Mewujudkan Nilai Pancasila Bersama Kaum Marginal

Heronimus Bani
Heronimus Bani

Mewujudkan nilai Pancasila bersama Kaum Marginal

 

Bacaan Lainnya

Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo dan Ibu Negara, Hj. Iriana Joko Widodo beserta rombongan bersama masyarakat Enda, Flores, NTT mengadakan peringatan Hari Pancasila, 1 Juni di Ende. Dalam amanatnya, Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa Pancasila telah menjadi bintang penuntun ketika Indonesia menghadapi tantangan dan ujian. Untuk itu, masyarakat Indonesia harus mengamalkan dan mengimplementasikan Pancasila dalam sistem kemasyarakatan, kebangsaan, kenegaraan, dan tata kelola pemerintahan[1]. Sesudah upacara yang diikuti baik secara luring maupun daring, Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo mendapatkan gelar adat Mosolaki Ulu Beu Eko Bewa, Ulu Rembe Eko Mapa, Pemimpin Wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke[2].

Pancasila sebagaimana tutur dan akta dalam sejarah disiapkan melalui perenungan mendalam oleh Ir. Soekarno ketika berada di Ende sebagai tempat pembuangan atau pengasingannya. Ia dibuang/diasingkan antara 14 Januari 1934 – 18 Oktober 1938. Di sini, Ir. Soekarno menyatu dengan masyarakat yang jamak/plural. Renungan-renungannya menghasilkan 5 butir bernas yang dilecutkan pada 1 Juni 1945 dalam pidato di hadapan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Kota Ende sebagai kota pengasingan mendapatkan gelar nama baru menjadi Kota Pancasila[3].

Bila Pancasila yang dipajang pada dinding yang menghadap ke meja pemimpin di berbagai instansi pemerintahan dan swasta, dan juga di dinding-dinding institusi pendidikan segala level, tentulah bukan suatu pajangan kebetulan belaka. Bila dibacakan pada setiap mengikuti upacara, pembacaan itu diikuti oleh seluruh peserta upacara, tentulah bukan untuk pertunjukan di alun-alun yang disaksikan pepohonan, bebungaan dan rerumputan sambil melambai pada bendera yang berkibar. Bila anak-anak sekolah dasar mengucapkannya tanpa mimik, tentulah mereka belum paham maknanya, tetapi harus diprosesbelajarkan agar mereka memiliki pengetahuan walau dalam ingatan yang tipis. Bila mahasiswa di berbagai perguruan tinggi lebih ingat kepada teori-teori bidang keilmuannya tanpa memahami makna dan nilai dari Pancasila, entah mereka akan memiliki jiwa nasionalisme, patriotisme dan heroisme??

Pancasila bukan sekadar teks tetapi ia menjadi konteks dan kontekstual bila ada pemaknaan, penjiwaan dan pengamalannnya. Ia tidak diindoktrin semata agar para pejabat pemerintahan berbangga dengan isi kepala masyarakatnya. Ia tidak diinjeksikan belaka sebagai pengetahuan pada para peserta didik agar para guru menepuk dada telah menjadi bagian dari proses melestarikan nilai luhur Pancasila yang digali dari akar kehidupan bangsa yang plural ini. Ia tidak sekadar menjadi materi perbincangan kaum pemangku lembaga kemasyarakatan di segala level, lalu mereka membusungkan dada bahwa nilai dan makna Pancasila sudah terinternalisasi dalam darah, jiwa dan roh anak bangsa. Pancasila pun bukan suatu dogma dan doktrin keagamaan, tetapi ia merupakan ideologi bangsa, falsafah hidup, pandangan hidup, dan kini ada sebutan baru, bintang penuntun.

Jika Pancasila saat ini bertambah makna filosofinya sebagai bintang penuntun, rupanya Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo telah merenung sebagaimana the founding father, Ir. Soekarno. Renungan itu didasarkan pada konteks bangsa dimana wilayah Indonesia terdiri dari wilayah perairan/laut/lautan dan daratan. Dalam website[4] resmi Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut di sana dicantumkan data bahwa Indonesia terbentang dari Sabang hingga Merauke dengan memiliki 17.499 pulau dengan luas total wilayah Indonesia sekitar 7,81 juta km2. Dari total luas wilayah tersebut, 3,25 juta km2 adalah lautan dan 2,55 juta km2 adalah Zona Ekonomi Eksklusif. Hanya sekitar 2,01 juta km2 yang berupa daratan.

Mari melihat bahwa betapa luasnya wilayah laut kita. Bintang Penuntun para pelaut pada masa lampau mengantarkan mereka untuk tiba di daratan dan melabuhkan sauh untuk bongkar-muat barang-orang. Sukacita diterima oleh mereka yang menyambut kedatangan para pelaut, dan sukacita berbaur keharuan ketika ada yang harus meninggalkan pantai menuju seberang. Siapakah yang tidak merindukan keselamatan di seberang sana bila kapal mengembangkan layar dan angin bertiup membawa kapal itu dengan dikendalikan dari satu kemudi di dalamnya?

