Guru Kelas, Guru di Kelas

Heronimus Bani

Pengantar

Lembaga pendidikan sekolah dasar menyebar dari kota hingga pedesaan, (di desa tempat penulis tinggal, terdapat 3 unit). Bila menyusur negeri hanya untuk melihat sekolah, maka di setiap desa, kelurahan pasti ditemukan lembaga pendidikan formal yang satu ini. Guru yang mengajar di sana terbilang cukup, bahkan kelebihan di satu tempat,sementara di tempat lain justru kekurangan. Jumlah siswa rata-rata antara 15-30 orang di setiap kelas. Proses mengajar-belajar berlangsung sering kurang normal. Mengapa?

Guru Kelas
Guru Kelas (GK) mempunyai Beban kerja yaitu mengampu paling sedikit 1 (satu) rombel secara penuh pada satu satuan pendidikan dasar (SD). Satuan waktu menjadi guru kelas adalah sejak ditetapkan sebagai guru kelas. Seorang guru kelas harus bisa mengampu satu rombongan belajar pada tingkatan tertentu. Ia tidak harus berkutat selamanya hanya pada satu tingkatan kelas, dan tingkatan kelas lain diabaikan karena alasan tertentu.
Maka, Guru kelas, semestinya berada di kelas. Ia bukanlah guru yang tugasnya di sembarang tempat di luar kelas. Orang awam teori pendidikan sekalipun pasti segera menjawab bahwa seorang guru kelas, tugasnya di kelas. Maka, guru kelas, mesti berada di kelas. Ia mempunyai tanggung jawab pada kelas itu dalam aspek mengajar, mendidik, membimbing dan mengadministrasikan. Dalam aspek mengajar, ada transfer knowledge.
Dalam aspek mendidik ada pendidikan moral, akhlak, karakter dan segala hal yang berhubungan dengan norma-norma dalam kehidupan manusia, baik dalam kelompok kecil hingga yang lebih luas. Ketika guru kelas membimbing, sejumlah tahapan ketrampilan diharapkan menjadi milik siswanya.
Dalam aspek mengadministrasikan, segala hal yang berhubungan dengan kegiatan tulis-menulis. Paling kurang ada dua tugas administrasi (baca tulis-menulis). Pertama, Menulis program tahunan, (analisis) silabus, rencana pembelajaran. Selanjutnya daftar-daftar hadir, daftar nilai, dan lain-lain yang mendukung kegiatan pembelajaran. Ini disebut administrasi pengajaran. Kedua, administrasi kesiswaan yang berhubungan dengan tulis-menulis segala hal yang berhubungan dengan siswa. Saya ringkaskan sebagai data base siswa. Maka, tentu sangat tepat bila guru kelas itu harusnya selalu di kelas setiap hari. Sebab apa jadinya kelas yang kosong tanpa guru kelas (di SD)?
Jadi, seorang Guru Kelas bila benar-benar berada di kelas, maka akan menjadi profesional pada kelas yang diampunya. Bila ia berada minimal 2 tahun dalam satu kelas (1 rombel), maka sebaiknya tahun ketiga dipindahkan ke tingkatan kelas yang lain. Dengan begitu ada kesempatan belajar dan berbagi pengalaman antarguru kelas di sekolah itu.

