Data dan Fakta serta Ganjaran

Gubernur NTT Dr. Victor Bungtilu Laiskodat, SH, M.Si menerima karya tulis (buku) dari Penulis, Heronimus Bani, M.M @HumasIkarasi

Suatu Pandangan Awal

Ketika menghadiri pengukuhan Pengurus Organisasi Kemasyarakat Ikatan Keluarga (Pah) Amarasi (IKARASI) di Pantai Puru desa Merbaun/Nekbaun Amarasi Barat, Gubernur Nusa Tenggara Timur, Dr. Victor B. Laiskodat menyatakan, data sangat penting dan menjadi prioritas sebagai acuan untuk berbicara. Pemimpin tidak hanya asal bicara tanpa data. Data yang ada di tangan semestinya berasal dari fakta lapangan. Dari data dan fakta itulah para pemimpin sebagai pengambil kebijakan dapat menentukan program yang tepat sasaran. Pemimpin tidak boleh berbicara secara abstak, sesuatu yang abstrak itu ada dalam olah pikir, namun mesti mengacu pada data dan fakta-fakta. Itulah sebabnya, bila IKARASI berdiri dengan visi dan misi untuk kesejahteraan masyarakat Amarasi Raya, maka mulailah dengan pendataan aset di lapangan.

Bacaan Lainnya

Gubernur Victor B. Laiskodat meminta pengurus IKARASI mendata berapa luas lahan tidur yang dimiliki, jumlah ternak (sapi, babi, dll) yang lebih terinci dalam kategori-kategori: sapi betina produktif, sapi betina bunting, sapi jantan siap jual, sapi jantan muda, dan lain-lain kategori. Pengkategorian akan mempermudah pengambilan keputusan secara tepat pada sektor-sektor perekonomian.https://www.katantt.com/artikel/44705/gubernur-ntt-minta-ikarasi-kembalikan-amarasi-sebagai-lumbung-pangan-dan-ternak-di-ntt/

Fakta bahwa pada masa lampau Pah Amarasi terkenal dan mengenal dunia luar dengan mengirim sapi-sapi sampai ke Hongkong, itu telah membanggakan pada masanya. Kebanggaan itu terbawa sampai hari ini dalam cerita kenangan belaka, sementara generasi sesudahnya hingga kaum muda zaman ini di Pah Amarasi, tiada berdaya menghadapi dunia yang makin kompetitif.

Fakta bahwa pada masa lampau Pah Amarasi disebut sebagai “dapur” bagi Kota Kupang ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur, itupun kini menjadi kebanggaan semu pada generasi zaman ini. Dapatkah generasi Pah Amarasi bangkit dan membangkitkan kembali dan memperhebat suasana masa lampau ke masa kini?

 

Bicara Data dan Fakta 

Dunia manajemen manapun dipastikan membutuhkan data sesuai fakta. Data yang faktual sangat diperlukan mengingat dari sana orang dapat membaca dan mengabstaksi olah pikir menuju perwujudan. Mari menyebutkan dari aspek Teologis ketika manusia diciptakan, bukankah Tuhan Allah memiliki data awal dan mengambil fakta lapangan? Tuhan Allah menyebutkan: ikan-ikan di laut, burung-burung di udara, segala ternak dan binatang melata yang merayap di bumi (Kej.1 : 26b). Ini data awal ditempatkan Tuhan Allah ketika akan membangun satu bangunan sempurna yang disebut manusia (Kej.1:26a), “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita.” Di sini abstaksi Tuhan Allah yang akan diwujudkan. Fakta-fakta lapangan yakni adanya burung-burung, ternak dan binatang melata dan semua yang telah diciptakan-Nya. Itu semua hanya dan hanya dapat berguna bila ada satu model ciptaan lagi yang berbeda untuk menjadi penatakelola, manager, dan penikmat semuanya itu.

Dunia modern dengan segala kecanggihannya tidak serta-merta maju dan berkembang pesat, bahkan kecepatannya begitu luar biasa di segala bidang dan sektor kehidupan manusia. Manusia yang lambat dalam olah pikir, sikap dan tindak akan menjadi tertinggal. Mereka akan terengah-engah mengejar ketertinggalan itu bila tidak segera berada di dalam arus yang tepat. Keberadaan dalam arus perkembangan yang tepat itu yakni pada bidang atau sektor yang tepat sehingga fokus di dalamnya. Seseorang atau satu komunitas tidak mungkin maju bila bekerja all round dengan membopong harapan besar bahwa akan meraih kesuksesan besar. Fokus pada sektor yang diminati, profesional dalam pengelolaannya dengan menempatkan personil yang kapabel untuk dapat mengelola sumber daya yang tersedia.

