Jurnal Penelitian, Pendidikan dan Pengajaran

PENERAPAN GOOGLE CLASSROOM

UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR ONLINE (DARING)

PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN

PRATIKUM AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA , DAGANG DAN MANUFAKTUR KELAS XI

PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI KEUANGAN LEMBAGA

DI SMK NEGERI 1 PATUMBAK

 

 Oleh: Yetty Amra,SE. Akt.1,

SMK Negeri 1 Patumbak

Amrayetty07@gmail.com

  

ABSTRAK

 Google Classroom (Ruang Kelas Google) adalah suatu aplikasi pembelajaran secara online yang dapat digunakan secara gratis. Guru bisa membuat kelas mereka sendiri dan membagikan kode kelas tersebut atau mengundang peserta didiknya. Google Classroom ini diperuntukkan untuk membantu proses kegiatan pembelajaran seperti menemukan atau mengatasi kesulitan pembelajaran, membagikan pelajaran dan membuat tugas tanpa harus hadir ke kelas.Penyelenggara pendidikan dibidang kejuruantidak bisa dilepaskan dari kemajuan teknologi dan informasi. Kemajuan teknologi dan informasi yang dpat berdampak positif dan negatif perlu direspon secara cermat dan tepat.Pemanfaatan kemajuan teknologi dan informasi dalam pembelajaran kejuruan dapat memberikan konstribusi positif pada pencapaian tujuan pembelajaran , baik peserta didik maupun bagi guru sendiri. Tujuan penelitian dalam kegiatan iniadalah Untukmengetahui apakah sarana dan prasarana kegiatan pembelajaran secara online (daring) sudah terpenuhi atau tidak,Untuk mengetahui apakah penerapan Google Classroom sudah sesuai dengan proses pembelajaran secara online (daring),Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran khususnya pelajaran Pratikum Akuntansi Perusahaan Jasa, Dagang dan manufaktur dan untuk menghilangkan rasa jenuh dan bosan yang ada pada peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran secara online (daring).

 

Kata kunci:

Google Classroom

Hasil belajar

 

 

1.  PENDAHULUAN

Pendidikan di SMK mengisyaratkan bahwa peserta didik sudah terlatih dalam mengatasi problema yang dihadapi sehari-hari. Hal ini diwujudkan dalam hal pelaksanaan pembelajaran praktek yang bersifat individual. Dengan pelaksanaan praktek individual ini maka peserta didik secara tidak langsung belajar untuk mengatasi permasalahan. Hal ini terjadi karena pelaksanaan praktek, baik dinilai proses maupun hasilnya sangat tergantung pada kreativitas peserta didik.

Di masa Lockdown ini proses pembelajaran di SMK khususnya program produktif sangat terkendala, terlebih lagi hampir seluruh kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara praktek. Mau tidak mau peserta didik harus menyiapkan sarana dan prasarana pendukung untuk kegiatan praktek. Khusus untuk mata pelajaran pratikum akuntansi Perusahaan Jasa Dagang dan manufaktur sarana dan prasana yang paling tidak harus dipersiapkan oleh peserta didik adalah Smartphone dan PC / Laptop. Apabila hal tersebut tidak bisa direalisasikan oleh peserta didik, maka kegiatan praktek harus dilakukan dengan cara berkelompok di rumah peserta didik yang memiliki PC / Laptop ataupun melakukan kegiatan praktek di warnet.

Kemudian aplikasi untuk kegiatan pembelajaran secara online (daring) juga harus dipersiapkan. Khusus pada SMK Negeri 1 Patumbak yang digunakan adalah Google Classroom. Adapun Google Classroom ini langsung bisa terkoneksi dengan aplikasi pendukung seperti Youtube, Google Form dan Google Drive, bahkan aplikasi lain juga bisa langsung terhubung hanya dengan menginputkan alamat link-nya saja.

 Berdasarkan uraian tersebut, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “PENERAPAN GOOGLE CLASSROOM UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR ONLINE (DARING) PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN PRATIKUM AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA, DAGANG DAN MANUFAKTUR KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI KEUANGAN LEMBAGA DI SMK SWASTA NEGERI 1 PATUMBAK”.

