Rupanya menjadi guru sekolah dasar dan apalagi di pedesaan yang jauh dari hiruk-pikuk kota bukan dambaan banyak orang. Entah apa yang terlintas di benak dan pikir orang, ketika ada pertanyaan tentang tugas apa dan dimana? Lalu jawabannya, guru SD di desa Xn!
Ini seuntai kisah. Suatu hari di satu tempat yang cukup megah di kota, seorang guru mendapat undangan untuk suatu acara keluarga. Sang guru memang dari desa, tugas pokok guru SD. Yang menghelat acara itu sendiri tidak ada hubungan keluarga, tetapi karena pertemanan sebagai guru lewat sosmed, maka jadilah undangan itu dihadiri oleh si guru dari desa.
Sesudah ibadah, ada semacam testimoni, (begitu kata pembawa acara) dari tuan rumah yang menghelat acara ini. Kemasan penyampaian yang mengesankan menggugah rasa gembira dan syukur. Semuanya diakhiri dengan tepuk tangan.
Ada tamu yang memberi hadiah dengan lagu yang digubah secara kebetulan. Sang guru meminta izin untuk menyapa dan memberi buah tangan berupa buku. Sang guru berpikir, yang mempunyai acara itu seorang guru, maka pantas kalau dihadiahi buku. Puji Tuhan, buku yang diserahkan itu karya sang guru dari desa. Buku itu sendiri isinya tentang pandangan dan perasaan sang guru terhadap pendidikan dipandang dari kacamata orang desa.
Setelah basa-basi sejenak bergaya guyon, sang guru mengatakan, “Buku ini ditulis di desa oleh Guru Daerah Terpencil, maka semoga disukai dan dibaca orang kota.” Sang guru yang menghelat acara keluarga itu menerima buku dengan ucapan terima kasih.
Beberapa saat kemudian para tamu berbaur dalam sukacita ramah-tamah. Ada pertanyaan tentang posisi yang pasti pada sang guru desa. Lalu sang guru desa memberi kepastian bahwa memang dia guru SD di desa yang memang jauh dari kota.
Penanya berubah rona wajah. Ia tidak mau melirik pada sang guru desa itu lagi. Sang guru desa disisihkan dalam ruangan itu. Beruntunglah ada temannya yang telah lama berpisah, dan dua orang ibu yang pernah menerima sentuhan sang guru desa yang pernah menjadi guru honorer di kota dua puluhan tahun lalu. Mereka sudi bercerita dengan dengan sang guru desa. Lalu ada dua orang lagi yang pernah satu kampus.
Jadilah sang guru desa orang yang tidak tersisih lagi dalam acara itu.