Penulis dan Pembaca Buku Memperingati Hari Buku se-Dunia Tahun 2022
Saya mesti berkata jujur bahwa hari ini di sekolah-sekolah (SD khususnya) para guru belum sampai pada pengetahuan yang satu ini. Apa itu? Pengetahuan tentang Hari Buku se-Dunia yang ditetapkan oleh UNESCO pada tanggal 23 April 1995. Penetapannya dilangsungkan dalam suatu Konferensi UNESCO di Paris, Perancis setelah mendengarkan saran-saran dalam tulisan-tulisan yang dibuat oleh para penulis ternama di antaranya, Valencia Vicente Clavel Andres, dan akhirnya oleh Baroness Gail Rebuck menjadikan ide itu dan ide ikutan lainnya untuk menjadi landasan berdirinya Hari Buku Sedunia pada 1995 itu. Tujuan Hari Buku se-Dunia untuk membangkitkan minat baca pada kalangan anak-anak dan kaum muda. Pada masa itu dirasakan minat baca rendah pada kalangan anak-anak dan kaum muda.
Banyak manfaat dari kegiatan membaca buku, di antaranya menambah pengetahuan, menambah perbendaharaan kosa kata, memberi rangsangan untuk berpikir kritis analitis, meningkatkan daya konsentrasi, dan mendorong ketrampilan dan kemampuan menulis. Sejumlah artikel yang ditulis oleh banyak penulis mengurai manfaat dari membaca buku.
Portal berita online ANTARAJABAR dalam satu artikel pendek, 26 Januari 2022, di sana ada catatan bahwa minat baca orang Indonesia amat rendah, terbukti dari data yang ditunjukkan oleh UNESCO bahwa ada 1 dari 1000 orang yang punya minat baca. Sungguh suatu angka yang membuat kita harus menutup muka dengan dua belah tangan saja tidak cukup. Tetapi, apakah ini benar? Tentu UNESCO mempunyai alasan yang kuat karena telah melalui serangkaian observasi dan riset yang mendalam menggunakan pendekatan-pendekatan terstruktrur, sistematis yang dapat dipertanggungjawabkan.
Portal resmi Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (KemenkoPMK) https://www.kemenkopmk.go.id/ dalam suatu rilisnya menyebutkan bahwa tingkat literasi masyarkaat Indonesia memprihatikan. Padahal Pemerintah dan masyarakat telah sama-sama sedang berjalan menuju Indonesia Emas pada tahun 2045. Lalu, tingkat literasi yang masih memprihatinkan ini menunjukkan adanya ketidaksungguhan kita bersama menuju masa keemasan itu. Ini menjadi tantangan bagi masyarakat dan pemerintah untuk memacu kemampuan berliterasi paling kurang pada tiga kemampuan dasar yakni membaca, menulis dan menghitung (calistung). Kita sudah sampai pada masa dimana dunia digital begitu luar biasa pengaruhnya sehingga literasi digital rasanya sudah bukan barang baru, tetapi, dalam dunia literasi dasar yakni calistung itu patut mendapatkan perhatian. Bukankah ketika seseorang yang sudah melek perlengkapan digital mesti memiliki ketrampilan dasar membaca? Bukankah ia perlu memiliki ketrampilan menulis? Bukankah ia harus secara kritis mencermati suatu postingan di media daring untuk tidak terjebak hoax dan bully? Dan sejumlah hal lainnya.
Tahun 2022 ini, pada 23 April 2022 UNESCO menetapkan tema You are What You Read untuk memperingati Hari Buku se-Dunia. Apakah Anda yang sedang membaca tulisan ini sedang merayakannya?
Saya satu yang menyisipkan diri di barisan ujung tak terlihat kasat mata. Saya ikut merayakan Hari Buku se-Dunia tahun ini. Apa yang saya lakukan? Saya menulis artikel pendek ini di sini. Hari ini, secara khusus saya duduk membaca dan menulis pada portal berita infontt, blog saya sendiri, dan portal berita yang dikelola Sekretariat Majelis Jemaat Pniel Tefneno Koro’oto. Pada ketiga kanal itu saya tempatkan tulisan-tulisan saya sebagai cara untuk turut merayakan Hari Buku se-Dunia.
Penulis: Heronimus Bani