Kota Kupang, Infontt.com – Komunitas Film Kupang (KFK) kembali menggelar kegiatan nonton dan diskusi bersama pada Jumat, 15 Oktober 2021 di markas besar KFK, Jl. Gua Lourdes GG.1 Kel. Oetete, Kota Kupang.
Kegiatan yang dikemas dalam program pemutaran film mingguan Jumat Di Garasi (JDG) ini menghadirkan dua film dokumenter pendek, “Maruah” karya sutradara Ali Reza Yawari dan “Amnuban” karya Hendri Tefa. Kedua film ini menyajikan duka dari dua tragedi berbeda yang lekat dengan masyarakat Nusa Tenggara Timur. “Maruah” memperlihatkkan duka pekerja migran Indonesia asal NTT yang menjadi korban pelanggaran HAM di negeri orang serta film “Amnuban” yang mengambarkan duka korban badai seroja di Kampung Amuban Oebufu.
Pada slot pertama pemutaran diisi dengan film pendek Amnuban yang merupakan hasil kolaborasi Komunitas Film Kupang dengan AMKKA (Angkatan Muda Keluarga Kampung Amnuban) yang diproduksi untuk menjadi pengingat terhadap janji-janji pemerintah. Sekelompok anak muda menuangkan keresahannya terhadap dampak bencana yang menjadi luka besar untuk warga NTT khususnya kota Kupang melalui film. Setelah selesai menonton film berdurasi 5 menit 41 detik ini, kegiatan dilanjutkan dengan sesi diskusi bersama sutradara film yang dimoderatori oleh Bernadete Atasoge.
“Film ini adalah bentuk keberpihakan beta. Ketika beta datang di KFK dan rumah KFK ini juga hancur sebenarnya. Tapi, kalau ketong hanya mau pikir perbaiki ketong pu hidup, ju untuk apa ketong hidup di dunia? Jadi, pas setelah bencana itu KFK berkegiatan di sana dan saat itulah awalnya beta melihat kedaan dan lahirlah film ini sebagai respon dari ketong semua punya kesedihan” jelas Hendri atau akrab disapa Andre. Selain itu, Andre juga menjelaskan posisinya dalam membuat film ini, “Dalam proses pembuatan film, yang terpenting adalah kejujuran dan keberpihakan. Setelah melalui proses riset, beta memilih untuk berpihak kepada warga” tambah Andre. Untuk diketahui, kampung Amnuban adalah salah satu lokasi yang paling terdampak di Kota Kupang. Terdapat 160 KK yang menjadi korban. Hampir seluruh lahan dan rumah hancur akibat bencana Seroja yang menyerang NTT pada bulan April 2021 lalu.
Film dokumenter pendek “Maruah” mengisi slot kedua pada Jumat di Garasi kali ini. Film ini merupakan hasil kolaborasi KFK dengan para imigran asal Afganistan. Film ini menceritakan rutinitas Pdt. Emy Sahertian seorang pendeta kristen di Kupang yang selalu menjemput dan mengurusi jenazah korban perdagangan manusia. Dengan mengambil sudut pandang lain dari kasus human trafficking di NTT, kerja-kerja relawan kemanusiaan yang membantu pengurusan jenazah para pekerja migran menjadi cerita tersendiri.
“Maruah berasal dari bahasa Melayu yang artinya martabat atau harga diri. Film ini singkatnya ingin menunjukkan bagaimana anak-anak NTT sebagai tenaga kerja di negara orang diperlakukan seperti tidak punya harga diri sekaligus juga ingin menyoroti aktivitas pendeta Emy dan teman-teman yang setia menunggu jenazah pekerja migran Indonesia (PMI) di Kargo” bandara El Tari Kupang” jelas Tata sebagai asisten sutradara film ini. “Ketika ketong ikut aksi, orang-orang pasti akan berpikir buat apa ikut-ikut protes dan demo yang sonde penting? Tapi, ketika kami sendiri melewati proses produksi ini dan kami meliput aksi mama Emy dan kawan-kwan berorasi di depan kantor Gubernur, akhirnya kami jadi tahu bahwa ada alasan tertentu kenapa mereka bisa sampai terjebak dan akhirnya pulang menjadi jenazah”, tambah Tata
Jumat di Garasi hari ini dihadiri juga oleh Lurah Oetete ibu Desy Lay yang sekaligus dalam kesempatan tersebut memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Komunitas Film Kupang atas proses kreatif yang selama ini sudah dilakukan.
Program jumat di garasi akan terus hadir setiap jumat dan akan terus menjadi ruang diskusi serta ruang para filmmaker mengantarkan filmnya untuk menemui penonton.
“Informasi tentang Komunitas Film Kupang dan program-programnya bisa dilihat di instagram @komunitasfilmkupang. selalu update secara rutin aktivitas-aktivitas kami” tutur Jedi koordinator umum KFK.
ditulis oleh @Minyakurut_