Era Globalisasi Pemuda Harus Tingkatkan Karya dan Interaksi Sosial

Anggota DPRD Kabupaten Kupang, Abi Yerusa Sobeukum

Oelamasi-InfoNTT.com,- Semangat perayaan sumpah pemuda 28 Oktober 2019 kali ini harus lebih dimaknai oleh para kaum milenial. Di mana sumpah pemuda yang ke 91 kiranya menjadi energi baru bagi pemuda untuk terus bergerak dan berkarya membangun kabupaten Kupang menjadi lebih baik.

Demikian disampaikan Abi Yerusa Sobeukum,S.Ip anggota DPRD Kabupaten Kupang periode 2019-2024 kepada media ini, Senin (28/10/2019). Hal ini harus dipertegas lantaran banyaknya kaum muda yang terlena dengan keadaan daerahnya.

Bacaan Lainnya

“Para pejuang mereka bertekad dengan satu cita-cita, semangat yang sama melahirkan satu visi dan perjuangan bersama, yakni satu tanah air, satu bahasa dan satu bangsa yakni Indonesia. Kini giliran kita mempertahankan dan meningkatkan perjuangan mereka,” ujar wanita asal Amfoang ini.

Makna dari semua itu tercatat sebuah jalan panjang anak-anak muda ketika itu memperjuangkan terciptanya nilai persatuan di Republik ini dan sejarah panjang telah mencatat, apa yang dilakukan semata-mata untuk kepentingan bangsa dan rakyat Indonesia.

“Pertanyaannya, apa yang terjadi di era milenial ini? Apakah pemuda masih memikirkan hal yang sama ketika Boedi Oetomo, Wage Roedolf Soepratman dan kawan-kawan tergerak melalui karyanya? Ataukah justru mereka terperangkap dalam hedonisme dan pragmatisme pada zaman sekarang ini,” ungkap dewan yang biasa disapa Abi ini.

Tidak dipungkiri, era milenial yang ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi telah mengubah kebiasaan-kebiasaan anak muda atau yang disebut “Zaman Now” ini cenderung lebih soliter, asyik dengan dirinya sendiri, asyik dengan dunianya.

Dirinya menambahkan bahwa teknologi juga telah mengubah perilaku dan pola kehidupan anak-anak muda sekarang menjadi lebih sulit berinteraksi dengan orang lain, karena dengan teknologi semuanya serba mudah, membuat manusia merasa lebih bisa memenuhi kebutuhan sendiri tanpa memerlukan interaksi dengan banyak orang. Interaksi sosial antar individu justru terjadi lebih banyak di dunia maya ketimbang nyata.

“Keadaan seperti ini dikhawatirkan menjadikan generasi muda menjadi apatis dan kehilangan kepekaan pada kondisi sosial masyarakat. Marilah kita perlahan-lahan merubah cara pandang kita di era modernisasi ini, agar apa yang ditanamkan para pejuang dulu bisa dirasakan oleh generasi penerus nantinya,” ujar politisi PKB ini.

Laporan: Chris Bani

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *