Polres TTS Ungkap Motif Anak dan Bapak Tewas di Kualin

Kasat Reskrim Polres TTS Iptu Hendricka Bahtera, STK, SIK,MH.

Soe-InfoNTT.com,- Kasus pembunuhan di Kabupaten TTS terus bertambah di tahun 2021. Senin tanggal 18 Januari 2021 kembali terjadi pembunuhan atas nama Maria Sabat (14) dan Yohanis Sabat (50) bapa kandung dari korban Maria Sabat.

Kasat Reskrim Polres TTS Iptu Hendricka Bahtera, STK, SIK,MH, ketika dikonfirmasi terkait kasus tersebut, Selasa (19/01/2021) membenarkan bahwa pada hari Senin tanggal 18 Januari 2021 sekitar pukul 11.00 wita, anggota unit identifikasi mendapat telpon dari Kanit Reskrim Polsek Kualin bahwa ada orang yang meninggal karena gantung diri di Aisio, RT/RW 021/010, Desa Nunusunu, Kecamatan Kualin, tepatnya di rumah Yohanis Sabat.

Bacaan Lainnya

Dari hasil olah TKP, ditemukan tumpukan pakaian di batang pohon asam yaitu sebagian pakaian di dalam karung dan sebagian berada di bagian luar serta berserakan, serta ditemukan juga seorang jenazah laki- laki dengan posisi tergantung di ranting pohon asam tersebut.

Pada TKP lain, polisi menemukan dugaan kasus pembunuhan di sebuah rumah berdinding bebak dan berantas daun lontar dengan ukuran 9 x 10 meter tak jauh dari temuan TKP gantung diri. Di mana seorang jenazah perempuan tidur telungkup dengan posisi kedua tangan terlipat di samping tubuh, wajah korban mengarah ke tanah dan rambut berserakan hingga menutupi kepala korban.

“Motif dari kasus ini adalah diduga terkait dengan permasalahan di keluarga korban. Maria Sabat hendak pergi meninggalkan Yohanis Sabat sehingga Yohanis Sabat membunuh Maria Sabat. Setelah Maria Sabat meninggal barulah korban Yohanis Sabat menggantung dirinya pada pohon asam,”’ungkap Kasat Reskrim.

Hal ini diperkuat dengan temuan pakaian milik korban Maria Sabat telah dimasukan dalam karung yang ditemukan di bawah pohon asam tempat korban Yohanis Sabat menggantung diri, juga pada tas milik korban Yohanis Sabar ditemukan pisau yang terdapat darah dan diduga kuat adalah darah korban Maria Sabat dan juga terdapat bercak darah pada baju milik Yohanis Sabat yang diduga darah milik Maria Sabat.

“Kami juga langsung menyampaikan hal tersebut kepada keluarga dan keluarga menerima kematian kedua korban sebagai musibah, serta menolak dilakukan otopsi, karena menurut keluarga korban, Yohanis Sabat mengalami gangguan jiwa sehingga setiap kali marah, sering memakai pisau atau parang untuk mengancam istri maupun anak-anaknya. Selanjutnya kasus ini juga dalam tahap penyelidikan,” ujar Iptu Hendricka Bahtera.

Laporan: Welem Leba

Pos terkait