 2. PEMBAHASAN

a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

 Penelitian Tindakan Kelas disingkat PTK adalah bentuk penelitian yang terjadi di dalam kelas berupa tindakan tertentu yang dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar guna meningkatkan hasil belajar yang lebih baik dari sebelumnya.

 Penelitian tindakan kelas dapat dipakai sebagai implementasi berbagai program yang ada di sekolah, dengan mengkaji berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada peserta didik atau keberhasilan proses dan hasil implementasi berbagai program sekolah.

 

b. Langkah – Langkah Penelitian Tindakan Kelas

 

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini yang dilakukan adalah merencanakan metode pembelajaran yang akan digunakan, mengembangkan skenario model pembelajaran dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyusun lembar observasi dan menyusun penugasan.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini yang dilakukan adalah menerapkan metode dan model pembelajaran yang telah dirancang pada tahap sebelumnya.

 

3. Tahap Observasi dan Evaluasi

Pada tahap ini yang dilakukan adalah mengamati peserta didik dan memberikan tugas kepada peserta didik. Kemudian data observasi dan evaluasi dibandingkan dengan kriteria keberhasilan pembelajaran yang diperoleh sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan.

 

4. Tahap Refleks

Pada tahap ini yang dilakukan adalah meneliti hasil kerja peserta didik terhadap tugas yang diberikan dan menganalisis hasil pengamatan untuk membuat kesimpulan sementara terhadap pelaksanaan pengajaran pada siklus I dan II. Kemudian mendiskusikan hasil analisis untuk tindakan perbaikan pada pelaksanaan kegiatan penelitian dalam sikllus III.

 

 

4. Pembelajaran Menggunakan Google Classroom

 

a. Sekilas Tentang Google Classroom

 

Google Classroom (Ruang Kelas Google) adalah suatu aplikasi pembelajaran secara online yang dapat digunakan secara gratis. Guru bisa membuat kelas mereka sendiri dan membagikan kode kelas tersebut atau mengundang peserta didiknya. Google Classroom ini diperuntukkan untuk membantu proses kegiatan pembelajaran seperti menemukan atau mengatasi kesulitan pembelajaran, membagikan pelajaran dan membuat tugas tanpa harus hadir ke kelas.

 

Tujuan utama Google Classroom ini adalah untuk membagi file antara guru dan peserta didik dikarenakan Google Classroom dapat digabungkan dengan Google Drive dan Google Formulir ataupun aplikasi lainnya seperti Youtube untuk pembuatan dan pendistribusian materi dan penugasan serta sebagai forum diskusi. Di dalam aplikasi ini juga, guru bisa memonitor kehadiran peserta didik, mengelola kelas secara virtual dan melakukan komunikasi akademik secara digital.

 

Untuk penugasan peserta didik dapat mengirimkan pekerjaan untuk dinilai oleh guru secara langsung dan nilai tersebut langsung bisa dikembalikan kepada peserta didik tersebut agar mereka dapat melihat berapa nilai yang diperolehnya. Aplikasi ini tersedia bagi pengguna seluler perangkat iOS dan Android yang memungkinkan pengguna mengambil foto dan melampirkan penugasan, berbagi file dari aplikasi lain dan mengakses informasi secara online. Guru dapat memantau kemajuan untuk setiap peseta didiknya dan setelah dinilai, guru dapat memberikan komentar terkait tugas yang telah dikerjakan oleh peserta didiknya tersebut.

 

 

b. Fasilitas pada Google Classroom

 

Google Classroom mempunyai banyak kemudahan seperti Google Drive, Google Docs, Sheets and Slides, dan Gmail yang akan membantu lembaga pendidikan untuk lebih mudah dalam mengajar tanpa materi fisik seperti kelas, papan tulis dan alat tulis. Berikut beberapa fasilitas yang sangat menunjang pembelajaran online ini :

1. Tugas (Assignments)

Setiap tugas yang diupload akan disimpan dan dinilai oleh guru kemudian dikirimkan kembali kepada peserta didik berupa nilai.