Kembali kepada masyarakat Pah Amarasi, data dan fakta empiris menunjukkan bahwa pada masa lampau ternak sapi dari Pah Amarasi telah “memunggungi” laut hingga tiba di Hongkong. Data dan fakta empiris yang demikian tidak boleh hanya kenangan dan kebanggaan. Masyarakat Pah Amarasi pada setiap generasinya patut memperhebatnya lagi ketika dunia ilmu pengetahuan, teknologi dan seni makin berkembang. Masyarakat Pah Amarasi tidak boleh terlena dengan kenangan dan kebanggan. Harus ada upaya lebih daripada yang sudah terjadi pada masa lampau. Hal ini menunjukkan adanya pola pikir yang sudah makin maju seiring perkembangan dunia IPTEKS itu.

Penulis menelusuri data Badan Pusat Statistik Kabupaten Kupang untuk mencari data lahan tidur di 4 Kecamatan Amarasi (Amarasi, Amarasi Timur, Amarasi Barat dan Amarasi Selatan)

Lahan produktif dan Lahan Tidur per kecamatan dalam Pah Amarasi

Kecamatan Lahan produktif Lahan tidur
Amarasi 87,90 ha*
Amarasi Timur 109,3 ha**
Amarasi Barat 100 ha, tadahan***
Amarasi Selatan 50 ha (1/2 teknis) 5 ha tadah hujan****

*Kecamatan Amarasi dalam angka tahun 2020 (sawah tadahan)

**Kecamatan Amarasi Timur dalam angka tahun 2021 (Luas lahan panen)

*** Kecamatan Amarasi Barat dalam angka tahun 2021

****Kecamatan Amarasi Selatan dalam angka tahun 2020

Penulis tetap berasumsi secara positif bahwa semua data yang didokumentasikan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Kupang ini sudah melalui kajian dan fakta lapangan. Tetapi, bila merujuk apa yang diharapkan oleh Gubernur NTT, Dr. Victor Bungtilu Laiskoda, S.H.,M.Si, bahwa diperlukan data lahan tidur, maka Badan Pusat Statistik belum menyediakannya. Padahal bila menelusur dokumentasi data itu, ditemukan adanya infrastruktur pendukung pertanian yakni embung-embung. Di Kecamatan Amarasi, terdapat 17 unit embung-embung menyebar di 5 desa dana 1 kelurahan, 13 bendungan di 3 desa dan 1 kelurahan; Amarasi Timur terdapat 20 unit embung-embung yang menyebar di 4 desa; Amarasi Barat, 21 embung-embung yang menyebar di 6 desa; Amarasi Selatan, 1 bendungan dan 1 cekdam dalam 1 kelurahan, 4 embung-embung di 1 desa dan 1 kelurahan.

Data-data ini menunjukkan adanya perhatian Pemerintah pada level daerah (Provinsi, Kabupaten, dan Pusat). Penulis mengasumsikan bahwa bendungan, cekdam, embung-embung atau juga tanggul air, bila semua ini dimanfaatkan secara baik tentulah akan berdampak pada produksi pertanian. Produksi pertanian yang dimaksud tidak melulu pada sawah (padi) dan jagung, tetapi sudah sewajarnya untuk memulai diversifikasi tanaman pangan (holtikultura).

Sementara itu, jika kembali merujuk pada pernyataan Gubernur NTT, Dr. Victor Bungtilu Laiskodat, S.H.,M.Si tentang data ternak, khusus sapi dan babi. Penulis kembali melihat data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Kupang yang didapatkan sebagai berikut:

 

Kecamatan Sapi Babi
Amarasi 9.637 15.498
Amarasi Timur 3.201 1.585
Amarasi Barat 7.765 1.790
Amarasi Selatan 7.590 12.878

Data-data di atas, sekali lagi Penulis berasumsi bahwa semuanya berdasarkan fakta yang diambil dari lapangan. Namun data yang demikian akan terus berkembang, mengingat faktor yang memberi pengaruh padanya. Misalnya penyakit, kelahiran baru, penjualan dan pembelian dan lain-lain. Permintaan Gubernur NTT bahwa data ternak sebaiknya terkategori, belum dapat terjawab, karena data-data di atas menunjukkan secara gamblang di permukaan saja. Rasanya kebanggaan semu yang dimainkan pada data-data ini.

Semoga Penulis keliru agar apa yang menjadi harapan bersama para visioner Ikarasi mulai terabstraksi dalam olah pikir dan mulai mewujud di atas kertas dan disikapi dalam gerak kerja. Gerak kerja menjadi acuan nyata yang benar-benar terlihat oleh publik dan masyarakat kelas akar rumput khususnya masyarakat Pah Amarasi yang menjadi objek dan sasaran visi dan misi IKARASI yang merindukan untuk turut dalam gandengan bersama pemerintah membangun daerah Kabupaten Kupang dan Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Publik Pah Amarasi akan memberikan evaluasi dengan kritik-kritik yang memotivasi kerja dalam kebersamaan sebagaimana yang ditunjukkan oleh para pendahulu. Usif, Fetor, Temukung, Amnasit dan too (masyarakat). Mereka bahu-membahu, bergotong-royong dengan semangat rela berkorban dalam kebersamaan. Hasil dari semangat itu telah dirasakan sejak beberapa dekade khususnya ketika desa-desa gaya baru dibentuk antara tahun 1968 – 1975, hingga saat ini.

