Ini kisah inspiratif yang dishare seorang teman melalui media Whatsapp. Dapat saja kisah ini sudah dibaca oleh pembaca. Namun, baiklah admin mengulanginya agar ada pembaca lain dapat mengikutinya.
Dikisahkan, seseorang perempuan paruh baya mendaftar menjadi anggota paduan suara/koor di gereja dimana ia menjadi umat/jemaat. Suara yang dimilikinya sungguh bukan suara mas laksana para biduan. Ia mendapat pretest oleh pemimpin koor di gereja itu. Karena suaranya kurang baik untuk dipadukan dengan rekan-rekannya yang sudah mendaftar terlebih dahulu, maka semestinyai ia tidak diterima. Ya, ditempatkan pada posisi sopran, tidak bisa. Mezzo sopran, susah. Alto, oh my god. Walau begitu, ada sesuatu yang dimiliki perempuan paruh baya ini; keseriusan, ketekunan dan semangatnya yang selalu penuh dengan optimisme. Ia bertanggung jawab bila diberikan kepercayaan. Maka, ia tetap diterima.
Sejak itu ia ikut berlatih. Ia sungguh-sungguh dan tekun. Saking tekun dan setianya sampai ia selalu mengulang, mengulang dan terus mengulang lagu-lagu yang dilatihkan kepada mereka, dan padanya juga.
Perempuan paruh baya ini tinggal di satu unit apartemen di lantai lima. Apartemen itu dikenal sebagai tempat yang rawan pencurian. Suatu malam, ketika ia pulang sedang berlatih, ia melihat seseorang lelaki dengan tingkah yang mencurigakan di sekitar lantai lima aparteman yang ia huni.Perempuan paruh baya ini berkeringat karena ketakutan. Ia merasa ada bahaya mengancam nyawanya. Walau takut, ia memberanikan diri untuk bernyanyi juga. Nyanyian itu dipakainya sebagai senjata untuk melindungi diri dari ketakutan. Lagu yang dinyanyikan adalah yang telah dilatihkan bersama di dalam paduan suara/koor gereja
“Ketika kamu berjalan dalam badai sekalipun, jangan takut, sebab kamu tidak berjalan sendirian. Allah ada di sana menyelamatkanmu.”
Lagu itu diulang beberapa kali sampai ia berada di kamarnya. Nafasnya ditarik dalam-dalam. Lega. Ia pun menuju pembaringannya, dan tidur pulaslah dia.
Keesokan harinya ketika ia bangun, ia menemukan secarik kertas di bawah pintu kamarnya. Tulisan di kertas itu berbunyi:
“Saya sama sekali tidak mengenalmu, tetapi TERIMA KASIH BANYAK atas lagu yang kamu nyanyikan tadi malam. Ketika kamu berjalan dalam badai sekalipun, jangan takut, sebab kamu tidak berjalan sendirian. Allah ada di sana . menyelamatkanmu. Sebenarnya saat itu aku sedang putus asa, tak ada lagi harapan. Aku sudah mau bunuh diri r dengan melompat dari lantai lima apartemen ini. Aku punya alasan kuat mengapa hal itu mau kulakukan. Aku sangat-sangat depresi. Tetapi, ketika aku mendengar lagumu, aku batalkan niatku bunuh diri. Terima kasih banyak telah mengingatkanku, bahwa IA ada bersamaku juga. Aku tidak sendirian.”
Perempuan paruh baya itu pun terharu. Suaranya yang kurang baik telah menyelamatkan orang lain. Kita pun memetik pelajaran berharga dari kisah ini. Kita masing-masing pasti mempunyai karunia yang dipercayakan oleh Tuhan kepada kita. Bukan soal besarnya anugerah itu, tetapi kesetiaan dan ketekunan untuk mengembangkannya bagi kebahagiaan diri, dan menjadi berkat bagi sesama dan kemuliaan Tuhan.
“Kita tidak dipanggil untuk sukses, tetapi untuk setia.” (Ibu Teresa, Calcuta)
Sent by: Ev. Yeskiel Langmai