Dari konflik ini sudah ada beberapa korban meninggal dan luka serius. Salah satu korban yang meninggal karena kejadian ini ialah Adensio Da Cruz (21), di mana media ini berhasil bertemu dan mewawancarai kakak kandung korban, Aderito Da Cruz di kediamannya, (25/8).
Aderito pun menceritakan kronologis kejadian yang merenggut nyawa adiknya. Di mana awalnya Ia mendengar ada masalah di Tanah Merah dan dirinya pun bersama RT langsung pergi untuk melihat. Namun sampai disana adiknya sudah tertembak dan kesakitan.
Lanjutnya, korban lalu diangkat untuk bangun berdiri dan Aderito langsung membawa adiknya mengunakan motor. Kakinya terseret di jalan dan Ia hanya berpikir bahwa walaupun kaki adiknya putus yang penting nyawa adiknya selamat.
“Saya inisiatif untuk membawanya ke puskesmas oesao.setelah sampai adik saya di rujuk ke RS Naibonat,dan sebelum sampai di RS Naibonat adik saya sudah putus nafas,”ungkapnya.
Menurut Aderito, korban selanjutnya di visum lalu dibawa pulang untuk di semayamkan di kediamannya. Selanjutnya dengan ditemani beberapa anak anak muda, korban lalu dipulangkan menggunakan ambulans.
Sampai di Polres Babau, polisi mengambil alih mobil ambulans dan meminta semua turun. Dan korban dibawa ke RS Bhayangkara yang rencananya akan di otopsi.
Namun karena keluarga tidak mau untuk di otopsi dan maunya di bahwa pulang saja, maka berbagai macam cara dilakukan untuk memulangkan adiknya.
“Alasan tidak mau di otopsi karena adat istiadat dari keluarga kita dan orang tua, dan kita melanjutkan saja,”jelasnya.
Kakak korban berharap proses hukum tetap berlanjut. Sedangkan untuk kematian adiknya, keluarga sudah ikhlas, dan keluarga juga tidak mau ada satu pihak yang di salahkan dari kasus ini.
Laporan: Julio Faria
Editor: Rocky Tlonaen