Soe-InfoNTT.com,- Kesuksesannya membangun desa sudah didengar hampir di seluruh lapisan masyarakat TTS, khususnya di Kecamatan Amanatun Selatan. Banyak program yang berhasil dirancang dan sukses dieksekusi.
Jidro Lakapu, Kepala Desa To’i, Kecamatan Amanatu Selatan, Kabupaten TTS. Selain membangun kantor desa dan balai pelatihan masyarakat yang layak dan baik, dirinya juga berencana akan membangun taman wisata desa yang bernuansa modern tetapi alami agar karakteristik Desa To’i tidak menjadi punah.
Kades yang sudah memimpin Desa To’i selama hampir dua periode ini memiliki mimpi untuk merubah wajah desa sebaik mungkin, di mana mimpi tersebut sudah terpenuhi dengan dibangunnya kantor desa berlantai yang megah dengan tinggi bangunan 6 meter.
”Menjadi motivasi membangun kantor desa adalah, agar di masa kepemimpinan saya selama 2 periode kampung ini harus ada warna baru, karena ketika saya pulang dari tanah rantau, nampak sekali kampung ini tidak berubah dan tidak ada kemajuan,” ungkap Jidro Lakapu kepada media ini, Sabtu (15/01/2022) siang.
Menurutnya, hal ini dilakukan agar jadi pegangan dan harus ada cerita manis untuk anak-anak khususnya untuk nama baik dari keluarga besar, Mone, Lakapu, Banunaek, Anabanu, Benu dan Banamtuan. Sehingga dirinya tekad membangun kantor desa berukuran 8 x 18 meter dan balai pelatihan berukuran 11,5 x 21,5 meter pada luas lahan kantor desa 100 x 60 meter per segi.
“Kantor ini kalau dilihat dari luar dengan tinggi tembok 6 meter dikira bertingkat, padahal 1 lantai saja, konstruksinya yang dibuat megah bukan bertingkat,” jelasnya.
Jidro mengaku, perencanaan pembangunan kantor sejak 2019. Namun, pekerjaan baru berjalan dengan adanya peletakan batu pertama di 10 Januari 2021. Hingga saat ini pekerjaan baru mencapai 70 persen, sebab sumber anggaran bersumber dari swadaya murni masyarakat.
Selain kantor desa, Kades Jidro mengatakan, di masa kepemimpinannya, juga dibangun gedung balai pelatihan masyarakat berukuran 11,5 x 21,5 meter yang akan diperuntukkan untuk melestarikan budaya lokal.
“Setiap hari Sabtu anak sekolah mulai dari SD dan SMP wajib mengikuti pelatihan pengelolaan budaya lokal yang akan dilatih oleh masyarakat. Namun, kegiatan pelatihan pelestarian budaya lokal itu baru akan berjalan tahun 2023, setelah fisik pekerjaan bangunan tersebut dinyatakan rampung,” ujarnya.
Dirinya juga meminta kepada tim auditor untuk segera mengaudit pengelolaan dana desa. Sebab, dana desa tidak diwajibkan untuk digunakan membangun kantor desa sebab akan bertentangan dengan regulasi.
Hal yang sama disampaikan Imenuel Mone, salah satu warga RT 004/RW 002, Dusun I, Desa To’i, di mana menjelaskan bahwa sumber anggaran untuk pembangunan kantor desa yang megah ini dari swadaya murni masyarakat. Yang mana per KK (Kepala Keluarga) memberikan kontribusi sebanyak Rp250.000 yang disetor pada tahun 2019.
Imenuel mengaku sangat senang karena dengan kantor yang megah ini maka merubah wajah desa Toi, sehingga masyarakat akan tetap mendukung Kepala Desa Toi untuk melanjutkan masanya untuk memimpin Toi 6 tahun kedepan setelah masa jabatan priode kedua berakhir pada 2022.
“Kami mendukungnya karena beliau memiliki jiwa membangun dan merubah wajah Desa To’i. Setiap pemimpin beda karakter, karena selain kantor desa akan ada taman wisata desa didalam kawasan kantor desa tersebut,” tandasnya.
Laporan: Welem Leba