Hari Pernikahan
Hari ini, Jumat, 27 Oktober 2017. Sebenarnya tanggal 27 Oktober ini hari bersejarah bagi saya dan isteri. Ya! Pada 27 Oktober 1996, pada tanggal itu kami membuat ikrar sedarah-sedaging. Ikrar itu dilakukan di hadapan hamba Tuhan dalam satu kebaktian utama yang dikemas terpadu dengan peneguhan dan pemberkatan nikah. Hari itu, kitab Yunus dibacakan pada kami seluruh umat Tuhan yang mengikuti kebaktian itu. Pesan penting dari renungan itu adalah, jangan melarikn diri dari tanggung jawab sebagai suami atau isteri.
Lalu, selain dua orang saksi yang menandatangani pada register pencatatan sipil, seluruh umat Tuhan turut menyaksikan peristiwa itu, bahkan turut mendengar kata-kata yang diucapkan oleh suami-suami dan isteri-isteri. Ada lelucon di sana karena ada salah ucap dari seorang suami pada isteri. Anggota-anggota keluarga pun turut menyaksikan peristiwa itu dan mendengar apa yang diucapkan sebagai ikrar setia suami-isteri.
Pada hari yang sama, si sulung menerima sakramen baptisan kudus. Ia sama sekali tidak paham arti baptisan. Lalu, sebagai orang tua, kami berjanji untuk mendidiknya, dalam apa yang disebut sebagai pendidikan keluarga Kristen.
Seiring perjalanan dan bergulirnya waktu, hari ini telah dua puluh satu tahun sudah kami menjalani hidup sebagai sepasang kekasih; suami-istri. Lima orang momongan ada di pangkuan. Sulung menapak hari belajarnya di kampus untuk mencapai gelar keprofesiannya. Kedua baru memasuki dunia perguruan tinggi. Ketiga baru menjadi peserta didik pada sekolah menengah atas. Keempat, masih berseragam putih-merah hingga dua tahun ke depan. Si bungsu baru dua tahun berseragam putih-merah.
Hari-hari bergulir dan waktu tidak ada kesudiannya untuk sejenak berhenti. Ia terus bergulir. Ia pun mendapatkan perwarnaan cemerlang dan atau gelap; atau dan hiasan indah menawan yang mencengangkan dan membanggakan; sembari di baliknya dapat saja berbau busuk.
Cerita masih panjang di belakang hari ini, dan akan terus bertambah panjang di depan hari ini atau sebaliknya akan segera berhenti disebabkan pelakunya telah tiada. Apakah ada yang baik atau buruk …? Mengapa ada yang disebut baik dan ada yang disebut buruk? Adakah orang lain ikut memberi warna pada kebaikan atau keburukan? Dan masih ada sejumlah tanya dapat saja kami tambahkan sepanjang masih ada alur pikir.
Akh…
Author: Heronimus Bani