Lonceng Gereja
Lonceng gereja berdentang bertalu-talu. Terdengar sejauh angin membawa bunyinya. Terdengar sejauh perhatian diaahkan. Setiap hari Minggu terdengar bunyinya untuk mengumpulkan umat beribadah, di waktu-waktu tertentu bunyinya menjadi penanda peristiwa, misalnya kematian.
Jam kebaktian telah ditentukan. Bersiap beribadah menurut waktu yang ditetapkan, tetapi loneng tetap saja dibunyikan sebagai bagian dari pelayanan beribadah. Bunyinya memberi sukacita bagi yang terbiasa menjadikan lonceng sebagai pemanggil sebagai pemanggil dan penanda ibadah.
Dalam pelananan Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT), lonceng tak dapat dipisahkan. Ia ada di tiap gereja. Bantuknya beragam. Dari lonceng yang memang berbentuk lonceng yang memang terbentuk lonceng yang dipesan khusus, penampang bom sisa perang, tabung oksigen sampai velg atau pelek mobil. Bunyinya akan terdengar membahana. Menusuk telinga, menggetarkan hati, menggerakkan badan, membawa alam pikiran tentan Tuhan dan persekutuan orang percaya.
Setiap kebaktian hari Minggu lonceng akan dibunyikan. Setidaknya 1 atau 2 jam sebelum kebaktian minggu, Sang Koster telah membunyikannya. Itu bunyi pertams ebanyak 39 kali sebagai pengingat akan banyaknya kitab dalam Perjanjian Lama. Satu jam kemudian atau paling tidak 30 menit berikutnya sebelum kebaktian akan dibunyikan lagi sebanyak 27 kali untuk mengingatkan akan 27 kitab dalam Perjanjian Baru. Tepat pada saat kebaktian, ketika Pelayan mengucapkan votum, terngiang menelusuk di relung jiwa, tiga bunyi: Bapa, Anak dan Roh Kudus. Penyatuan jiwa bersama Sang Pencipta, Penebus dan Pembaharu.
Kebaktian dimulai. Persekutuan orang kudus yang percaya menyatu dalam sembah. Persekutuan yang mengikat kasih antarsemasa. Dalam satu ruang, dalam satu waktu. Apakah hati masih menyimpan benci, amarah dendam ketika telah terdengar bunyi lonceng yang menyatukan dengan Allah Tritunggal?
Bunyi londeng gereka akan terus menggema. Menelisik ke seantero medan layan. Tak dapat ditahan.. Ia akan terus berdengung di setiap hati. Membuka hati, saatnya meninggalkan ego. Saatnya memberi diri. Saatnya merasakan kuasa dalam kuasa dalam kemulaan Allah.
Selamat memasuki kebaktian Minggu. Selamat menyatu jiwa dengan Tuhan dalam persekutuan orang percaya.
Selalu ada sukacita di tiap dentang lonceng gereja.F
#GMIT
#lonceng gereja
Penulis: Pdt. Yefta H. Bani, S.Th
Editor: Heronimus Bani