Amarasi-InfoNTT.com,- Pengelolaan destinasi wisata Fatu Braon di Kecamatan Amarasi Selatan, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, mendapat kritikan dari pengunjung. Hal ini dikarenakan pengelolaan wisata tersebut dinilai amburadul.
Salah satu narasumber yang juga pengunjung Fatu Braon, Tomas Alfa Edison Nenoharan, ketika diwawancarai (19/6) mengatakan, dirinya bersama beberapa rekan guru meluangkan waktu mengunjungi Fatu Braon pada Sabtu, 17 Juni 2023 dengan konsep tour dan berwisata di Destinasi Wisata Braon.
“Ketika sampai pintu masuk Fatu Braon, saya dan teman-teman dikenakan biaya parkir motor Rp10.000. Kemudian naik ke Fatu Braon dan foto-foto bayar lagi Rp5.000, turun kembali dan ambil motor keluar dari lokasi wisata bayar lagi Rp10.000. Bagi saya ini manajemen yang sangat tolol dan bodoh, banyat destinasi wisata yang saya pernah kunjungi tapi manajemen tidak seperti yang saya alami di Fatu Braon,” ungkapnya.
Alfa Nenoharan juga menyampaikan kekecewaan terhadap Pemkab Kupang yang dinilai hanya asal membangun tanpa ada sistem manajemen pengelolaan wisata yang baik dan benar. Hal ini dianggap penting agar wisata yang digagas dan dibangun memiliki nilai jual yang tinggi serta mampu bersaing dengan lokasi wisata yang lain di Nusa Tenggara Timur.
“Tentu saya dan teman-teman sangat kecewa. Kok ada wisata yang dibangun menggunakan uang rakyat yang nilainya fantastis tapi hasilnya seperti. Baru diresmikan saja sudah seperti ini, apalagi satu dua tahun kedepan jika tidak dirubah maka destinasi wisata Fatu Braon dan Teres hanya tinggal kenangan,” ucapnya.
Menurut Alfa, Pemkab Kupang harus ikut andil dalam menyelesaikan masalah ini. Dinas terkait pun harus segera membenahi agar hal serupa dihilangkan dan tidak terjadi lagi di kemudian hari.
“Semestinya sebelum membuat suatu destinasi, SDM harus disiapkan, dievaluasi, diberikan pelatihan-pelatihan dan pimpinan daerah dan kepala dinas harus rutin turun lokasi sehingga bisa tahu kendala apa saja yang dialami petugas di lapangan,” harapnya.
Hal yang lebih aneh lagi dan menjadi perhatian menurut Alfa adalah pungutan liar di Pantai Teres. Saat dirinya bersama para pengunjung lain sedang menikmati santapan siang di Aula Pantai Teres, petugas tiga orang mendatangi pengunjung dan meminta bayaran Rp250.000.
“Para petugas ini bilang ke kami untuk harus bayar Rp250.000. Saya lalu meminta karcis namun tidak ada. Saya dan teman-teman beserta pengunjung yang lain lalu pindah menikmati santapan siang di pinggir pantai,” ujarnya.
Alfa berharap buruknya manajemen ini segera dibenahi, jika tidak maka anggaran puluhan miliar yang dipakai bangun Fatu Braon dan Pantai Teres tidak akan menghasilkan PAD bagi daerah karena pengunjung takut dan malas berkunjung.
Laporan: Chris Bani