Cerpen
Surat cinta untuk Tuan Kopi
Sebelumnya maaf karena terlalu lancang untuk menyampaikan rasa yang mungkin sebenarnya tak kau paham, namun perlu kau tahu, bahwa ini tak seberat cerpen mulut karya putuwijaya yang harus kau anlisis secara semiotika ala pierch atau ilmuwan lainya. Ah entalah, yang paling penting aku puas untuk mengungkapkan rasa yang selama ini aku pendam .
Oh ia, kamu apa kabar ? maaf sampai lupa menanyakan hal yang paling sederhana ini, karena detak pada jantung dan naduiku tak seperti biasanya, lebih kencang dan aku tak tahu bagaimana dan seperti apa aku harus mengendalikannya.
Sebenarnya ada yang lebih penting dari mempersoalkan masalah detak pada jantung dan nadiku yang tak menentu, hari ini daku atas nama cinta, ingin mengungkapkan sesuatu secara resmi lewat secarik kertas yang ditulis dengan tinta permanen. Mungkin surat ini terkesan alai dan kampungan, namun perlu kau tahu, sebenarnya aku ingin mengulang kisah cinta ayah dan ibuku dulu, yang katanya lebih indah jika diungkapkan dengan tulisan-tulisan sederhana pada lembaran putih, atau mungkin aku yang salah dan terlau mengagungkan kisah cinta mereka di era yang bukan lagi sitinurtbaya ini ? Maaf jika kamu tersinggung dengan penafsiranku.
Sekarang aku tak mau berbelit-belit dengan permainan kata yang mungkin saja bisa membuat kopi yang berada dimulutmu muncrat kemana-mana, maaf jika aku salah meramal, semoga saja kamu membaca suratku sambil ditemani kopi yang kamu suka.
Langsung saja, saya yang bernama Octavia, anak sulung dari 4 bersaudara menyatakan, bahwa saya jatuh hati dengan caramu meneguk kopi dan semua yang ada pada dirimu. Seperti pepatah yang mengatakan tak ada gading yang tak retak, tak ada kamu aku mati. Upss maaf, aku salah lagi, aku bingung setiap aku berada dan menjalin komunikasi denganmu aku jadi serba salah, mungkin setelah kamu dan aku menjadi kita, aku tak akan telodor seperti ini.
Tuan kopi, ya itu julukan yang tepat untuk kamu, maaf jika kamu marah lagi, tapi bolehkah aku memannggilmu tuan kopi ? atau kalau hal itu membuatmu risih, aku siap terima hukumannya , aku minta jangan yang berat, jangan sampai melukai fisikku, aku tulus mencintai kamu, atau kamu boleh mempermalukan dan melemparku dengan ampas kopi yang telah kau teguk, setidaknya aromanya masih tentang kamu, tetapi aku yakin, kamu tak sekejam itu, ohhh Tuhan, tapi kali ini aku tak salah.
Sebenarnya aku punya sebuah pertanyaan dari beribu pertanyaan misterius tentangmu,
Mengapa bumi ini tak berhenti berputar ? aku tahu, pasti kamu lagi memikirkan jawaban atas pertanyaanku yang konyol ini. Sejujurnya karena aku padamu, aku tak mau sampai kamu pusing untuk menjawabnya, aku cuman ingin mengatakan kalau bumi tak mengijinkan aku untuk berhenti mencintai kamu, iya kamu, Tuan Kopi.
Akhir kata, aku tak ingin membuat sebuah kalimat persuasiv seperti setelah berpidato singkat untuk menarik perhatian kamu, tetapi percayalah aku mencintai kamu.
Cerpen ini karya Octavia Arista Wagur, mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Nusa Cendana Kupang.
Luar biasa
Luar biasa enu molas.. slam sukses buat ite.