Amarasi Raya, infontt.com Pada tanggal 28 Maret 2017, para Presbiter se-Rayon 1, Klasis Amarasi Timur bertemu dalam suatu proses belajar bersama. Ketua MS GMIT, Pdt. Mery Kolimon mengapresiasi kegiatan ini. “Sebagai murid Kristus, sangat tepat untuk belajar terus-menerus,” kata Pdt. Mery Kolimon.
Salah satu materi yang disajikan adalah kematian dalam perspektif budaya orang Amarasi.
Berikut ini saripati materi ini.
Unsur yang terlibat dalam subat
1. Tuan duka, nuuk tuaf
2. Pemerintah desa melalui Kepala Dusun dan perangkatnya ana’ aprenat
3. Pemangku agama/kepercayaan ana’ asmanaf
4. Utusan, pembawa kabar duka haef
5. Peratap akurut-akaet
6. Melek mata abe’et, abe’at
Penamaan kepada jenazah, orang mati, dan roh orang mati
1. Orang mati amates
2. Tuan minyak uismina’
3. Yang sedang tidur atupas
4. Yang naik ke langit asaenenot
5. Setan nitu
Sebutan manakah yang tepat untuk dipakai dalam kedukaan atau ketika anda, saudara, suami, isteri, anak, orang tua meninggal?
Banyak hal dibahas oleh para presbiter dalam diskusi tentang masalah ini. Tentang tiga malam, 40 malam, dan ha-hal yang berhubungan dengan tradisi mengurus kuburan dan roh orang yang telah meninggal. Kesemuanya itu disandingkan dengan upaya penginjilan/pengajaran yang tepat ketika terjadi peristiwa kedukaan/kematian.