Amarasi, –.infontt.com.– Memelihara ternak sapi secara paron sudah amat dikenal luas di Amarasi Raya. Bahkan Amarasi Raya agak identik dengan ternak sapi paron. Pasar-pasar ternak di kabupaten Kupang, seperti pasar Camplong di Lili bila sempat berkunjung ke sana, komunitas penjual dan pembeli sapi datang dari berbagai etnis. Orang Amarasi Raya tidak ketinggalan untuk berada di pasar seperti itu.
Para pembeli sapi dari Amarasi Raya akan membawa sapi-sapi mereka untuk diternakkan/dipelihara dengan sistem yang sudah terkenal itu.
Peternak sapi paron di Amarasi Raya menambatkan sapi dalam kurun waktu 6 bulan sampai satu tahun. Selama jangka waktu itu sapi tidak diberi ruang gerak yang cukup dengan begitu ia akan segera menjadi besar/gemuk, berat badan naik dan segera “naik kapal”.
Dengan memberi pakan yang rutin akhirnya peternak akan membawa keluar sapi dari tempatnya. Pada saat seperti ini resiko yang dapat terjadi adalah: kaki patah, lari sehingga tidak sempat sampai di kendaraan pengangkut, pembeli tidak membayar/tidak ikut memikul resiko. Peternak sapi paron akhirnya akan merugi karena harus menyembelih sapi yang kakinya patah, atau menjual secara lebih murah. Sedangkan bila sapi lari sehingga pembeli tidak membayar, maka resiko ditanggung sendiri oleh peternak. (roni)