Forum Pengurangan Resiko Bencana Hadirkan Pasar Katemak di Mollo Utara

Soe-InfoNTT.com,- PASAR KATEMAK pertama kali hadir di To’menas tepatnya di Desa Ajobaki, Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Sabtu (13/11/2021).

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) NTT, yang menjalin kerjasama dengan perkumpulan PIKUL dan didukung oleh Oxfam.

Bacaan Lainnya

Koordinator Rayon 1 NTT, Elfrid Saneh kepada media menjelaskan, di pasar ini para pengunjung bisa berbelanja aneka pangan lokal langsung dari para petani, dan menariknya lagi bisa transaksi jual beli tidak menggunakan uang kertas atau pun uang logam.

“Transaksi jual beli menggunakan (KAT). Di mana uang atau bahasa Dawan “Loit” dari kayu yang merupakan uang khusus yang sengaja dibuat,” ungkap Elfrid Saneh.

Ditambahkannya, buat para pengunjung, sebelum berbelanja harus menukarkan dulu uang kertas atau uang logamnya dengan loit ini kepada petugas yang ada di pasar tersebut. Mata uang loit ini disebut dengan Kat. 1 Kat bernilai Rp. 1000.

”Di sini (Pasar Katemak) transaksi jual beli belinya tidak pakai uang rupiah. Ada uang khusus yang terbuat dari kayu yang kita sebut namanya loit,” jelasnya.

Di pasar ini juga para pengunjung bisa berbelanja aneka pangan lokal mulai dari aneka umbi-umbian, bawang, mangga lokal, alpukat, aneka olahan pangan lokal hingga madu asli Mutis.

Elfrid mengatakan, kegiatan Pasar Katemak sendiri merupakan hasil kerja sama dengan Pikul, Oxfam dan desa-desa binaan Pikul. Di mana keberadaan pasar ini diharapkan bisa menguatkan ketahanan pangan lokal di tengah perubahan iklim yang terjadi saat ini.

Lanjutnya, pangan lokal merupakan sumber nutrisi yang tersedia di sekitar lingkungan, sehingga harus terus dipertahankan agar ketahanan pangan masyarakat menjadi kuat. Hal ini akan berdampak dalam upaya pengurangan resiko bencana.

”Kita ingin memperkuat ketahanan pangan masyarakat dengan pangan lokal di tengah perubah iklim yang terjadi akhir-akhir ini. Sehingga jika terjadi bencana, dengan pangan lokal yang tersedia bisa mengurangi resiko bencana,” ungkap Elfrid.

Laporan: Welem Leba

Pos terkait