Oleh: Volkes Nanis, SH.,MH
Perlawanan masyarakat terhadap pandemi corona di Indonesia membuat masyarakat cukup legah setelah dua bulan masyarakat terisolasi dalam berbagai aktifitas sehari-hari tentu masyarakat berharap agar dengan adanya pembatasan ini Pandemi Corona akan berkurang, namun harapan itu tidak sesuai dengan kenyataan.
Angka positif virus corona kian meningkat dari waktu kewaktu hal ini tentu membuat masyarakat cemas dan takut dengan serangan pandemi corona, namun dilain sisi masyarakat juga lebih cemas dan takut jika tidak bekerja dan beraktifitas bagaimana memenuhi kebutuhan pokok dalam rumah tangga dan keluaga, tentu dua hal ini menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat ditanah air.
Benar pemerintah memahami kondisi perekonomian, kebutuhan masyarakat di tengah pandemi corona ini sehingga langkah-langkah antisipatif dari pemerintah dengan memberikan Bantuan Sosial Tunai (BST) kepada setiap rumah tangga yang berdampak pandemi corona bahkan sejumlah alokasi anggaran dipangkas dan dialihkan guna melawan pandemi corona virus ditanah air.
Salah satu strategi untuk melawan pandemi corona yang anjurkan pemerintah adalah perlunya mengonsumsi makanan bergizi, berolaraga dan tidak stres agar imun tubuh tetap kuat, namun bagaimana hal ini bisa dipenuhi oleh setiap individu dan masyarakat jika semua akses pekerjaan dan lain-lain dibatasi, bahkan nyaris ditutup sehingga terjadi Pemutusan Hubungan Kerja(PHK) di mana-mana.
Tentu kondisi ini menambah tingkat kecemasan masyarakat dan pikiran strespun tidak bisa terelakan. Kemudian makan makanan bergizi bagaimana mungkin masyarakat bisa makan bergizi sedangkan penghasilan ekonomi akibat pandemi corona nyaris terhenti.
Menanggapi kondisi ini tentu pemerintah dan masyarakat dilematis namun tidak terlena dengan kondisi ini sehingga salah satu cara yang ditempuh pemerintah adalah mengajak dan menghimbau kepada masyarakat tanah air untuk hidup berdamai dengan corona dan melangkah menuju new normal.
New Normal
Dalam pada itu pemerintah memperkenalkan Konsep New Normal yang adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19.
Salah satu tujuan diterapkan New Normal karena tidak mungkin masyatakat tanah air terus menerus terisolasi di rumah bahkan nyaris lumpuh total, juga tidak mungkin seluruh roda perekonomian terhenti tanpa kepastian yang jelas sehingga dapat mengakibatkan kebangkrutan, PHK massal dan kekacauan sosial seperti yang sudah terjadi sebelumnya dinegara negara lain didunia.
New Normal dikuti dengan pembukaan Jalur Darat,Laut dan Udara yang sempat ditutup hampir dua bulan lamanya. Pembukaan akses tranportasi bukan berarti masyarakat bebas dan terlena dengan kondisi pandemi corona yang tetap exis hingga saat ini ditanah air, berbagai kebijakan dan persyaratan harus dipenuhi pengguna transportasi.
Salah satu contoh adalah pengguna transportasi udara (pesawat udara) misalnya salah satu persyaratan yang harus dipenuhi adalah wajib menunjukan surat keterangan kesehatan(Rapit Test/Swab PCR) juga persyaratan pendukung lain sesuai ketentuan penerbangan udara domestic.
Nah di sinilah terdapat persoalan yang dihadapi para pengguna jasa pesawat udara, banyak keluhan masyarakat menyangkut pengurusan keterangan Rapit Test dan Swab yang membutuhkan biaya mahal dan bervariasi ada yang berkisar dua ratus lima puluh ribuh rupiah bahkan lima ratus ribu rupiah, bahkan sampai jutaan rupiah itupun sangat singkat masa berlaku surat keterangan kesehatan tersebut yaitu berlaku tiga hari.
Pengguna jasa tranportasi udara tentu berharap cemas karena masa berlaku tiga hari belum tentu bisa berangkat karena kepastian pelayanan pesawat udara pun masih simpangsiur. Tak terelakan para pengguna jasa transportasi udara tak kuasa menahan amarah hingga melakukan protes pada maskapai. Bayangkan biaya rapit tes dan Swab yang begitu mahal dan nyaris melebihi harga tiket pesawat udara tentu kondisi ini sangat berpengaruh pada para pengguna jasa pesawat udara dan memberatkan masyarakat bahkan berdampak juga pada maskapai.
MENGAPA BIAYA RAPIT TEST DAN SWAB SANGAT BERVARIASI?
Tentu pertanyaan ini sulit untuk dijawab,namun harapan masyarakat kiranya biaya rapit tes dan swab janganlah terlalu memberatkan masyarakat. Pemerintah seyogianya menaruh perhatian terhadap problem ini, munkin bisa juga melakukan rapit test masal kepada masyarakat atau juga membebaskan biaya rapit tes dan swab guna meringankan beban dan penderitaan masyarakat ditengah bencana kemanusian ini.