Sabtu (29/01/21) bertempat di gedung gereja Pniel Tefneno Koro’oto Majelis Jemaat Pniel Tefneno Koro’oto merealisasikan satu program kerja tahun pelayanan 2022. Program itu yakni, sosialisasi jenis penyakit pada ternak babi dan sapi serta cara pencegahan dan pengobatannya. Pdt. Papy Z. Ch. Zina, S.Th, Ketua Majelis Jemaat Pniel Tefneno’ Koro’oto mengatakan, sosialisasi ini sangat penting untuk memberikan pencerahan kepada anggota Majelis Jemaat yang selanjutnya anggota Majelis Jemaat akan mendesiminasikan kepada anggota jemaat di rayon-rayon pelayanan. Rata-rata anggota jemaat mempunyai ternak babi atau sapi. Kita perlu mengetahui secara dini tanda-tanda atau gejala dari suatu jenis penyakit. Bahwa masyarakat mempunyai pengalaman dalam hal mengurus ternak dan berhadapan dengan penyakit pada ternak, tetapi tidak selalu dapat dicegah secara baik. Puji Tuhan di dalam Jemaat Pniel Tefneno’ Koro’oto ada anggota jemaat kita yang secara khusus belajar dan telah dinyatakan sebagai memiliki keahlian di bidang kesehatan hewan, drh. Rolens F.M. Bani, S.KH.
Selanjutnya drh. Rolens F.M. Bani, S.KH yang memperkenalkan diri sebagai Rio, dan sudah diketahui oleh jemaat pada umumnya. Ia menyampaikan khusus penyakit pada ternak babi dan sapi. Hal ini dirasakan perlu karena dalam pengamatannya selama hampir 2 tahun terakhir sesudah menyelesaikan studinya, banyak permintaan untuk pelayanan secara pribadi kepadanya.
Pada ternak babi penyakit yang sulit diberantas yakni virus ASF (African Swine Fever). Sampai saat ini belum ditemukan antivirus untuk virus ASF. Oleh karena itu perlu dikenali tanda-tanda yang kelihatan pada ternak babi bila virus ASF menyerang. Tanda-tandanya yaitu, tidak ada nafsu makan, pilek, demam, diare dan muntah. Ternak babi dapat mati pada hari ke delapan bila diserang virus ASF.
Pencegahan dapat dilakukan dengan menyemprotkan disinfektan pada kandang dan tempat makanan ternak babi ini. Babi yang sakit dipisahkan dikarantina.
Sementara itu pada ternak sapi, dalam pengamatannya ditemukan adanya pernyakit keringat darah (jembrana) dan ngorok. Dua jenis penyakit ini dapat dicegah dengan vaksin yang dilakukan setiap 6 bulan (setahun 2 kali). Pada ternak sapi yang sakit dan sedang bunting tidak diperkenankan untuk divaksin.
Diskusi berlangsung alot karena semua anggota Majelis Jemaat pernah menyaksikan ternak sapi atau babi mengalami penyakit bahkan tewas. Moderator, Pdt. Papy A. Ch. Zina, S.Th menyarankan agar konsultasi Kesehatan ternak dapat dilakukan dengan dokter hewan dimaksud. Sang dokter hewan anggota jemaat Koro’oto sehingga dapat ditemui di rumah. Majelis Jemaat mengharapkan agar program ini ditindaklanjuti dengan pemberian vaksin pada ternak babi dan sapi. Waktunya diatur bersama dalam Sidang Majelis Jemaat di awal tahun 2022 ini. Jika kelak Sidang Majelis Jemaat menyetujui untuk melembagakan satu unit kerja khusus untuk pelayanan pada bidang kerja yang satu ini. (hb)
Laporan: Heronimus Bani