Pancasila bagai bintang penuntun itu diamalkan oleh para penghuni kapal yang beragam karena datang dari sekitar Pelabuhan atau dari pedalaman dan pegunungan, lereng dan lembah. Keragaman budaya dan Bahasa, produk ekonomi kreatif pun beragam. Tampilan fisik terlihat berbeda, walau di sana secara anatomi pastilah ada sel, tulang, daging dan darah. Lalu, terlebih di dalam tubuh itu melekat erat roh dan jiwa, yang olehnya pengetahuan dicamkan sedalam-dalamnya. Pengetahuan yang dicamkan itu selanjutnya akan dikembangkan oleh tiap individu dalam komunitas-komunitas. Hak dan kewajiban tidak diperdebatkan bila harus hidup berdampingan secara damai dan nyaman. Persatuan menjadi acuan, kemanusiaan, musyawarah dan keadilan,semuanya bila berlangsung dalam ritme stabil, maka kemuliaan Tuhan dijunjung dan dihormati.

Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo telah menerima gelar adat dari masyarakat adat Ende. Gelar itu bermakna luas dan tentu akan menjadi tanggung jawab Presiden untuk perwujudan maknanya. Ia segera mewujudkannya dengan langkah kecil saja. Berkunjung ke beberapa rumah warga. Ia menyantuni mereka dengan sapaan dan isian kecil penuh makna. Diterima tanpa kerlap-kerlip lampu merkuri. Pemilik rumah cukup menggunakan senter bermata kecil dari handphone. Suatu pengalaman berharga pada kaum marginal di Ende, setidaknya menjadi representasi kaum marginal di Indonesia. Kemana pun Presiden RI pergi berkunjung ke seluruh wilayah negara kesatuan Republik Indonesia, dipastikan ia akan menyapa kaum marginal.

Lalu di Kabupaten Kupang, apakah ada peristiwa yang mengingatkan akan pentingnya menyapa kaum marginal oleh Pemerintah Kabupaten Kupang?

Siklon Seroja telah meluluhlantahkan pemukiman penduduk di beberapa tempat dalam wilayah Kabupaten Kupang. Pemerintah Kabupaten Kupang melakukan pendataan dan validasi untuk selanjutnya mengajukan permohonan bantuan anggaran dari Pemerintah Pusat. Anggaran sebesar 229M didapatkan pada April 2022 dan disalurkan secara bertahap oleh Bank Rakyat Indonesia. Kaum marginal yang terdampak siklon Seroja menerima manfaat itu. Asas keadilan dalam kemanusiaan demi menjaga persatuan bangsa diwujudkan sebagai pengamalan Pancasila. 11.036 korban Siklon Seroja di Kabupaten Kupang diharapkan menerima secara utuh bantuan Pemerintah Pusat itu[5].

Di dunia Pendidikan dasar Kabupaten Kupang sudah memasuki kategori “prihatin” pada gedung sekolah, rumah semi parmanen, hingga darurat. Ini bukan kabar terbaru dan yang terbaharukan. Perhatian Pemerintah Kabupaten Kupang dengan menganggarkan terasa belum cukup bila berhadapan dengan data bahwa 367 sekolah dasar, 166 sekolah menengah pertama di Kabupaten Kupang. Sadarkah seluruh pemangku kepentingan bahwa Pendidikan menjadi titik berangkat menuju peradaban yang makin canggih, amat cepat dan membutuhkan kecermatan dan ketepatan?

 

Bupati Kupang pernah mengeluarkan pernyataan bahwa ia akan menggunakan dana CSR (corporate social responsibility) dari Bank NTT untuk “menghapus” sekolah beratap daun[6]. Semoga itu terjadi dan bukan sekadar pernyataan yang memberi ruang pada pencitraan belaka, sementara para pemangku kepentingan di dunia pendidikan dasar menunggu realisasi dengan harap-harap cemas. Hal yang kiranya mirip yakni pengangkatan guru dalam jabatan kepala sekolah dalam masa kepemimpinan duet Korinus Masneno-Jerry Manafe baru terjadi pada 31 Mei 2022. Pelantikannya pun tidak dilakukan oleh Bupati, atau Wakil Bupati, atau Sekretaris Daerah. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan mendapatkan pelimpahan wewenang untuk melantik para kepala sekolah sebanyak 195 orang.

 

Antara perwujudan makna kehidupan bersama untuk saling menopang ketika badai kehidupan menerpa dengan praktik politik yang mengarahkan pada kebijakan-kebijakan, kiranya seiring sejalan agar kaum marginal merasakan manfaatnya. Dunia Pendidikan dasar (SD, SMP) di Kabupaten Kupang mayoritas sekolah-sekolah berada di pedesaan dan pedalaman, yang sama artinya dengan isiannya oleh kaum marginal pula. Sudahkah Pemerintah Kabupaten Kupang menyapa mereka dengan isian bernas sebagai perwujudan pengamalan nilai-nilai Pancasila?

 

Penulis: Heronimus Bani
Umi Nii Baki, 1 Juni 2022

[1] https://www.menpan.go.id/site/berita-foto/upacara-peringatan-hari-lahir-pancasila-tahun-2022

[2] https://nasional.kompas.com/read/2022/06/01/08215971/presiden-jokowi-terima-gelar-adat-dari-masyarakat-ende

[3] https://kemenparekraf.go.id/ragam-pariwisata/ende-kota-penuh-sejarah-tempat-lahirnya-pancasila

[4] https://kkp.go.id/djprl/artikel/21045-konservasi-perairan-sebagai-upaya-menjaga-potensi-kelautan-dan-perikanan-indonesia

[5] https://kupang.antaranews.com/berita/84909/bupati-kupang-ingatkan-dana-bantuan-seroja-tak-boleh-dipotong

[6] https://www.victorynews.id/ntt/pr-3313183254/tahun-2022-bupati-kupang-komit-perbaiki-semua-sekolah-beratap-daun

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *