Diakonia dalam Gereja Lokal di Koro’oto Klasis Amarasi Timur

Pdt Yulita Y. Zina-Lero, S.Th & Pdt Papi A. Ch. Zina, S.Th

 

 

Bacaan Lainnya

Sukacita tersendiri ketika akan menulis tema ini menjadi sebuah bahan pembelajaran sendiri maupun kepada setiap gereja Tuhan dalam pengertian individu maupun institusi. Karena berbicara tentang diakonia sebenarnnya berbicara tentang jantung dari seluruh pelayanan Gereja . Berbicara diakonia, berbicara tentang sebuah praksis pelayanan yang nyata, bentuk pratika dari pemberitaan firman kepada jemaat. Pelayanan kasih yang disebut dalam bahasa diakonia. Setiap gereja tentu memiliki program yang menyentuh pelayanan kasih atau diakonia itu sendiri dengan berbagai versi dan ragamnya. Mereka yang menjalankan tugas pelayanan kasih atau diakonia dalam lingkup jemaat disebut diaken.  Dan dalam melaksanakan tugasnya para diaken dalam gereja selalu berpedoman pada Tata GMIT, Pengakuan dan Ajaran GMIT.

Berdasarkan pengakuan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia serta Kepala Gereja, sumber kebenaran dan hidup yang menghimpun dan menumbuhkan gereja, sesuai dengan Firman Allah dalam Alkitab (Ulangan 7:6; Matius 16:16-18; 1 Korintus 3 : 11; Efesus 4 : 15), gereja terus melaksanakan tugas diakonia kepada jemaat. Ajaran yang melandasainya adalah dengan menjadi memberi diri menjadi sesama  manusia bagi orang yang menderita (Lukas 10 : 25 – 37), menyatakan kepedulian yang tulus terhadap orang-orang yang lapar, haus, telanjang, sakit, dipenjara (Matius 25 : 42 – 46). Belajar dari konsep kesetiakawanan Allah kepada orang miskin dan lemah dalam membela hak mereka bahkan yang Allah memerintahkan umatNya untuk memiliki sebuah praksis dari konsep pemerhati dan peduli itu sendiri; tahun sabat, tahun Yobel.  (Keluaran 22:21-24, Ulangan 10:17-19, Imamat 23:22, Imamat 19:9-10, Keluaran 23:10-11, Ulangan 15:2-18).

GMIT Jemaat Pniel Tefneno’ Koro’oto pun dengan penuh takut akan Tuhan, melaksanakan tugas tanggung jawab pelayanan diakonia ini bagi jemaat. Ada beberapa bentuk pelayanan diakonia dalam jemaat. Terutama jemaat di GMIT Pniel Tefneno Koro’oto. Pelayanan kasih/diakonia tersebut adalah:

  1. Diakonia dwibulanan adalah diakonia yang diberikan jemaat melalui majelis jemaat dalam hal ini Badan Pelayanan Diakonia kepada para lansia dalam jemaat, janda, duda, disabilitas
  2. Diakonia kesehatan adalah bentuk diakonia yang diberikan kepada jemaat baik langsung maupun melalui kerja sama dengan instansi kesehatan desa Nekmese. GMIT Pniel Tefneno Koro’oto bekerja sama dengan Puskesmas Sonraen pada waktu lalu, yang selanjutnya kerjasama ini dilanjutkan oleh Pustu di Nekmese.
  3. Diakonia bencana alam, pelayanan kasih yang diberikan kepada jemaat yang mengalami kecelakaan atau musibah lainnya, misalnya kebakaran rumah. Ketika Seroja memporakporanda pemukiman, beberapa rumah anggota jemaat di Koro’oto pun ada di dalamnya. Pelayanan diterimakan kepada mereka yang tertimpa bencana ini.
  4. Diakonia sakit dan duka. Pelayanan kasih yang diberikan kepada jemaat yang sakit dan harus menerima perawatan di rumah sakit, dan juga kepada jemaat yang mengalami dukacita
  5. Diakonia Kecelakaan. Diberikan kepada anggoa jemaat yang mengalami kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja dan lain-lain. Dalam kecelakaan kerja seperti yang disebutkan, misalnya kecelakaan saat bekerja di ladang (jatuh sehingga patah tulang, terpotong anggota tubuh ketika menggunakan parang/benda tajam, dll).

