari pihak Palestina. Hal ini memantik emosi kita untuk segera mengulurkan tangan membantu mereka yang harus mengungsi akibat konflik tersebut.

Tapi perlu disadari bahwa pemerintah kita telah memikirkan hal ini. Sebelum donasi kita terkumpul, bantuan dari pemerintah telah sampai di Palestina melalui Palang Merah Internasional. Semoga saja donasi mandiri masyarakat Indonesia tidak salah alamat yang akhirnya merugikan kita sendiri, karena banyak kelompok, lembaga atau organisasi yang mengambil kesempatan dibalik konflik ini.

Aksi protes kita kiranya bukan emosi semata. Bukan berdasarkan sentimen agama atau politik tertentu. Kita percaya, ada pemerintah yang menjadi jembatan aspirasi kita dengan masyarakat Palestina. Kita paham yang dibela masyarakat sipil tak berdosa yang kadang diperalat oleh kedua kelompok untuk menjadi tameng dalam konflik ini, yang terpaksa harus kehilangan nyawa dan harta benda yang tak sedikit jumlahnya. Mereka harus mengungsi dan tinggal diperkemahan dengan fasilitas yang kurang memadai. Mereka akhirnya jatuh sakit bahkan meninggal dunia.

Donasi kita sudah sampe di tanah Palestina dan sudah memberi dampak positif bagi masyarakat yang menjadi korban konflik Israel dan Hamas. Dukungan moril menguatkan mereka bahwa mereka masih memiliki saudara dari belahan bumi lain di dunia ini.

Semoga dengan konflik Israel dan Hamas kembali mengingatkan kita akan saudara-saudara kita di Papua yang saat ini berada dibawah tekanan KKB OPM Papua, sanak saudara kita yang sedang menangis ditenda-tenda pengungsian akibat badai Siklon seroja awal April lalu, serta derita psikologis masyarakat Poso akibat ancaman teroris. Jangan lupa pula pemahaman ideolgi khilafah yang sedang merusak sendi kehidupan bangsa kita dan menjadi ancaman terbesar bangsa di masa yang akan datang.

Penulis: Simeon Sion 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *