Kupang-InfoNTT.com,- Keluarga almarhum yang divonis sebagai pasien covid-19 (Johanis Tuke) asal RT 14, RW 06, Keluarahan Tarus, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, mengkritisi kinerja tim satgas covid-19 Kabupaten Kupang yang amburadul. Hal ini dikuatirkan akan menjadi persoalan besar dan serius jika tidak segera dibenahi.
James Albert Tuke, anak kandung almarhum Johanis Tuke kepada media ini, Minggu (08/8/2021) malam di rumah duka menjelaskan, ayahnya meninggal pukul 04.00 wita akibat beberapa penyakit bawaan yang diderita almarhum semasa hidupnya.
James menuturkan, beberapa hari yang lalu ayahnya sakit demam lalu dilarikan ke Rumah Sakit Leona. Setalah diperiksa atau di swab antigen hasilnya reaktif. Kemudian karena sudah sedikit membaik, ayahnya dibawa pulang untuk dirawat di rumah, namun ayahnya tidak tertolong setelah tubuhnya lemas beberapa saat sebelum akhirnya meninggal dunia.
James yang juga Wakil Ketua Karang Taruna Kelurahan Tarus ini mengakui bahwa keluarga besar sudah mengikhlaskan kepergian almarhum, akan tetapi cara penanganan tim satgas covid-19 Kabupaten Kupang yang membuatnya cukup marah saat berada di TPU Oelnasi.
Diketahui bersama bahwa adanya video di mana James Tuke memarahi Bupati dan Wakil Bupati Kupang terkait proses pemakaman ayahnya yang tidak manusiawi. Hal ini dilakukan lantaran tidak tega ayahnya dimakamkan tidak sesuai prosedurnya secara kemanusiaan.
“Saya kecewa dengan Pemerintah Kabupaten Kupang. Masa kubur pasien covid saya tidak ada alat seperti skop? Masa harus pakai helm petugas untuk garuk tanah. Saya ada di lokasi dan lihat itu semua mereka lakukan terhadap ayah saya. Saya marah wajar karena sebagai anak tidak mungkin lihat seperti itu lalu diam saja,” ujar James.
Menurutnya, Pemkab Kupang yang dipimpin Korinus Masneno dan Jerry Manafe sudah tidak ada rasa empati lagi terhadap penanganan covid-19 di Kabupaten Kupang. Di mana dana puluhan milyar yang dianggarakan untuk penanganan covid-19 seolah-olah tidak ada, bahkan TPU pun dikelola asal-asalkan saja.
“Jujur teman-teman, saya sangat prihatin dengan TPU di Oelnasi. Lubang kubur yang disiapkan juga asal-asal saja. Kalau jenazah dimakamkan dengan proses yang benar-benar baik pasti kami keluarga juga menghargai itu. Kami sudah ikhlas untuk dimakamkan di sana, maka satgas pun harus bekerja dengan baik, apalagi ada anggarannya,” ujar James.
Menurutnya, kejadian ini harus dikritisi secara keras agar tim satgas dievaluasi. Kebijakan pemintah harus benar-benar pro terhadap rakyatnya. Sistemnya harus dirubah, jangan biarkan kejadian serupa terjadi.
“Pemkab Kupang nampaknya tidak serius akan penanganan covid di daerah kita ini. Karena mungkin tidak ada anggaran, maka saya sudah berembuk bersama keluarga untuk tahap selanjutnya terkait pengurusan makamnya akan kami keluarga urus sendiri tanpa intervensi pemda,” tegasnya.
Dirinya sangat menyesal akan sikap dan berbagai kebijakan pemerintah daerah, yang seolah-olah membiarkan hal seperti ini terjadi. Bahkan ada jenazah yang semalam dibawa ke lokasi TPU Oelnasi namun karena tidak ada satu pun petugas maka jenazah dibawa kembali.
“Saya berharap semua pihak khususnya masyarakat Kabupaten Kupang harus berani bersuara, apapun resikonya. Ini manusia yang dimakamkan bukan binatang, dan kita wajib bersikap kritis apabila ada hal-hal prinsip kemanusian ini terus dilanggar. Kita kritik agar kesalahan-kesalahan itu bisa diperbaiki,” ujarnya.
Sedangkan Camat Kupang Tengah, Rudolf Talan yang juga turut hadir di lokasi pemakaman kepada media mengatakan, dirinya ditugaskna untuk menyiapkan tempat pemakaman, sedangkan terkait teknis penanganan dirinya tidak mengetahui.
“Soal pemakaman hari ini kita baru mulai, dan baru kita lihat kondisinya seperti ini. Tapi saya kira protes ini baik agar apa yang kurang bisa kita perbaiki. Saya atas nama pemerintah memahami kondisi ini, kita upayakan untuk mengevaluasi setiap kekurangan yang ada,” ujar Camat Kupang Tengah.
Menurut Rudolf, TPU yang menjadi lokasi pemakaman pasien covid-19 tersebut struktur tanahnya lebih banyak batu. Jadi kedepan akan kesulitan tanah saat menutup liang lahat.
“Lubang pertama ini tanah-tanah di sebelah masih bisa diambil, tapi kalau kuburan berikut berikutnya kita akan kesulitan nanti. Hal ini akan saya sampaikan ke pemerintah dalam hal ini Bupati maupun Wakil Bupati Kupang untuk dibicarakan tindak lanjutnya seperti apa,” tandas camat.
Laporan: Chris Bani