Antara Orang Kota dan Desa, Bersyukur dan Tak Memaksa Keadaan

Merdana Ora, Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Univ PGRI 45 Kupang

Penulis: Merdana Santri Ora (Mahasiswi Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia – UPG45)

Kupang-InfoNTT.com,- “Hallo kakak, dari mana?” Lalu dijawab “Ia ibu, beta (saya) dari Amarasi”. Oh pantasan, orang Timor selalu ceria dan murah senyum, apalagi lahir besar di desa pasti ramah dan sopan.

Bacaan Lainnya

Demikian sepenggal percakapan terjadi antara saya dan seorang ibu ketika dalam perjalanan ke Kampus.Ketika mendengar ending akhir percakapan tersebut dengan senang saya mengiyakan.

Dalam keseharian ketika beradaptasi dengan orang-orang kota ternyata ada perbedaan. Di desa ketika bertemu dengan orang-orang pasti saling sapa, dan membangun basa-basi sejenak.

Ketika bertamu atau ada tamu yang berkunjung akan disediakan tempat sirih pinang sebagai wujud budaya orang Timor, barulah makan atau minum. Inilah gambaran adab bermasyarakat yakni menjadi yang utama adalah kebersamaan.

Pandangan saya, kehidupan di kota, kebanyakan orang sibuk dengan pekerjaan alias kesibukan pribadi. Selain itu cara berpakaian pun agak berbeda, dan saling sapa terjadi kalau sesama saudara.

Identitas anak desa nampak terbaca dari cara berpakaian, membalut hari-hari juang dengan kecerian, berteman dengan siapa saja, nada suara datar dan kadang kasar, banyak tertawa bahkan dialeg sehari-hari juga menjadi tanda pengenal. Namun tentu ini pandangan dari sudut berpikir saya sebagai penulis, setidaknya ada juga orang kota yang memegang teguh adab.

Sebagian anak desa menikmati hidup apa adanya tanpa banyak komentar karena sudah terbiasa dengan keadaan, misalnya ketika pulang kampus dengan cuaca panas sekalipun tanpa mengeluh harus pulang kos atau rumah dengan berjalan kaki.

Pekerjaan ringan ataupun berat adalah hal biasa dan akan selalu siap untuk diselesaikan kapan saja. Ini sebagai bukt8 bahwa sedari kecil dari dalam keluarga sudah diajarkan untuk menyelesaikan tanggung jawab.

Sejauh mana kaki melangkah, mata memandang dan tangan berkarya namun jangan pernah melupakan kebiasaan di desa yang diajarkan orang tua. Discalimer: boleh berubah tetapi tidak untuk merubah kebiasaan baik yang pernah didapatkan dari orang tua semasa kecil, bahwa kebiasaan baik dan perkenalkan bagi sesama adalah hal penting yang harus diaplikasikan.

Tetap memiliki prinsip saling sapa dengan siapa saja dan dimana saja, membangun rasa peduli,rasa hormat dan sopan santun dalam berpakaian juga berbicara.

Siap beradaptasi dan menyesuaikan diri dalam segala keadaan, perbanyak bersyukur dan menikmati hidup apa adanya dengan tidak memaksa keadaan.***

Pos terkait