 

2. Penilaian (Grading)

Google Classroom mendukung banyak cara penilaian yang berbeda. Guru memiliki opsi untuk memantau kemajuan setiap peserta didik pada tugas di mana mereka dapat membuat komentar sehingga memungkinkan peserta didik merevisi tugas dan menguploadnya kembali.

 

3. Komunikasi yang Lancar

Pengumuman dapat diposting oleh guru ke kelas yang dapat dikomentari oleh peserta didik yang memungkinkan komunikasi dua arah antara guru dan peserta didik berjalan dengan lancar.

 

4. Arsip Pembelajaran

Google Classroom memungkinkan pengarsipan seluruh kegiatan pembelajaran pada akhir semester atau tahun. Ketika sebuah kegiatan pembelajaran diarsipkan, maka akan dihapus dari beranda dan ditempatkan pada arsip kelas. Saat sebuah kegiatan pembelajaran diarsipkan, guru dan peseta didik dapat melihatnya, tetapi tidak akan dapat mengubahnya hingga dipulihkan.

 

5. Aplikasi Seluler

Aplikasi seluler Google Classroom, diperkenalkan pada Januari 2015, tersedia untuk perangkat iOS dan Android. Aplikasi memungkinkan pengguna mengambil foto dan melampirkannya ke tugas mereka, berbagi file dari aplikasi lain, dan mendukung akses offline.

 

 

6. Keamanan Pribadi

Google Classroom merupakan bagian dari G Suite for Education, tidak menampilkan iklan apa pun dalam antarmuka untuk guru dan peserta didik, bahkan data pengguna tidak dipindai atau digunakan untuk tujuan periklanan.

 

 

c. Model PembelajaranDiscovery

Learning

 

Model pembelajaran Discovery Learning ini merupakan pembelajaran yang disampaikan kepada peserta didik dan peserta didik akan memahaminya secara independen. Dalam hal ini peserta didik akan diberi kemampuan cara menjadi seorang ilmuwan. Dengan pembelajaran ini peserta didik tidak hanya berperan pasif menerima materi pelajaran. Namun juga memprosesnya sampai memahami dan menguasai yang biasa disebut pembelajaran aktif. Sehingga peserta didik bisa terbiasa untuk menciptakan sebuah ilmu pengetahuan.

 

Ada pun langkah kerja dari model pembelajaran Discovery Learning yaitu :

1. Pemberian Rangsangan (Stimulation)

Pertama-tama pada tahap ini peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

Stimulation pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini memberikan stimulation dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan peserta didik pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. Dengan demikian seorang guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada peserta didik agar tujuan mengaktifkan peserta didik untuk mengeksplorasi dapat tercapai.

2. Identifikasi Masalah (Problem Statement)

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah), sedangkan menurut permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan.

Memberikan kesempatan peserta didik untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun peserta didik agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.

 

3. Pengumpulan Data (Data Collection)

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis. Dengan demikian peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah peserta didik belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja peserta didik menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

 

4. Pengolahan Data (Data Processing)

Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai tersebut diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.

Data processing disebut juga dengan pengkodean (coding) atau kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut peserta didik akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban / penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.

 

 

5. Pembuktian (Verification)

Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing. Verification bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

 

6. Menarik Kesimpulan (Generalization)

Tahap generalisasi / menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan peserta didik harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.

 

Berdasarkan uraian di atas, langkah-langkah Discovery Learning secara singkat adalah sebagai berikut :

 

Tahap

Deskripsi

Tahap 1

Persiapan

Guru menentukan tujuan pembelajaran, identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya).

Tahap 2

Pemberian Rangsangan

Guru dapat memulai kegiatan dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan.

 Tahap

Deskripsi

Tahap 3

Identifikasi Masalah

Guru mengidentifikasi sumber belajardan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah).

Tahap 4

Mengumpulkan Data

Guru membantu peserta didik mengumpulan dan mengeksplorasi data.

Tahap 5

Pengolahan Data

Guru membimbing peserta didik dalam kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya.

