Kupang-infontt.com,- Mendengar kata petani, pasti terlintas di benak bahwa yang dilakukan mereka (petani) salah satunya adalah menyediakan makanan (dari tanaman) untuk kita semua. Di masa modern, profesi petani sudah tak menarik lagi, apalagi bagi anak muda.
Petani biasa ditemui di desa yang masih memiliki banyak lahan untuk digarap. Sayangnya, budaya modern menyedot minat pemuda desa sehingga mereka meninggalkan desanya. Jika kondisi ini dibiarkan, muncul prediksi profesi petani bakal punah dalam 50 tahun mendatang.
“Kalau profesi petani hilang, siapa yang akan menyediakan makanan bagi kita manusia? Jadi, lebih baik tidak sama sekali bergantung pada orang lain untuk menyediakan makanan kita. Kita juga seharusnya bisa menyediakan makanan sendiri,” ujar Kepala Desa Mata Air, Benyamin Kanuk, S.Pd ketika ditemui infontt.com, Rabu (23/8/2017) di salah satu lokasi taman Eden Desa Mata Air.
Pada kesempatan itu, Benyamin Kanuk memberikan beberapa penjelasan tentang cara menanam serta merawat tanaman hidroponik seperti yang Ia terapkan di desanya.
Benyamin sendiri mendapatkan ilmu tentang cara budidaya tanaman hidroponik ini sejak umur 21 tahun ketika mewakili Kabupaten Kupang melakukan pelatihan hidroponik di Jepang yang pada saat itu Ia masuk dalam kategori Utusan Belajar Pertanian.
“Hidroponik adalah budi daya menanam yang sangat sederhana serta tanpa menggunakan tanah, tapi menekankan pada pemenuhan nutrisi pada tanaman. Dan meskipun tidak menggunakan tanah sebagai media, metode ini tetap harus memerlukan air serta unsur hara lain untuk mendukung pertumbuhan dari tanaman,” jelasnya.
Dijelaskannya, sebagai media tanam, dapat digunakan berbagai macam, seperti sabut kelapa, serbuk kayu dan lain sebagainya. Ini dengan alasan agar dapat mengantisipasi kelangkaan pupuk kimia.
Menurut Benyamin, pola hidroponik sangat cocok diterapkan saat ini. Beberapa tanaman yang bisa dipanen melalui metode ini rata-rata sayuran, misalnya sayuran hijau seperti paprika dan sawi, sayuran buah seperti tomat atau cabai, atau sayuran umbi seperti kentang dan wortel.
“Lebih praktis lagi karena hidroponik juga bisa menggunakan botol-botol plastik air mineral kemasan sebagai pengganti pot. Itu juga sekaligus kita mendaur ulang sampah plastik. Bukan hanya itu, tanaman hidroponik juga bisa memiliki fungsi estetik di ruangan yang sempit,” tuturnya.
Bagi Kepala Desa Mata Air ini, tanaman hidroponik dipilih karena terbukti efektif dan juga dapat meningkatkan program Taman Eden yang saai ini digagas Bupati Kupang, Ayub Titu Eki.
Ia mengatakan, pola hidroponik dapat menghindarkan tanaman dari hama sehingga mampu memaksimalkan panen dan meminimalkan tanaman yang mati.
“Metode ini cukup steril. Lahan garapan saja dibuat green house dan saat berinteraksi dengan tanaman juga memperhatikan faktor kebersihan dan temperatur udara,” katanya.
Selain paprika, Benyamin Kanuk juga membudidayakan tanaman lain seperti kembang kol, apel kom, tomat, sawo, kedondong, stroberi dan masih banyak tanaman lainnya. Budi daya hidroponik tersebut dapat menghasilan sayuran yang lebih berkualitas, juga bebas pupuk kimia sehingga lebih ramah lingkungan dan lebih bernutrisi bagi kesehatan tubuh.
“Terdapat dua teknik bercocok tanam hidroponik, vertikal dan horizontal. Pola ini cocok bagi mereka yang ingin melakukan urban farming. Oleh karena itu, bisa dilakukan di rumah, kantor, sekolah, dan lahan sempit lain. Lebih praktis lagi, tanaman jenis ini tidak terlalu memerlukan sinar matahari tinggi sehingga bisa ditaruh di sekitar dapur atau halaman rumah, meski sebaiknya berada di tempat terbuka,” jelasnya.
Menurutnya, metode hidroponik dipilihnya agar dapat menekan angka beli di pasar. Dan juga dapat dengan mudah dilakukan oleh masyarakat karena tidak menggunakan lahan yang luas.
“Rencana saya bulan Desember akan saya bagikan berbagai macam anakan kepada ibu-ibu di Desa Mata Air untuk ditanam di pekarangannya. Karena cara inilah yang akan mengurangi anggaran belanja sayur ibu-ibu,”ungkapnya.
(*Chris Bani)