Mencari Keadilan, Menanti Harapan
Oelmasi-infontt.com, Akhir-akhir ini banyak sekali informasi yang kita dengar tentang dunia pendidikan. Banyak sekali yang membicarakan nilai positif dari pendidikan, namun tak sedikit juga yang melihatnya dalam pandangan negatif. Pertanyaannya, apakah masyarakat hanya melihat dari satu sisi dunia pendidikan ini? atau memang selera pandangan dan berbicara setiap orang berbedah-bedah.
Coba kita lihat di berbagai media sekarang ini, entah itu televisi, radio, media cetak maupun media online. Bisa kita lihat sebagian dari media hanya mengangkat pendidikan dari sisi permasalahannya tanpa ada solusi atau timbal balik dari permasalahan tersebut. Mengapa demikian? Ya karena ketika wacana permasalahan pendidikan mulai bermunculan di permukaan, maka tak ada satu pun penguasa jabatan yang akan berani berbicara apalagi mau menyalahkan dirinya sendiri. Maka dari itu, jangan heran jika negeri ini tetap diliputi permasalahan. Dan sampai kapan pun masalah pendidikan tidak akan pernah selesai.
Dari pandangan sederhana ini kita dapat menyimpulkan bahwa, sejak dulu hingga sekarang ini keadaan Indonesia tidak pernah meengalami perubahan yang signifikan. Kaum kapitalis tetap merajalela dan berkuasa di negeri ini, membuat rakyat semakin sengsara dari tahun ke tahun. Bagaimana masyarakat dapat menikmati pendidikan yang layak, jika masalah pendidikan ini dilihat sebelah mata.
Jadi, ini sebenarnya sengaja dibiarkan oleh penguasa (saya sebut saja penguasa bukan pemerintah) karena kita melihat bahwa rakyat gampang sekali dibodohi dan menurut saja dengan apa yang penguasa lakukan dan perintahkan. Karena, apabila rakyat mendapatkan pendidikan, rakyat akan menjadi pintar dan mengerti, sehingga mereka pun akan dengan sadar memberontak kepada penguasa. Jaminan hidup untuk rakyat hanya menjadi slogan klasik tanpa ada realisasi yang jelas.
Banyak bantuan pendidikan yang dikucurkan ke berbagai daerah. Contohnya, Dana Alokasi Khusus (DAK), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Banntuan Sosial (Bansos). Namun bantuan-bantuan tersebut tidak bisa menjamin selamatnya dunia pendidikan dalam berbagai permasalahan ekonomi. Sifat kontrol yang kurang dari pemerintah pun harus segera di sikapi dan ditindaklanjuti.
Kontrol dari pemerintah sangat dibutuhkan, agar dana yang di alirkan ke sekolah-sekolah bisa terealisasi dan tepat sasaran tanpa ada lima puluh rupiah pun yang di kebiri atau dikorupsi oleh pengelolah dan penanggungjawab dana-dana tersebut.
Yang kita lihat akhir-akhir ini, sifat kontrol pemerintah hanyalah slogan belaka tanpa ada aplikasi nyata. Penguasa tetap didominasi oleh kapitalis. Pemodal-pemodal menguasai perintah dan hukum. Rakyat semakin sengsara dan semakin parah lagi, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Jaminan pendidikan, kesehatan dan asasi tetap tidak dihiraukan oleh pemerintah. Semuah lapisan kehidupan bernegara dipenuhi oleh unsur kepentingan.
Kita sudah mendekati akhir tahun 2015. Artinya musim hujan sudah siap menanti kita beberapa bulan lagi. Masih banyak masalah pendidikan yang belum mampu di selesaikan di tahun 2015 ini. contohnya sekolah-sekolah darurat, kelas filial, pembangunan gedung sekolah yang masih berjalan, wc siswa dan guru yang masih belum terawat dengan baik dan masih banyak lagi masalah-masalah yang ada di negeri ini, khususnya dearah Nusa Tenggara Timur (NTT).
Di NTT banyak masalah yang belum diselesaikan di tahun ini. yang lebih fatal adalah gedung darurat. Banyak sekolah yang tidak kebagian dana. Maka dari ini pihak sekolah berinisiatif untuk membangun gedung sekolah darurat. Contohnya, Sekolah Dasar Negeri Oematmuti, yang terletak di Desa Oematmuti, Kecamatan Amabi Oefeto Timur Kabupaten Kupang. Sekolah yang dibangun pada tahun 2007 ini dari tahun ke tahun semakin bertambah jumlah siswanya. Ini membuat pihak sekolah dan komite kewalahan,karena gedung yang ada tidak mencukupi untuk menampung jumlah siswa yang banyak.