Tahap 6

Pembuktian

Guru membimbing peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil

Tahap 7

Menarik kesimpulan

Guru membimbing peserta didik merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.

d. Model Kelas Tipe Flipped – Classroom

 Pembelajaran yang bersifat konvensional dimana peserta didik mempelajari suatu materi dalam kelas. Kemudian peserta didik akan mendapatkan tugas yang berkaitan dengan materi tersebut untuk dikerjakan setelah jam pelajaran selesai. Namun, yang sering terjadi adalah peserta didik sering mengalami kebingungan karena tidak tersedianya sumber dan bahan ajar yang dapat membantu mereka menyelesaikan tugas rumahnya.

 Model pembelajaran Flipped – Classroom membalik siklus yang biasanya terjadi seperti di atas. Sebelum peserta didik memulai kelas, mereka akan mendapatkan pengajaran secara langsung melalui video secara online. Sehingga ketika kelas dimulai, peserta didik dapat mulai mengerjakan dan menyelesaikan tugasnya serta dapat meminta bantuan melalui kegiatan diskusi di kelas. Dengan model pembelajaran Flipped – Classroom ini diharapkan proses pembelajaran secara online (daring) dapat berjalan dengan lancar sehingga peserta didik dapat memahami proses pembelajaran walaupun tidak bertatap muka secara langsung.

Di SMK Swasta Istiqlal Delitua merupakan daerah yang berdampak Covid-19 dan sampai saat ini masih berstatus zona merah. Sehingga proses pembelajaran di sekolah memang menerapkan proses pembelajaran secara onlinefull daring. Oleh karena itu diharapkan dengan menerapkan model pembelajaran Flipped – Classroom ini kegiatan proses pembelajaran akan tersampaikan secara baik.

 

5.

METODE PENELITIAN

 

1. Subjek Penelitian

 

Subjek dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah peserta didik kelas XIProgram Keahlian Akuntnasi Keuangan Lembaga di SMK Negeri 1 Patumbaktahunajaran2020 / 2021.

 

 

2. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

 

Tempat pelaksanaan penelitian adalah di SMK Negeri 1 Patumbak melalui Google Classroom dalam pembelajaran online (daring) dengan model pembelajaran Discovery Learning tipekelas Flipped – Classroom. Sedangkan untuk waktu pelaksanaannya mulai tanggal 28 Oktober 2020 s/d 21 November 2020

 

 

3. Deskripsi Per Siklus

a. Siklus I

 

Pada siklus I tahapan pelaksanaannya sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini, peneliti menjelaskan tentang apa (what), mengapa (why), dimana (where), kapan (when) dan bagaimana (how) penelitian dilakukan. Di dalam penelitian tindakan kelas, ada kegiatan pengamatan terhadap diri sendiri, yaitu pada saat peneliti menerapkan pendekatan, model, atau metode pembelajaran sebagai upaya menyelesaikan masalah pada saat praktik penelitian. Di dalam tahap perencanaan,   peneliti juga perlu menjelaskan persiapan-persiapan pelaksanaan penelitian, seperti rencana pelaksanaan pembelajaran dan instrumen pengamatan (observasi).

 

2. Tahap Pelaksanaan (Acting)

Pada tahap pelaksanaan, dilakukan kegiatan implementasi atau penerapan perencanaan tindakan. Di dalam kegiatan implementasi ini, maka guru (peneliti) harus mentaati perencanaan yang telah disusun. Hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah pembelajaran harus berjalan seperti biasanya, tidak boleh kaku dan terkesan dibuat-buat. Kolaborator disarankan untuk melakukan pengamatan secara objektif sesuai kondisi pembelajaran yang dilakukan peneliti. Kegiatan ini penting karena tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran.

 

3. Tahap Pengamatan (Observing)

Pada tahap pengamatan terdapat dua kegiatan yang akan diamati, yaitu kegiatan belajar peserta didik dan kegiatan pembelajaran. Pengamatan terhadap proses belajar peserta didik dapat dilakukan sendiri oleh guru pelaksana (peneliti) sambil melaksanakan pembelajaran, Sedangkan pengamatan terhadap proses pembelajaran, guru pelaksana (peneliti) dapat meminta bantuan kepada teman sejawat yang bertindak sebagai kolaborator untuk melakukan pengamatan. Kolaborator melakukan pengamatan pembelajaran berdasarkan instrumen yang telah disusun oleh peneliti. Hasil pengamatan dari kolaborator nantinya akan bermanfaat atau akan digunakan peneliti sebagai bahan refleksi untuk perbaikan pembelajaran berikutnya.

