Fatuleu-infontt.com,- Hendaknya setiap persoalan diselesaikan berdasarkan hukum adat atau melalui jalur hukum. Jangan sekali kali menggunakan hukum rimba untuk melampiaskan kemarahannya dan dengan kedengkian menghabisi nyawa seseorang secara langsung atau menggunakan pembunuh bayaran. Demikian pesan dari Kepala Desa Nuataus, Yurid Edison Manit kepada infontt.com ketika berdiskusi dikediamannya, Sabtu (16/6/2018).
Bukan tak beralasan pesannya tersebut, ini lantaran banyaknya persoalan pembunuhan yang terjadi di Desa Nuataus, Kecamatan Fatuleu Barat, Kabupaten Kupang yang hingga kini penanganannya tak kunjung selesai.
“Salah satu korban yakni almarhum Daniel Ebnoni merupakan korban dalam kasus pembunuhan yang terjadi pada tahun 2014 di Desa Nuataus. Dimana dugaannya korban dikeroyok oleh empat orang pelaku, hingga kini belum semua pelaku ditangkap,”ungkapnya.
Yurid juga menceritakan dalam kejadian tersebut salah satu pelakunya langsung menyerahkan diri ke Polsek Camplong, sedangkan tiga orang pelaku lainnya belum ditemukan sampai saat ini. Pelaku yang menyerahkan diri tersebut biasa dipanggil dengan sapaan “bungsu”.
“Dari pengakuan pelaku baru diketahui bahwa korban dipukuli menggunakan kayu sampai tewas, dan ini dibuktikan juga melalui hasil visum,”jelas Yurid.
Kades Yurid juga mengeluhkan letak desanya yang sangat jauh dari titik keramaian mengakibatkan lambatnya penanganan dari aparat keamanan jika ada persoalan di Desa Nuataus.
“Memang diakui lokasi kami juga jauh dari perkotaan dan rawan terjadi tindak kriminal. Hal inilah yang mendasari lambatnya penanganan dari pihak aparat keamanan,”ujar Yurid.
Pada tahun 2017, lanjut Yurid kembali terjadi kasus yang sama di kawasan jalan hutan Oelneke (masih wilayah Desa Nuataus), kejadian ini kembali menelan dua korban, salah satu meninggal dunia akibat tembakan peluru yang mengenai rusuk bagian kiri. Sedangkan korban yang satunya selamat namun lukanya parah di kaki bagian kiri akibat peluru yang menembus paha.
Lanjut Yurid, dalam investigasi yang dilakukan oleh pihak kepolisian diduga peluru yang digunakan saat penembakan milik kepolisian.
“Setelah kejadian kepolisian langsung mengarahkan anggota mencari para pelaku, namun sampai saat ini pelakunya tidak ditemukan,”ungkap Kades.
Atas nama semua masyarakat desa Nuataus, Yurid menyampaikan bahwa jika berkenan maka dapat didirikan salah satu pos keamanan di desa tersebut. Alasannya dari dua kisah tragis ini masyarakat Desa Nuataus merasa sangat tidak aman dan selalu was-was akan kembali terjadi kejadian serupa.
“Kami menginginkan jika berkenan bisa didirikan satu pos keamanan, supaya bisa membantu kami dalam mengamankan warga desa ini,”pinta Yurid.
Laporan: Noeldy Sandi Lette