Amarasi Barat-InfoNTT.com,- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Provinsi NTT bersama Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena menggelar Kampanye Percepatan Penurunan Stunting di Gereja Paroki Santa Maria Imakulata, Desa Tunbaun, Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang, Jumat (9/9/2022).
Turut hadir dalam kegiatan ini, Wakil Bupati Kupang Jerry Manafe, Ketua DPRD Kabupaten Kupang, Daniel Taimenas, Kepala BKKBN NTT, Marianus Mau Kuru, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemerdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Kupang, Camat Amarasi Barat serta undangan lainnya.
Wakil Bupati Kupang, Jerry Manafe dalam sambutannya mengingatkan semua pihak agar tidak main-main dengan masalah stunting. Semua harus menjaga anak dari stunting karena anak adalah generasi masa depan.
Menurut Jerry, akibat paling bahaya dari stunting adalah sumber daya di mana kemampuan otak , intelektual terhambat karena pertumbuhan terlambat. Ia juga mengingatkan bahwa kerja penanganan stunting adalah kerja kemanusiaan dan butuh kerjsama semua pihak.
“Stunting adalah kerja kemanusiaan. Jadi kita harus betul-betul kerjasama. Saya yakin kita bisa. Perlu kolaborasi dengan dinas dan instansi terkait kita koloborasi saya yakin angka stunting turun. Kita gotong royong, semua bekerja sama,” ajak Jerry.
Sementara Wakil Ketua Komisi IX DPR, Emanuel Melkiades Laka Lena dalam kesempatan ini mengapresiasi kerja keras Pemerintah Kabupaten Kupang dalam menurunkan angka stunting dari 24 persen menjadi 19 persen.
“Dukungan kepala daerah dalam penanganan stunting sangat penting sekali. Apalagi mereka menjadi komandan dalam penangan stunting,” sebut politisi Golkar yang akrab disapa Melki Laka Lena ini.
Melki dalam kesempatan ini mengajak anak muda untuk menjadi garda terdepan dalam memerangi stunting. Anak-anak muda ini jadi garda terdepan untuk mempromosikan bagaimana pencegahan stunting, bagaimana makan makanan yang bergizi dan memiliki pengetahuan ketika menikah.
“Karena garda terdepan melawan stunting bukan lagi orang tua tapi anak – anak muda usia belasan tahun, dua puluhan tahun yang mau siap menikah,” ajak Melki.
Kepala BKKBN NTT, Marianus Mau Kuru dalam kesempatan ini mengatakan intervensi supaya tidak boleh ada stunting harus dimulai dari remaja.
“Dari mana kita intervensi supaya tidak boleh ada stunting. Dari anak-anak yang masih remaja. Pertama jaga semua anak-anak remaja putri harus didampingi. Karena kebanyakan mereka anemia. Karena seorang perempuan yang sedang anemia dia hamil pasti dia melahirkan anak stunting,” sebut Marius.
Selain itu, Marius menyebutkan harus ada program Pendampingan, Konseling dan Pemeriksaan Kesehatan dalam Tiga Bulan Pra-Nikah kepada calon pengantin sebagai upaya pencegahan stunting dari hulu. Idealnya menurut Marius, setiap calon pengantin, tiga bulan sebelum menikah wajib memeriksakan kesehatannya baik tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas dan kadar Hb. Hasil pemeriksaan akan dilaporkan melalui aplikasi Elsimil (Elektronik Siap Nikah dan Hamil). Setelah semua data di-input, jika ada kerepotan untuk mengisi, maka akan ada yang mendampingi seperti tim pendamping keluarga (TPK), bidan dan yang lainnya.
Marianus menambahkan, salah satu fokus dalam pendampingan adalah meningkatkan pemenuhan gizi calon pengantin/calon pasangan usia subur untuk mencegah kekurangan energi kronis dan anemia sebagai salah satu resiko yang dapat melahirkan bayi stunting.
“Pendampingan ini akan dilakukan oleh Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang terdiri dari tiga unsur yaitu kader KB, PKK, dan bidan atau petugas kesehatan yang diberikan tugas untuk memberikan informasi, edukasi, dan konseling secara virtual atau tatap muka kepada calon pengantin yang akan melakukan pernikahan dalam waktu dekat,” jelasnya. ***