Selamat Jalan Kak Nei, Melki Laka Lena Mengenang Sosok Guru Hebat Multi Gelar

Melki Laka Lena dan Prof. Cornelis Lay

Prof. Dr. Cornelis Lay,MA. Kami mengenalnya saat pertama kali masuk Jogjakarta tahun 1996 sebagai senior yang multi gelar. Sebagai anak Kupang yang bergabung di Persaudaraan Kupang Raya (Perkuray),  lalu keluarga besar Ende IKPMK, kemudian di Ikatan Keluarga Flobamora (IKF) NTT Jogja, nama Cornelis Lay salah satu senior dari Kupang dan NTT penuh beraneka warna. Beliau dikenal dan terkenal karena jago urusan lapangan dan kemampuan intelektual di atas rata rata.

Kami sering memanggilnya Kak Nei, kadang Bang Cony saat bertemu dan duduk santai membahas hal ringan sampai serius tanpa ada jarak, egaliter dan edukatif. Topik bahasan sederhana soal di Kupang dulu, sampai hal serius soal negara diulas renyah dan mendalam, reflektif mengajak semua yang hadir turut berpikir dan memberi cerita.

Hal yang sama Kak Nei lakukan kepada orang lain dan para pemimpin baik saat lisan dalam berbagai forum maupun dalam tulisan yang kami ikuti di media massa atau berbagai forum pertemuan.

Kak Nei merupakan sosok guru dan pendidik dalam pengertian sesungguhnya. Sebagai dosen, sudah menjadi tugas mencerdaskan mahasiswa mahasiswi saat yg sama menyiapkan generasi muda yang sungguh siapkan diri jadi pemimpin khususnya di bidang politik.

Jejak pemikiran politik Kak Nei di bidang politik khususnya tentang nasionalisme dan Bung Karno, setahu kami melalui cerita banyak tokoh senior masih yang terbaik dibuktikan melalui skripsinya yang sangat serius membahas hal ini. Kak Nei guru bagi banyak aktivis saat pergerakan jelang, saat dan pasca pak Harto lengser. Mereka tersebar ke seluruh nusantara di berbagai profesi dan sebagian jadi pejabat publik saat reformasi hingga saat ini.

Spektrum pergaulan dan jaringannya yang luas membuat Kak Nei dikenal, disayang dan dicintai banyak kalangan. Saat kami masuk Jogja dan ada anak NTT yang buat ulah dan urusan sama aparat, Kak Nei sering turun tangan membantu.

Saat kami masuk gerakan aktivis mahasiswa di Jogja, perannya di belakang layar bersentuhan dengan banyak aktivis terkemuka Jogja sering kami dengar. Kak Nei selalu dengan ramah dan rendah hati merespon semua cerita itu dengan gaya santai.

Kak Nei sesekali bertanya tentang kondisi atau perkembangan orang yang dikenalnya dan tetap menaruh perhatian terhadap cerita adik adiknya yang sudah mentas di berbagai medan. Saat Megawati, SBY lalu Jokowi menjadi Presiden RI, Kak Nei tetap setia menjadi guru di kampus dan guru para anak muda walau memiliki kedekatan personal dgn ketiga presiden RI.

Saat pidato promosi profesor di UGM, pilihan dan jalan Kak Nei digambarkan dengan baik sebagai pilihan ketiga relasi intelektual dan kekuasaan. Pilihan yang tidak mudah dan bisa dijalani oleh Kak Nei dengan baik dan sukses sampai akhir hayatnya.

Pagi tadi mendapat kabar dari teman dan berbagai grup, Kak Nei telah berpulang di RS Panti Rapih Jogja. Saya dan istri berduka yang mendalam dan mendoakan jiwa Kak Nei dilapangkan jalan ke surga, istri dan kedua anak diberi kekuatan melalui peristiwa iman ini.

Banyak orang yang pernah bersentuhan langsung atau tidak langsung pasti kehilangan Kak Nei, guru dan sahabat yang baik bagi banyak orang. Selamat jalan Kak Nei, berpulanglah dalam damai dan kasih Tuhan R l P.

Dari adik tercinta Melki Laka Lena – Ketua Ikatan Keluarga Flobamora (IKF) NTT Jogja 2000 – 2002, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI dan Ketua DPD PG NTT.

Pos terkait