Memicu Kegaduhan Publik, Informasi Penganiayaan Ratna Sarumpaet HOAX

Ratna Sarumpaet
Ratna Sarumpaet

Jakarta,- Prabowo Subianto, Amien Rais, hingga Fadli Zon bertemu Ratna Sarumpaet di suatu tempat pada Selasa (2/10). Isu yang berkembang dan beredar di media sosial, Ratna dianiaya tiga pria di Bandung. Foto Ratna yang babak belur di bagian mata juga beredar.

Setelah pertemuan itu, Prabowo dan timnya melakukan jumpa pers. Tuntutan dilayangkan, agar kepolisian mencari penganiaya Ratna Sarumpaet. Bahkan Prabowo akan menemui Kapolri Jenderal Tito Karnavian.

Bacaan Lainnya

Namun pada Rabu (3/10), Polda Metro Jaya merilis data-data mengenai kasus Ratna Sarumpaet. Ada call data record dari ponselnya yang menunjukkan keberadaan Ratna pada 20-24 September di RS Bina Estetika, rumah sakit khusus perawatan kecantikan di daerah Menteng, Jakarta Pusat. Polisi membeberkan bukti transfer puluhan juta rupiah serta pengakuan petugas dan dokter yang merawat Ratna.

Publik kembali geger. Muncul desakan agar Ratna bicara, karena kasus dia malah jadi isu politis dan memicu saling curiga. Ratna harus jujur.

Salah satu yang mendesak agar Ratna bicara adalah Ketua Tim Pemenangan Jokowi-Ma’ruf Jawa Barat Dedi Mulyadi. Dengan Ratna berbicara secara jujur, akan meredam kegaduhan publik.

“Titik terang kontroversi soal hoax penganiayaan itu sudah ditemukan. Ada rekaman CCTV yang beredar juga kan. Jadi, clear itu,” kata Dedi dalam keterangan tertulis.

Dedi berharap, semua pihak yang secara nyata menyebut bahwa peristiwa itu adalah penganiayaan harus memberikan klarifikasi. Hal ini penting dalam rangka menjaga fokus elemen bangsa yang saat ini sedang menangani bencana.

“Semoga Ibu Ratna Sarumpaet setelah bedah plastik bisa tampil cantik di depan publik. Beliau harus bisa memberikan penjelasan kepada pihak kepolisian dan masyarakat luas,” katanya.

Bupati Purwakarta dua periode itu berujar, Ratna Sarumpaet memiliki keberanian melebihi kaum lelaki sekalipun. Karena itu, tidak sulit baginya untuk memberikan keterangan baik di hadapan polisi maupun publik.

“Keberanian beliau untuk bersikap kritis itu bukan hanya di era Pak Jokowi. Kita harus melihat beliau dari sejak era Pak Harto dan Pak Habibie. Keberaniannya tidak hilang, malah lebih dari kaum lelaki. Saya kira enggak sulit buat Ibu Ratna Sarumpaet untuk bicara ke publik,” ujarnya.

Dedi mengimbau semua pihak untuk tidak menggunakan konten hoaks dalam rangka meraih simpati publik. Terlebih, beberapa daerah di Indonesia kini tengah dilanda bencana. Energi bangsa harus fokus untuk membantu para korban tersebut.

“Anak negeri kita di Sulawesi sedang dilanda bencana kok tega sih membuat drama? Kalau menurut saya sih lebih baik kita fokus saja,” katanya.

Hoaks, menurut Dedi, merupakan musuh bersama yang harus dilawan. Dia tidak merasa khawatir terhadap segmentasi masyarakat yang memiliki akses informasi yang kuat. Tetapi, segmen masyarakat lain yang tidak memiliki akses, sangat rentan terhadap penyebaran hoaks.

“Verifikasi informasi itu perlu dilakukan. Mending kalau masyarakat yang punya akses untuk itu. Ini ada juga saudara kita yang dengan begitu mudahnya mengkonsumsi hoax sebagai kebenaran,” ujarnya.

Sumber: media Kumparan.com

Pos terkait