Sanggar Suara Perempuan TTS Komitmen Kampanyekan Penghapusan Kekerasan Seksual dan KDRT

SSP TTS saat gelar konferensi pers bersama para wartawan di TTS.

Soe-InfoNTT.com,- Memperingati Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada tanggal 08 Maret, Suara Sanggar Perempuan (SSP) TTS gelar seminar dengan thema “Jangan pernah menyerah dalam perjuangan meraih keadilan relasi antara perempuan dan laki-laki dalam segala bidang”, Senin (08/3/2021) di aula sanggar perempuan TTS.

Direktur SSP TTS Rambu A. Mella didampingi Wakil Direktur Filpin Therik Taneo, kepada media mengatakan, dalam rangka hari perempuan ini maka SSP TTS ingin mengampanyekan tentang kualitas perempuan dalam masa kini.

Selain itu, SPS TTS juga bergerak di bidang pendampingan dan mengkampanyekan stop kekerasan terhadap perempuan dan anak. Banyaknya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di TTS yang terus meningkat, diharapkan kerjasama yang baik semua pihak agar secara perlahan masalah ini bisa teratasi.

“Data yang dikantongi SSP TTS 2 tahun terakhir sebanyak 163 kasus. Namun, tidak semua diproses secara hukum. Dari data tersebut mendominasi adalah kasus kekerasan seksual sebanyak 55 kasus, selain itu ada kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),” ujar Rambu.

Ia menambahkan, di tengah pandemi covid-19, banyak juga kasus yang dialami oleh korban perempuan dan anak. Ada yang dilaporkan, ada juga yang tidak dilaporkan akibat berbagai faktor, salah satunya faktor ekonomi.

Hal ini terus terjadi, karena menurut Rambu, Rancangan UU penghapusan kekerasan seksual hingga saat ini belum ada titik terang, padahal RUU tersebut sudah dirancang kurang lebih dua tahun.

SSP TTS juga akan tetap konsisten serta bertekad tidak menyerah untuk memperjuangkan hak-hak perempuan. Momen hari perempuan internasional dikampanye ke publik agar secara perlahan kasus-kasus yang menimpa perempuan bisa secara perlahan dihentikan.

“Media juga diharapkan terus mengedukasi masyarakat agar dapat mempengaruhi pandangan dan perilaku masyarakat. Saluran informasi berbagai bidang, membuka diri suarakan hak-hak perempuan dan anak. Sebab TTS merupakan daerah terluas di NTT sehingga tidak semua wilayah dijangkau,” ungkap Rambu.

Dirinya mengakui lembaga yang dipimpinnya ini masih mempunyai keterbatasan untuk menjangkau seluruh wilayah di TTS yang dipengaruhi oleh sumber dana. SSP TTS sendiri tidak pernah mendapat bantuan anggaran dari pemerintah untuk mengkampanyekan penghapusan kekerasan terhadap korban perempuan dan anak.

Meski demikian, SSP TTS tetap konsisten bersama pemerintah untuk tidak memberikan rasa nyaman kepada warga masyarakat. SSP juga percaya pemerintah punya komitmen terhadap masalah perempuan dan anak di TTS.

Laporan: Welem Leba

Pos terkait