Coronaku Malang Corinaku Sayang

Foto: kiriman KolmaleiKol Manimabi

Coronaku malang, Corinaku sayang

 

Empat bulan sudah dirimu mengguncang dan menggoyang dunia
Aku, dia, mereka, kami dan dunia kuatir, cemas dan takut padamu
Kemarin kami bisa bermain, dan masih bisa berjumpa lagi bermanja,
Kami masih bisa memeluk, meraba, mencium dan meremas si gemas.
Kami masih bisa menikmati semesta di luar sana tanpa batas.

Bacaan Lainnya

Kini…semuanya hendak berlalu.

Kini…tempatku mengumpul ilmu dan meraih gelar ditutup,
tempat ku berdoa ditutup,
Desaku dan Kotakupun ditutup.
Banyak yang sirna dan tiada,
Mereka meninggalkan berkas kenangan rindu di saku waktu
Kau memang berbahaya penuh ancaman.
Begitu bahayanya, kami tak dapat lagi bersalaman dan silaturahim.
Kami tak lagi memeluk, menyapa, mencium, meraba bahkan meremas si gemas.

 

Ah…
Corona, sampai kapan kau membuat penderitaanku berujung?
Pergilah….,
biarkan aku menikmati duniaku tanpa merasa cemas, kuatir dan takut padamu

 

Dan….
Ini tentang rasaku padamu
Empat bulan sudah kau mengguncang dan menggoyang duniaku
Banyangan manismu menghantui tiap langkahku
Kenangan bersamamu di setiap sudut rinduku membuatku tersipu malu
Perasaan dalam dada kuluapkan dengan gairahnya
Kau telah  meninggalkan kenangan manis lewat rona bibir tipismu
Kau memang berbahaya
Begitu berbahayanya, aku tak dapat lagi menemukan cinta lain selain dirimu
Kubiarkan hanya lembut tanganmu membuai wajahku.
Ku biarkan bibirmu meninggalkan bekas merah di bibirku
Ku tutup mata, memeluk dan meramas erat tubuhmu sambil kita bermesraan
Kau tak kulepaskan.

Oh Corinaku sayang….
Kemarilah…biarkan kita menikmati dunia ini tanpa ada rasa takut

 

KolmaleiKol Manimabi

Bikoen, menjelang mentari terbit di ufuk Timur, 16 Maret 2020

 

Pos terkait