 

4. Tahap Tindak Lanjut (Refleksi)

Kegiatan refleksi dilaksanakan ketika kolaborator sudah selesai melakukan pengamatan terhadap peneliti dalam melaksanakan pembelajaran. Kegiatan ini dapat berupa diskusi hasil pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator dengan guru pelaksana (peneliti). Tahap ini merupakan inti dari penelitian tindakan kelas, yaitu ketika kolaborator mengungkapkan hal-hal yang dirasakan sudah berjalan baik dan bagian yang belum berjalan dengan baik pada saat peneliti mengelola proses pembelajaran. Hasil refleksi dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merancang siklus berikutnya. Sehingga pada intinya, refleksi merupakan kegiatan evaluasi, analisis, pemaknaan, penjelasan, penyimpulan, dan identifikasi tindak lanjut dalam perencanaan siklus berikutnya.

 

 

b. Siklus II dan Siklus III

 

Pada siklus II dan siklus III, tahapan yang dilakukan adalah sama dengan tahapan pada siklus I yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Di dalam tahapan refleksi pada siklus II kita melihat apakah masih terdapat permasalahan terkait tidak tercapainya kriteria keberhasilan pembelajaran. Jika kriteria keberhasilan pembelajaran tercapai, maka penilitian tindakan kelas diakhiri sampai di siklus II saja. Akan tetapi jika kriteria keberhasilan pembelajaran tidak tercapai maka harus dilanjutkan ke siklus III.

 

2. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

 

Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen pengumpulan data pada dasarnya adalah penelitian sendiri. Peneliti menjadi instrumen penelitian karena dalam proses pengumpulan data itulah peneliti akan melakukan adaptasi secara aktif sesuai dengan keadaan yang dihadapi peneliti ketika berhadapan dengan subyek penelitian. Untuk mempermudah pelaksanaan pengumpulan data dalam suatu penelitian diperlukan instrumen pengumpulan data. Instrumen pengumpulan data tersebut berfungsi sebagai panduan pelaksanaan pengumpulan data yang telah diperoleh.

 

Dalam hal ini peneliti melakukan kegiatan observasi terhadap keaktifan peserta didik dalam kegiatan belajar secara online terhadap peserta didik kelas XI Akuntansi Keuangan Lembaga mata pelajaran Pratikum Akuntansi Perusahaan Jasa,Dagang dan Manufaktur di SMK Negeri 1 Patumbak masih menggunakan aplikasi Sikupas sebagai media pembelajaran online (daring). Selanjutnya pada siklus II, SMK Negeri 1 Patumbak menggunakan aplikasi Google Classroom sebagai media pembelajaran online (daring) hingga siklus III.

 

Adapun hasil pengumpulan data terkait kegiatan Observasi terhadap keaktifan peserta didik dalam kegiatan belajar secara online terhadap peserta didik kelas XI Akuntansi Keuangan Lembaga mata pelajaran Pratikum Akuntansi Perusahaan Jasa Dagang dan Manufaktur di SMK Negeri 1 Patumbak adalah sebagai berikut :

a. Observasi dan Evaluasi Siklus I

 

Dari hasil observasi di atas terhadap kelas XI AKL 1 sampai dengan XI AKL 3 mata pelajaran Pratikum Akuntansi Perusahaan Jasa Dagang dan Manufaktur dapat disimpulkan bahwa persentase terhadap banyaknya peserta didik yang aktif dalam mengikuti pembelajaran online (daring) berkisaran diantara 5,71 % sampai dengan 26,47 % dengan skor minimal 1 dan skor maksimal 2. Sementara hasil terhadap kualitas dari aktivitas belajar peserta didik masih sangat kurang dan dibeberapa aktivitas belajar masuk ke katagori kurang.

 

Kurangnya minat peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran online (daring) untuk mata pelajaran Administrasi Sistem Jaringan, peneliti melakukan kegiatan wawancara terhadap beberapa peserta didik, dan hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Tidak memiliki kuota paket internet.