Guru Bidang Studi/Mata Pelajaran

Sesuai namanya, si ibu dan tuan guru akan mengampu hanya satu mata pelajaran (atau lebih jika diberi tambahan atas alasan kekurangan guru, menambal kekurangan jam mengajar guru). Jenis guru yang satu ini akan berada di kelas pada jam reguler yang porsinya untuk dia. Sesudah itu ia akan meninggalkan kelas. Kepeduliannya adalah transfer knowledge, dan administrasi pengajaran. Hal lain porsinya jatuh pada yang ditugasi khusus yang disebut wali kelas.
Guru BS/MP masuk-keluar kelas. Jika sudah selesai tugas pada jam regulernya, ia akan berada di luar kelas. Tempatnya adalah ruang guru. Kerjanya menulis yang berhubungan dengan tugas, memeriksa tugas anak, atau hal lain.
Ada perbedaan menyolok pada dua jenis guru ini. GK mengampu paling kurang 5 MP maksimal 7-9 MP. GBS/MP mengampu hanya satu MP. GK berada hanya pada satu tingkatankelas. GBS/MP dapat hanya pada satu tingkatan kelas tetapi paralel. Bila akumulasi jam mengajar seminggu tidak cukup, akan ditambahkan pada satu tingkatan kelas di bawah atau di atasnya. Masih ada yang lain.

Pengalaman Bupati Kupang,  Ayub Titu Eki

Dalam kunjungan ke Amarasi Timur (17/03/2016), Bupati Kupang menyinggahi beberapa sekolah. Sebelum sampai ke sekolah, ia menumpangkan beberapa siswa yang berkaki ke sekolah. Para siswa diantarkan ke sekolah. Sang bupati mendapati banyak ruang kelas tidak ada gurunya. Sang bupati bertanya kehadiran dan keaktifan guru kepada siswa. Para siswa tidak dapat merahasiakan kealpaan para GK, GBS/MP bahkan Kepala Sekolah.
Sang bupati mendapati sekolah yang bubar sebelum jam belajar reguler berakhir. Ia mendapati pula bahwa ada fakta yang difiksikan. Jumlah siswa tidak cukup untuk mendirikan satu unit sekolah, tapi dilaporkan telah memenuhi syarat.

Penutup

GK, GBS/MP dan Kepala Sekolah area kerja mereka adalah di sekolah. Tapi, apakah mesti melawan arus dimana beberapa kebijakan seperti: pengelolaan keuangan (mis.BOS, BOM, DAK, Dekonsentrasi) harus ditangani guru. Pengelolaan data ditangani guru (dapodik, pernah: padamu negeri). Hal-hal yang disebutkan ini sering menjadi dalil yang kuat agar GK, GBS/MP, hingga KS berada di luar kelas.
Kelas kosong, pak bupati tidak perlu marah. Mungkin mereka berada di perjalanan ke dinas PPO untuk pengurusan laporan keuangan. Mungkin mereka sedang ke rekanan untuk mengurus faktur, kuitansi. Mungkin mereka sedang ke kantor pajak menyetor pajak. Dan lain-lain.
Walau begitu, pak bupati tidak perlu kecewa, karena memang jumlah guru masih kurang, karena banyaknya sekolah yang bapak isinkan dibuka tidak dibarengi dengan penempatan guru (paling tidak guru kontrak daerah kabupaten). Mess guru tidak ada di zaman ini sehingga banyak guru membangun rumah jauh dari sekolah. Apalagi infrastruktur jalan semakin baik. Jarak tempuh dari kota ke sekolah paling lama sekitar 2 jam. Nah, kalau berangkat jam 06.00 pagi, persis jam 08.00 sudah di tempat. Bisa juga sedang mengurus kendaraan yang mogok, onar, atau apalah. Bisa juga masih cari ojek. Jika tidak, mungkin masih ada urusan keluarga semalam, jadi minta izin  persis pak bupati tiba. Mungkin pak bupati kepagian datang ke sekolah. Atau… ? Yang pasti, pak bupati, kami mohon, jangan kecewakan guru kalau kedapatan ruang kelas tidak ada guru di sana.
Para siswa, anda itu subjek belajar. Anda bukan objek. Anda silahkan mencari informasi sendiri. Ke perpustakaan, atau di pojok baca di kelas, atau internet. Tapi, perlu kamu ketahui, sehebat-hebatnya siswa, masih harus ada guru di kelas. Maka, pantaslah kalau siswa mengeluh kalau tidak ada guru di kelas, walau ada juga yang senang kalau tidak ada guru di kelas.

Pos terkait