Kalabahi, infoNTT.com.- Dalam kebaktian peluncuran Injil Markus Bahasa Klamu, Kitab Kejadian 37-50, dan buku Kidung Pujian yang semuanya dalam Bahasa Klamu, Konsultan Ahli Bahasa, Prof. Dr. Charles Grimes, Ph.D mendapat kepercayaan dan kesempatan untuk berbicara pada umat/jemaat. Pada kesempatan berbicara, Jumat (17/11/23), ia menyampaikan rasa syukur dan terima kasih pada Tuhan, bahwa Dia telah menuntun pemilik dan pengguna Bahasa Klamu untuk segera menyadari bahwa bahasa mereka merupakan bahasa yang diberikan Tuhan. Oleh karena itu, maka bahasa ini harus terus dipergunakan baik oleh generasi yang sekarang sudah makin uzur (tua), maupun generasi muda sekarang dan diwariskan pula pada mereka yang akan datang.
Prof. Charles Grimes mengingatkan pentingnya menggunakan bahasa daerah setiap saat, terlebih di dalam pelayanan gereja. Bahasa yang paling mudah dimengerti, pesan itu segera diterima bukan saja tiba di otak, tetapi juga sampai di hati. Bila disampaikan dalam bahasa yang bukan dari pemilik bahasa itu sendiri, akan tiba di otak saja dan tidak sampai di hati.
Unit Bahasa dan Budaya GMIT mendapat tugas dari Majelis Sinode GMIT untuk melakukan inventarisasi bahasa daerah di lingkungan pelayanan GMIT, menerjemahkan alkitab dalam bahasa sasaran pelayanan dan produk lainnya termasuk produk pendidikan.
Maka, generasi muda harus terus belajar, belajar menulis dan membaca bahasa daerah, khususnya di dalam masyarakat pemilik dan pengguna Bahasa Klamu ini. Banyak penelitian membuktikan bahwa bahasa daerah yang dipergunakan secara baik sebagai bahasa pertama, akan meningkatkan kemampuan pada pengetahuan dan pemakaian bahasa kedua dan seterusnya. Ia mengingatkan, bahwa bahasa daerah itu indah, pelihara dan pertahankan. Lestarikan.
Pada kesempatan tersebut, seorang tokoh jemaat mewakili jemaat untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada berbagai pihak, terutama pada MS GMIT melalui UBB GMIT dan Pemerintah Kabupaten Alor. Dalam sambutannya, ia menyampaikan pula bahwa ada sejumlah suku dan sub suku yang mendiami wilayah desa Bandar Kecamatan Pantar dan sekitarnya. Suku-suku ini saling berbaur baik dalam pergaulan sehari-hari maupun dalam hal perkawinan silang antar suku dan sub suku. Maka, bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat yakni Bahasa Klamu, Bahasa Pantar Barat, Bahasa Blagar dan Bahasa Teiwa.
Catatan: Roni Bani