Percayaakah Engkau akan Hal Ini?
Yohanes 11:24-28
“Percayakah engkau akan hal ini?” (Ayat 26b)
Apakah seorang yang percaya otomatis juga adalaah sesorang yng beriman? Kalau seorang yang beriman tentulah ia adalah seorang yang percaya, namun seorang yang percaya belum tentu ia juga adalah seorang yang beriman.
Ada satu cerita mengenai seorang akrobater hebat yang membentangkan tali yang kuat. Tali itu dalam ukuran yang sangat panjang terbentang di atas aliran air terjun tertinggi di dunia yaitu air terjun Niagara. Ia memulai atraksinya dengan menyeberangi air terjun dengan menggunakan tali itu, berjalan di atas tali itu dan tiba di seberang dengan selamat. Semua orang yang menyaksikan itu bertepuk tangan dan berdecak kagum akan keberhasilan sang akrobater ini. Setelah tiba di seberang dengan selamat, ia berkata pada para penonton bahwa ia akan menyeberang kembali lagi dan karena itu dia bertanya apakah semua penonton yakin dan percaya bahwa ia akan sampai lagi di seberang sana dengan keadaan selamat? Semua bertepuk tangan dan berkata dengan yakin, ya, kami percaya. Setelah mendengar perkataan para penonton itu, sang akrobat bergegas untuk menyeberangkan diri melalui tali itu, namun sebelum ia mulai, ia bertanya lagi yang kedua kalinya, kalau begitu, siapakah di antara kalian yang mau ikut dengan saya…? Seketika suasana menjadi hening karena tidak ada satu orang pun yang bersedia menyeberang dengan menggunakan tali bersama dia.
Pertanyaan Yesus pada Maria dan Marta, percayakah engkau akan hal ini, adalah pertanyaan yang datang ketika Maria dan Marta sedang diperhadapkaan dengan badai hidup berat dalam saat itu. Seorang saudara laki-laki yang mereka banggakan, tempat mereka bersandar dan menggantungkan harapan telah meninggal, bagaikan sebuah rumah yang kehilangaan pilar penopang, bagai sebuah rumah yang roboh tiang induknya, demikianlah mereka. Yesus bertanya pada mreka, percayakah mereka pada perkataan Yesus? Apakah juga mereka sanggup mengimani percaya itu dalam kehidupan mereka yang sedang penuh keputusaasaan?
Saudaraku, menjadi orang percaya adalah panggilan kita, namun kepercayaan itu dibawa Tuhan untuk duji, seberapa kuat percaya itu, seberapa mampu kita menjadi orang yang beriman sekalipun mustahil? Seberapa yakin kita mau tetap melayani Tuhan sekaliipun rumah tangga kita dilanda keguncangan? Seberapa mau kita berjalan dalam kebenaran Allah sekalipun dunia menyodorkaan kenikmatan hidup dengan cara sesat? Seberapa kita bukan hanya menjaadi orang yang percaya bahwa Yesus adalah Allah yang penuh kebenaran tetapi juga mau menjadi agen yang siap berjalan bersama Dia untuk menyatakan kebenaran Allah di dunia yang serba sulit?
Tetaplah melangkah bersama Allah, seperti Maria dan Marta, Allah selalu di sampingmu untuk menjadi sahabat yang siap menemanimu kapan saja, siap menjadi teman yang mau mendengar tiap curahan isi hatimu dan siap untuk menepuk bahumu sambil berkata, “berjalanlah sobat!”
Angkatlah tilammu dan berjalanlah, jangaan biarkan imanmu lumpuh hanya karena kau tak mau berkata pada jiwamu dan kakimu, bangunlah hai jiwaku mngapa engkau tertekan di dalam batinku? Janganlah memasung hati dan kakimu, berjalanlah, karena kalaupun di depanmu jalan itu penuh duri dan onak, kau tak sendiri berjalan, Ia Allah bersedia berjalan bukan hanya menemanimu namun terlebih dari itu, IA adalah Allah yang bersedia menggendongmu, supaya kakimu tidak terluka.
Percayakah engkau akan hal ini? Amin
Penulis: Pdt. Yulita Y Zina-Lero, S.Th
Editor: Roni Bani