Trenyuh Mawar Cintaku
Kau, si mawar cantik nian
Kelopak bunga nan indah, berhias merah warna tubuhmu
Mataku tak dapat kukedipkan, terpana aku pada dirimu.
Kujagai dan kupelihara,
Tak kubiarkan sentuhan lain menghampirimu
Apalagi hendak memetik elok bungamu.
Aku bangga padamu dan sungguh sayang padamu
Kupertontonkan dirimu pada sahabat-sahabatku.
Walau aku tertusuk duri dari batang tubuhmu,
Walau aku berdarah ketika kurawat dirimu,
Aku tetap sayang dan peliharakan dirimu.
Karena kau, symbol cintaku, tumpahan dan curhatku
Pagi ini…
Aku ingin melihat mawar merahku.
Astaga…!
Mawarku telah diambil orang.
Tak pernah kusangka,
mawar kurawat dengan ketulusan cintaku
telah hilang dan raib dibawa pergi.
Kebanggaan telah berganti dengan kerapuhan.
Bahagia berganti kesedihan.
Berhari hingga berbulan kuteteskan keringat perawatan,
Kini kuteteskan air mata kesedihan dalam cintaku
Tuhan…
Kau Pemilik Semesta ini
Pada-Mu aku memohon.
Kiranya mawar hatiku dapat kutemukan lagi
Walau mustahil bagiku,
Kini…
Aku ingin menanam mawar,
mungkin bukan lagi berwarna merah.
Jika kemarin aku gagal menjagainya,
kini akan kucoba lagi menanam mawar putih,
sambil mengingat yang dikatakan orang; putih itu bersih,
lambang ketulusan, kesucian dan kejernihan hati,
kucoba lagi dengan kejernihan hati dan penuh kesabaran.
Kiranya sang Semestapun turut menjaga mawar putihku.
Dan suatu ketika menyandingkannya dengan si merah sirna itu
Semoga, kusemogakan.
Menifo, 3 Maret 2020
Untukmu Anugerah Marcopolo dan Solideo Gloria, Terima kasih…kita pernah bersama untuk bermimpi. Terima kasih sudah pernah menjadi sumbu di pelitaku, Terima kasih pernah menjadi rindu dalam resahku.