Menyusuri Rindu
Malam merayap menyongsong fajar
Kutelusuri relung hati mengandung rindu
Rindu pada kekasihku dan buah cinta kami
Rindu pada orang tua dan moyang bin leluhur kami.
Rindu pada lingkungan kekerabatan lampau kami
Rindu pada kesahajaan, kepolosan dan keikhlasan kami.
Kutatap rona yang tak meronta dalam lelap remang malam
Satu demi satu kususuri dan kutilik garis wajah pada anak-anakku
Masa lalu yang teramat pendek berisi sedikit kesan berukir di sana.
Masa kini yang sedang ada dalam titian genggaman erat visi nun jauh sana.
Masa depan yang akan dilewati dalam garis waktu ada di depan sana
Berharap tidak segera lepas hingga memeluk wujud visi.
Aku tiba pada raut merona pucat kekasihku.
Garis-garis wajah layaknya bias masa lalu menorah kisah.
Kisah tergores belat-belit, lika-liku dalam kenangan
Kisah masa remaja dengan keriangan dan gemas kemanjaan.
Kisah masa muda diburu cinta bertumbuh rindu dan cemburu yang direnggut.
Masa dimana rahasia tak dapat ditutupi dengan ketebalan tembok Cina sekalipun.
Kisah masa berumah tangga dengan kesakitan yang sakti mandraguna.
Ada padanya sikap keawetan menggendong kekasihnya dan buah hatinya.
Akh…
Malam ini rinduku pada orang tua dan moyang leluhurku.
Kunikmati saja pada kekasihku dan buah cinta kami.
Kesahajaan dan mimpi sederhana untuk hari esok
sedang kami gagas dalam gandengan layaknya tari herin berlagu.
Terima kasih Tuhan untuk kesemuanya ini dari-Mu
Tiada dapat kami tadahkan kasih-Mu dan kesetiaan-Mu.
Sementara kami bagai pembegal agape-Mu
Izinkan kami terus berada dalam peluk sayang-Mu.
Dan kiranya kami tidak terlepas dari gendongan-Mu.
Koro’oto, 27 Januari 2020 (refleksi tengah malam pada kekasih dan buah cinta-kasih)