2. Untuk mengakses aplikasi Sikupas memakai kuota paket internet umum (tidak menggunakan kuota paket internet pendidikan subsidi dari pemerintah).

3. Pada jam-jam kegiatan pembelajaran, untuk mengakses aplikasi Sikupassangat lambat (server tidak merespon), sehingga peserta didik kesulitan untuk membuka akun dikarenakan terlalu banyak yang mengakses aplikasi tersebut.

4. Kurangnya kesadaran dari peserta didik itu sendiri.

 

Dari hasil tersebut maka perlu diadakan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran secara online (daring) terhadap mata pelajaran Administrasi Sistem Jaringan. Dengan peralihan aplikasi Sikupas ke Google Classroom diharapkan minat peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran online (daring) untuk mata pelajaran Administrasi Sistem Jaringan semakin meningkat. Dengan tampilan baru dan fitur-fitur yang ada di dalam Google Classroom dan pemanfaatan kuota paket internet pendidikan subsidi dari pemerintah dalam pengaksesan Google Classroom, peneliti berharap evaluasi tersebut dapat berjalan dengan baik.

e. Observasi dan Evaluasi Siklus II

Dari hasil observasi di atas terhadap kelas XI AKL 1 sampai dengan XI AKL 3 mata pelajaran Administrasi Sistem Jaringan dapat disimpulkan bahwa persentase terhadap banyaknya peserta didik yang aktif dalam mengikuti pembelajaran online (daring) berkisaran diantara 11,43 % sampai dengan 42,42 % (pada penelitian sebelumnya berada di 5,71 % sampai dengan 26,47 %), dengan skor minimal 1 dan skor maksimal 3. Sementara hasil terhadap kualitas dari aktivitas belajar peserta didik secara menyeluruh masih masuk ke katagori kurang dan dibeberapa aktivitas belajar masuk ke katagori cukup. Walaupun belum maksimal, tetapi dengan peralihan media pembelajaran dari aplikasi Sikupas ke aplikasi Google Classroom terdapat sedikit peningkatan dari kehadiran dan aktivitas belajar peserta didik. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini :

No.

Kelas

12 Aktivitas Belajar yang Dinilai

 

 

Observasi Siklus I

Observasi Siklus II

1

XI AKL 1

4 item bernilai 1 dan

8 item bernilai 2

12 item bernilai 2

2

XI AKL 2

8 item bernilai 1 dan

4 item bernilai 2

12 item bernilai 2

3

XI AKL 3

6 item bernilai 1 dan

6 item bernilai 2

10 item bernilai 2 dan

2 item bernilai 3

 

Kurangnya minat peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran online (daring) untuk mata pelajaran Pratikum Akuntansi Perusahaan Jasa Dagang dan MAnufaktur, peneliti melakukan kegiatan wawancara terhadap beberapa peserta didik, dan hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Tidak memiliki kuota paket internet.

2. Masih ada peserta didik yang belum memahami cara mengakses aplikasi Google Classroom.

3. Sebagian peserta didik sudah ada yang bekerja serabutan mengisih waktu luang karena tidak masuk sekolah, sehingga minat untuk belajar sudah menurun.

Contoh pekerjaan yang dijalani peserta didik misalnya pencuci motor (doorsmeer), buruh bangunan, ikut dengan orangtuanya bekerja, berdagang dan lain sebagainya.

4. Tidak memiliki smartphone, kalaupun ada milik orangtua ataupun saudaranya sehingga tidak bisa mengikuti kegiatan Zoom Meeting. Untuk mengakses aplikasi Google Classroom biasanya menunggu orangtua pulang dari bekerja.

5. Tidak memiliki PC / laptop untuk mengerjakan tugas praktek.

6. Kurangnya kesadaran dari peserta didik itu sendiri.

Dari hasil tersebut maka perlu diadakan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran secara online (daring) terhadap mata pelajaran Pratikum Akuntansi Perusahaan Jasa dagang dan Manufaktur. Dengan aplikasi Google Classroom yang tidak berbatas waktu dalam mengaksesnya diharapkan minat peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran online (daring) untuk mata pelajaran Pratikum Akuntansi Perusahaan Jasa Dagang dan Manufaktur semakin meningkat walaupun peserta didik melakukan kegiatan belajarnya dilakukan setelah mereka pulang bekerja (bagi peserta didik yang sudah bekerja) ataupun menunggu peminjaman smartphone dari orangtua ataupun saudaranya yang sudah pulang dari bekerja. Kemudian dengan tampilan baru dan fitur-fitur yang ada di dalam Google Classroom dan pemanfaatan kuota paket internet pendidikan subsidi dari pemerintah dalam pengaksesan Google Classroom, peneliti berharap evaluasi tersebut dapat berjalan dengan baik.

 

Selain itu rayuan, ajakan dan nilai plus dari guru secara langsung kepada peserta didik melalui WA Grup Kelas diharapkan juga dapat meningkatkan minat belajar peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran online (daring) untuk mata pelajaran Pratikum Akuntansi Perusahaan Jasa Dagang dan Manufaktur. Peran serta orangtua juga sangat diharapkan, apabila orangtua ikut berperan aktif dalam mengingatkan dan mengawasi peserta didik pastinya tujuan dari penelitian ini akan tercapai.

 

 

c. Observasi dan Evaluasi Siklus III

Dari hasil observasi di atas terhadap kelas XI AKL 1 sampai dengan XI AKL 3 mata pelajaran Pratikum Akuntansi Perusahaan Jasa,dagang dan manufaktur disimpulkan bahwa persentase terhadap banyaknya peserta didik yang aktif dalam mengikuti pembelajaran online (daring) berkisaran diantara 48,57 % sampai dengan 78,79 % (pada penelitian sebelumnya berada di 11,43 % sampai dengan           42,42 %), dengan skor minimal 3 dan skor maksimal 4. Sementara hasil terhadap kualitas dari aktivitas belajar peserta didik secara menyeluruh sudah masuk ke katagori baik dan dibeberapa aktivitas belajar masuk ke katagori cukup. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada siklus III ini terlihat peningkatan yang terjadi terhadap kehadiran dan aktivitas belajar peserta didik dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan pada siklus sebelumnya. Hal ini terjadi dikarenakan untuk mengakses media pembelajaran aplikasi Google Classroom ini menggunakan kuota paket internet dari subsidi bantuan pemerintah. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini :

No.

Kelas

12 Aktivitas Belajar yang Dinilai

 

 

Observasi Siklus II

Observasi Siklus III

1

XI AKL 1

12 item bernilai 2

12 item bernilai 4

2

XI AKL 2

12 item bernilai 2

4 item bernilai 3 dan

8 item bernilai 4

3

XI AKL 3

10 item bernilai 2 dan

2 item bernilai 3

10 item bernilai 4

Dan 2 item bernilai 3

 

Meningkatnya minat peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran online (daring) untuk mata pelajaran Administrasi Sistem Jaringan, peneliti melakukan kegiatan wawancara terhadap beberapa peserta didik, dan hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengakses aplikasi Google Classroom kuota paket internet yang digunakan adalah kuota paket internet dari subsidi bantuan pemerintah.

2. Semakin banyaknya peserta didik yang memahami cara mengakses aplikasi Google Classroom.

3. Adanya layanan dan fitur-fitur baru pada aplikasi Google Classroom yang menyebabkan ketertarikan peserta didik untuk mengakses aplikasi Google Classroom setelah aplikasi Sikupas tidak dipakai lagi.

5. Nasihat dan arahan dari guru kepada peserta didik untuk lebih meningkatkan kembali kegiatan pembelajaran online (daring) mengingat waktu Ujian Akhir Sekolah (UAS) semakin dekat.

6. Kesadaran dari peserta didik yang semakin membaik.

Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi yang dilakukan terhadap kegiatan pembelajaran secara online (daring) terhadap mata pelajaran Pratikum Perusahaan jasa dagang dan manufaktur dengan menggunakan aplikasi Google Classroombisa dikatakan berhasil walaupun belum maksimal. Sehingga setelah penelitian siklus III ini berakhir, diharapkan perlu adanya strategi-strategi baru lainnya agar tujuan dari penelitian ini dapat tercapai secara maksimal.