Sesungguhnya diakonia atau pelayanan kasih ini tidak boleh terlepas begitu saja dengan misi pemberdayaan gereja bagi jemaat sehingga perwujudan dari diakonia bukan seperti “gula-gula, permen” yang disodorkan gereja kepada jemaatnya tetapi menjadi rangsangan untuk membangun rasa kepedulian yang besar, kasih yang besar bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Dengan tujuan agar memberi motivasi kemandirian bagi jemaat dengan memberdayakan segenap sumber daya yang ada dalam jemaat itu sendiri sehingga sebuah dirasa perlu untuk terus-menerus  mengembangkan konsep/ naskah teologia, yang diakui secara bersama, tentang diakonia karitatif, reformatif dan transformatif yang berkelanjutan baik dalam bidang sosial-ekonomi, pendidikan, politik, hukum, hak azasi dan kewajiban azasi serta isu gender perlu disusun sebagai hasil dari sebuah pemahaman bersama menuju satu visi dan misi; memperkuat tubuh Kristus yang mampu keluar dari berbagai kesulitan dan memberdayakan diri sendiri yang kemudian menjadi berkat bagi orang lain. Hal ini pula berarti para Pendeta  dan Pejabat diakoniat GMIT , baik di lingkup Sinode, Klasis maupun jemaat harus terus mengembangkan pengetahuan ataupun perspektif teologia yang matang tentang diakonia kontekstual sesuai perubahan masyarakat yang bersumber pada Alkitab dan tata gereja serta yang bervisi dan misi untuk membentuk komunitas jemaat yang mandiri.

Salah satu tugas penting berkenaan dengan hal di atas adalah revitalisasi dan reaktualisasi fungsi strategis diakonia dengan mendirikan wadah diakonat pada semua aras pelayanan, teristimewa di dalam jemaat dengan menyusun pedoman pengorganisasian pelayanan diakonia jemaat, pengembangan kapasitas para diaken/diakonat jemaat contoh melalui seminar pengembangan pelayanan diakonat jemaat, pemetaan wadah diakonat dan perwujudannya sampai pada pemberian bantuan langsung (stimulat) kepada jemaat yang perlu menerima pelayanan kasih dan kepedulian gereja (konteks pergumulan jemaat itu sendiri) melalui berbagai sumber daya dalam gereja. Semua hal ini bertujuan agar pada akhirnya akan mencapai beberapa hal yang diharapkan yaitu para diaken terorganisir sebagai wadah diakonat Jemaat, para Pendeta mendapat pendampingan dalam melatih para diaken, para diaken mengembangkan pelayanan sesuai dengan fungsi dan peranannya. Jemaat-jemaat yang mengalami musibah dan membutuhkan perhatian khusus  dikunjungi dan mendapat layanan kasih.

Pada akhirnya terwujudlah suatu bentuk pelayanan diakonia yang holistik di tengah jemaat baik itu diakonia karitatif, diakonia reformatif dan diakonia transformatif. Kiranya tulisan ini menolong kita untuk terus memelihara jantung gereja supaya tetap sehat, tidak menjadi lemah atau kurang prima dalam menata kehidupan ini dan kita dapat terus memelihara kehidupan bersama-sama dengan Allah dan mewujudkan kasih serta keadilan Allah di tengah dunia ini. Tuhan Yesus memberkati kita semua.

 

Penulis: Pdt. Yulita Y. Zina-Lero, S.Th
Editor: Roni Bani

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *