Kupang-InfoNTT.com,- Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Kupang telah melaksanan survei dua ruas jalan alternatif di Wilayah Amfoang.
Kedua jalur alternatif itu masing – masing 40 KM yakni ruas jalan Naikliu – Lelogama dan Lelogama – Manubelon.
Kepala Dinas PUPR Kabupaten Kupang, Teldy Sanam menjelaskan, bahwa sesuai hasil rapat bersama Pj. Bupati Kupang, Alexon Lumba, pasca peninjauan bencana hidrometeorologi di beberapa wilayah yang terdampak bencana.
“Hasil rapat tersebut, Dinas PUPR diminta untuk survei jalur alternatif, sehingga wilayah amfoang tidak terisolir,” ungkap Teldy Sanam dalam wawancara melalui telepon pada Jumat (7/1) malam.
Teldy mengungkapkan bahwa untuk tahun ini, prioritas utama adalah ruas jalan Naikliu – Lelogama .
“Kondisi ini harus segera ditangani agar kendaraan, baik roda dua maupun roda empat, dapat melintas dengan aman sepanjang musim hujan maupun kemarau. Memang saat ini ruas jalan tersebut sudah bisa di akses, namaun terdapat delapan titik yang rawan karena struktur tanah yang licin serta mudah longsor,” jelasnya.
Selain itu, Ia Menambahkan, ruas jalan Naikliu – Lelogama hanya melintasi satu sungai, sehingga perkiraan anggaran yang diperlukan tidak terlalu besar dibandingkan jalur lainnya. Dinas PUPR menargetkan pengerjaan sepanjang 1,9 kilometer di delapan titik rawan longsor tahun ini.
Sebagai langkah lanjutan untuk mengatasi keterisolasian akibat putusnya Jembatan Termanu dan Jembatan Siumolo, Kata Teldy, untuk membuka keterisolasian di Kecamatan Amfoang Barat Daya dan Amfoang Barat Laut untuk lebih cepat ke Kota Kupang.
“Kita kembali merintis ruas jalan Manubelon – Lelogama yang selama ini tertutup longsor. Jalan ini sebelumnya sudah dirintis oleh Pemerintah Kabupaten Kupang, namun dalam perjalanan waktu kembali tertutup longsor,” ujar Teldy.
Survei terbaru menunjukkan bahwa kondisi longsor cukup parah, dengan adanya empat sungai yang membutuhkan pembangunan jembatan.
“Tim survei telah diterjunkan dan data survei akan diolah lagi. Hasilnya perhitungan perencanaan akan kami laporkan ke pimpinan daerah dan kita menanti perintah eksekusinya,” ujarnya.
Menurut Teldy Sanam, ruas jalan Manubelon – Lelogama juga sudah dirintis oleh Pemerintah Kabupaten Kupang, namun pejalanan waktu jalur tersebut kembali tertutup longsor.
“Data terakhir itu, tahun 2023 lalu tim sudah turun dan lakukan survei, namun longsornya cukup parah dan terdapat empat sungai yang perlu jembatan. Volume ruas jalan Manubelon – Lelogama kurang lebih 40 KM,” kata Teldy.
Mengingat karakteristik tanah di wilayah Amfoang yang mudah longsor saat musim hujan, Kepala Dinas PUPR Kabupaten Kupang mengimbau masyarakat agar tidak menebangi pepohonan di sepanjang ruas jalan yang sedang dan akan diperbaiki.
“Terkadang pemerintah membangun jalan untuk membuka akses bagi masyarakat, tetapi ada juga masyarakat yang berladang terlalu dekat dengan ruas jalan dan membabat pepohonan besar disepanjang ruas jalan,” katanya.
Teldy menegaskan bahwa masyarakat tidak dilarang untuk bertani atau berkebun, tetapi harus lebih bijak dalam menjaga keseimbangan lingkungan.
“Jika pohon-pohon besar ditebang, maka pada musim hujan longsor pasti terjadi, karena tidak ada akar pohon yang menahan struktur tanah. Jika hal ini tidak diperhatikan, maka masyarakat sendiri yang akan mengalami kesulitan,” tutupnya.
Dinas PUPR Kabupaten Kupang terus berupaya meningkatkan aksesibilitas di wilayah Amfoang dengan melakukan survei dan perencanaan terhadap dua ruas jalan alternatif.
Fokus utama tahun ini adalah peningkatan ruas jalan Naikliu – Lelogama dan ruas jalan Manubelon – Lelogama. Dengan langkah ini, diharapkan masyarakat di Amfoang dapat tetap terhubung dengan wilayah lain tanpa hambatan oleh faktor geografis.(*KB)