 

Selain itu pemberian kuota paket internet bantuan dari pemerintah juga sangat berperan penting dan diharapkan untuk secara rutin setiap bulannya tertransfer ke smartphone peserta didik. Jika hal ini tidak berjalan secara efektif, maka dipastikan kegiatan pembelajaran secara online (daring) ini akan menurun kembali.

 

3. SIMPULAN DAN SARAN

Pada siklus I, tahapan yang dilakukan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan evaluasi serta refleksi. Di dalam tahapan pada siklus I tersebut peneliti masih melihat terdapat permasalahan terkait tidak tercapainya kriteria keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran secara online (daring) terhadap mata pelajaran Pratikum Akuntansi Perusahaan Jasa Dagang dan Manufaktur. Dikarenakan kriteria tersebut belum tercapai, maka penelitian tindakan kelas akan dilanjutkan pada siklus II.

 

Pada siklus II, tahapan yang dilakukan sama seperti tahapan pada siklus I. Dengan adanya peralihan dari aplikasi Sikupas ke Google Classroom, hasil yang ingin dicapai sudah mengalami peningkatan walaupun belum signifikan. Peneliti juga masih melihat beberapa permasalahan yang ditemukan di lapangan. Dikarenakan hasil tersebut belum tercapai, maka penelitian tindakan kelas akan dilanjutkan pada siklus III.

 

Di dalam tahapan siklus III ini sudah tercapai tujuan yang diharapkan terhadap kegiatan pembelajaran secara online (daring) untuk mata pelajaran Pratikum Akuntansi Perusahaan Jasa Dagang dan Manufaktur dengan menggunakan aplikasi Google Classroom walaupun belum maksimal. Dikarenakan penelitian ini berakhir pada siklus III ini, diharapkan untuk ke depannya ada yang akan melanjutkan kegiatan penelitian ini agar tujuan yang diharapkan dapat terwujud secara maksimal dengan strategi-strategi baru tentunya.

 

Berdasarkan hasil analisis data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi yang dilakukan terhadap kegiatan pembelajaran secara online (daring) terhadap mata pelajaran Pratikum Akuntansi Perusahaan Jasa Dagang dan manufaktur dengan menggunakan aplikasi Google Classroombisa dikatakan berhasil walaupun belum maksimal. Sehingga setelah penelitian siklus III ini berakhir, diharapkan perlu adanya strategi-strategi baru lainnya agar tujuan dari penelitian ini dapat tercapai secara maksimal.

 

Selain itu pemberian kuota paket internet bantuan dari pemerintah juga sangat berperan penting dan diharapkan untuk secara rutin setiap bulannya tertransfer ke smartphone peserta didik. Jika hal ini tidak berjalan secara efektif, maka dipastikan kegiatan pembelajaran secara online (daring) ini akan menurun kembali.

 

DAFTAR PUSTAKA

Doni Setiawan Pramono, 2018. “Penggunaan Metode Discovery Learninguntuk Meningkatkan Keaktifan dan Kompetensi Siswa pada Mata Pelajaran Perawatan Kelistrikan Kendaraan Ringan Kelas XI TKR 3 di SMK Negeri 2 Yogyakarta”. Skripsi, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

 

Warren, Reeve, Duchac, Wahyuni, Jusuf. 2018. Pengantar Akuntansi 1 – Adaptasi Indonesia Edisi 4. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

 

Kartikahadi, dkk. 2016. Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS Edisi kedua Buku 1. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.

 

https://www.kajianpustaka.com/2019/03/penelitian-tindakan-kelas-ptk.html

(Diakses pada tanggal 22 Oktober 2020).

 

https://ainamulyana.blogspot.com/2016/06/model-pembelajaran-discovery-learning.html

(Diakses pada tanggal 23 Oktober 2020).

 

https://idcloudhost.com/mengenal-apa-itu-google-classroom-fitur-fungsi-dan-keunggulannya/

(Diakses pada tanggal 4 November 2020).

 

E-ISSN: XXXX-XXX

Copyright 2020

Pos terkait