Joni Ottemoesoe: Pemimpin Hebat Lahir Untuk Memperjuangkan Hak Rakyat

Johanis Selvester Ottemoesoe dan istri ketika foto bersama masyarakat di Amarasi
Johanis Selvester Ottemoesoe dan istri ketika foto bersama masyarakat di Amarasi

Kupang-infontt.com,- Kabupaten Kupang dalam waktu dekat akan menyambut pesta demokrasi, dan tahun 2018 pun sudah bersorak-sorai menyambut tangisan suka maupun duka.

Pilkada serentak dilakukan di berbagai daerah baik tingkat satu maupun tingkat dua. Tahta raja kecil diperebutkan dengan mengerahkan berbagai upaya, melalui tunggangan partai politik maupun melalui jalur independen.

Bacaan Lainnya

Seiring dengan berlangsungnya hiruk-pikuk pelaksanaan pilkada, Kabupaten Kupang pun akan ada pertarungan “urat saraf” antara lima paket yakni paket Terkini, paket Komitmet, paket Harmoni, paket Suka Melayani dan paket Tirosa yang bertarung untuk mendapatkan kursi kepala daerah.

Jika pemilih semakin cerdas, maka hal – hal (kampanye hitam) akan menjadi bumerang bagi partai-partai politik yang menggunakan kendaraan isu SARA dan lain sebagainya sebagai isu utama yang mereka dengungkan untuk menumbangkan lawan politik yang dianggap memiliki elektabilitas yang kuat.

Johanis Silvester Ottemoesoe, Calon Wakil Bupati dari paket Terkini ketika berdiskusi beberapa waktu lalu mengatakan jika memang kampanye hitam itu terjadi, apakah kepercayaan politik (political trust) warga akan menurun akibat kejenuhan masyarakat dengan pertunjukan elit politik di daerah ini, baik tingkat nasional maupun tingkat daerah?.

“Masyarakat merindukan nakhoda atau pemimpin baru yang lahir dari rahim masyarakat, lahir di tengah-tengah kejenuhan rakyat akan pemimpin yang berasal kepentingan individual.Pemimpin alternatif ini mungkin dapat lebih memahami apa yang dibutuhkan oleh rakyat saat ini ketika mereka menganggap bahwa para belum bisa menyuarakan kepentingan rakyat karena lebih mementingkan kepentingan pribadi sendiri,”ujarnya.

Menurut Ottemoesoe,  momen pilkada serentak seharusnya dapat dijadikan arena untuk menghasilkan pemimpin baru yang lahir dari rahim masyrakat. Hal ini untuk menjawab kebutuhan masyarakat sejauh ini, artinya pemimpin sesungguhnya lahir untuk memperjuangkan dan melindungi hak-hak rakyat.

“Yang menjadi persoalan adalah, sanggupkah masyarakat melahirkan pemimpin yang mereka benar-benar mereka dambakan? Karena kita semua tahu bahwa ongkos politik di negeri ini tidak semurah harga tomat di pasaran. Dibutuhkan manuver politik yang jitu jika ingin melahirkan pemimpin alternatif baru,” ungkapnya.

Bagi putra Amarasi ini, pemimpin yang lahir dari rahim rakyat harus memiliki nilai jual yang lebih dan menawarkan terobosan baru untuk mengatasi masalah yang ada. Pemimpin baru ini harus mampu membangun jaringan politik yang merangkul aneka ragam segmen dalam masyarakat. Jika modal sosial itu sudah dapat direngkuh dengan kuat, maka akumulasi dari modal sosial yang diperoleh dapat mendorong individu untuk bertindak bersama demi mencapai tujuan bersama.

“Saya percaya masyarakat sudah sangat cerdas memilih pemimpinnya saat ini,  dan tanpa modal sosial, pencapaian tujuan diatas sangat sulit, karena untuk mendobrak tembok penghalang yang berupa politik uang dan kampanye hitam yang sudah mengakar dibutuhkan formula yang ampuh,”jelas mantan Dirut PDAM Kabupaten Kupang ini.

Ia menambahkan, apakah masyarakat masih percaya dengan berbagai trik kampanye saat ini? Pertanyaan yang akan terjawab kelak nanti, dan akan terlihat ketika genderang perang sesungguhnya sudah ditabuhkan. Sebenarnya, masyarakat harus mampu mencari pemimpin yang berkualitas dan bisa mengukur kemampuan setiap kandidat agar dapat kedepan kepercayaan publik terhadap para figur benar-benar teruji.

“Memang dalam kenyataannya kepercayaan publik dengan sendirinya sudah tereduksi, dan mungkin kita membutuhkan cermin untuk melihat apa yang salah dengan demokrasi kita jika memang masyarakat yang sudah tidak percaya akan adanya pemimpin pemimpin instan yang maju dan memimpin karena uang,”pungkas Joni.

Goresan Pena Rakyat 

Melalui pilkada serentak ini, setidaknya kita bisa mendapatkan gambaran awal berupa jumplah partisipasi masyarakat dalam pesat demokrasi kali ini, hal ini dapat dijadikan sebagai dasar pemetaan awal menuju 2019 yang penuh kejutan dan misteri. Anggap saja 2018 ini adalah puncak klimaks menuju 2019, mungkin itu yang ada didalam pikiran para elite politik negeri ini.

Ya, semoga demokrasi tetap menjadi pintu masuk yang elegan menuju kekuasaan. Kemudian, lewat pilkada serentak mendatang dapat menghasilkan pemimpin-pemimpin baru yang lahir dari rahim rakyat, sehingga mereka yang terpilih merupakan representasi dari suara rakyat bukan merupakan suara kepentingan dari kelompok atau golongan tertentu, karena rakyat sudah terlalu bosan dengan drama-drama elite politik yang cenderung memperjuangkan kepentingan dirinya sendiri atau kepentingan kelompoknya. Rakyat merindukan sosok pemimpin dari rakyat, untuk membela kepentingan rakyat, dan didambakan oleh rakyat.

Laporan: Chris Bani

Pos terkait