Pandangan Akhir

Mungkinkah cakrawala olah pikir, olah sikap dan tindak pada masyarakat Pah Amarasi telah bergeser? Penulis tidak hendak berasumsi ketika tidak memegang data yang didokumentasikan berdasakan riset di dalam masyarakat Pah Amarasi sendiri. Suatu kepastian, asumsi-asumsi di tengah masyarakat Pah Amarasi hingga mencapai para pejabat daerah bahwa Swapraja Amarasi dan Kecamatan Amarasi telah mengalami kemajuan pada masa lampau dan sedang terdegradasi pada masa kini, sehingga dibutuhkan suatu “gerakan baru” yang membutuhkan gaya baru dalam bekerja.

Lihat dan bacalah apa yang disampaikan Gubernur NTT, Dr. Victor Bungtilu Laiskodat, S.H.,M.Si

https://www.katantt.com/artikel/44705/gubernur-ntt-minta-ikarasi-kembalikan-amarasi-sebagai-lumbung-pangan-dan-ternak-di-ntt/

https://www.katantt.com/artikel/44705/gubernur-ntt-minta-ikarasi-kembalikan-amarasi-sebagai-lumbung-pangan-dan-ternak-di-ntt/

Gubernur NTT menegaskan bahwa bila masyarakat Pah Amarasi terus-menerus menyampaikan permohonan kepada Tuhan setiap saat, padahal Tuhan Mahakuasa tahu segala sesuatu, tetapi rasanya manusia terus mengingatkan Tuhan. Maka Gubernur itu pun hanya seorang manusia yang tidak mungkin untuk ingat semua yang diminta masyarakat hanya dengan satu kali permohonan.

https://www.katantt.com/artikel/44945/bermalam-di-puru-gubernur-ntt-vbl-wujudkan-mimpi-warga-desa-nekbaun-amarasi-barat/

Carilah, maka kamu akan mendapat, mintalah, maka akan diberikan kepadamu, ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan (Mat.7:7-8).

Guru Besar Sepanjang Zaman bernama Yesus mengingatkan dengan pengajaran sebagaimana Penulis kutip di atas. Meminta dengan bersungut-sungut dan memelas akan berbeda dengan meminta sambil bekerja keras dengan menunjukkan hasil.

Banyak contoh hasil kerja masyarakat Pah Amarasi yang dibanggakan dan ditunjukkan kepada Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten. Secara faktual terlihat perubahan-perubahan besar pada wilayah bekas Swapraja Amarasi ini. Pemukiman penduduk dengan bangunan-bangunan beton yang megah dan indah. Infrastruktur jalan yang makin baik kualitasnya walau masih ada keluhan dan rasa kecewa pada mereka yang berada di sudut-sudut area berpotensi. Infrastruktur pendukung pendidikan yang membangun sumber daya manusia Pah Amarasi. Sekolah-sekolah dibangun nyaris di semua desa terdapat lebih dari satu unit sekolah.

Karsa dan karya nyata menjadi taruhan pembuktian pada Gubernur NTT, Dr. Victor Bungtilu Laiskodat, S.H.,M.Si. Ia tidak minta orang beretorika dalam abstraksi olah pikir di ruang-ruang diskusi tanpa aksi nyata.

Pada akhirnya Penulis sendiri menyadari bahwa masih banyak yang kiranya dapat ditulis. Keterbatasan data dan informasi menjadi kendalanya. Namun, patutlah disyukuri bahwa sang Pemimpin dengan tagline NTT Bangkit telah mencambuk masyarakat Pah Amarasi dan NTT pada umumnya untuk segera sadar dan bangkit mengejar ketertinggalan, dan jika perlu mesti berada di barisan depan kemajuan di tengah arus globalisasi ini.

Pada acara pengukuhan Pengurus IKARASI, Penulis berkesempatan menyerahkan buku-buku karya Penulis sendiri ke tangan Sang Gubernur. Ia mengganjari Penulis dengan pesanan setiap judul 100 eksemplar. Ada 10 judul yang diserahkan sebagai karya individu. 1000 eksemplar akan Penulis serahkan sesudah menghubungi Penerbit dan Percetakan. Penulis diganjari keringatnya dengan harga setiap eksempar sebesar Rp50.000 (lima puluh ribu rupiah).  Terima kasih, pak Gubernur.

 

Penulis: Heronimus Bani

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

4 Komentar