By: Heronimus Bani
Mama, …
Ketika tanpa sengaja aku memandang potretmu,
Aku terkenang padamu.
Mama,
Pada rahimmu Tuhan menitipkan anak dan anak-anak-Nya,
Mama menyebut anak dan anak-anak-Nya sebagai anak
dan anak-anakmu,
Buah cinta, kasih dan sayang Papa dan Mama,
Aku satu di antara anak dan anak-anak-Nya, anakmu
Aku menikmati dan merasakan cinta yang kau lulurkan padaku
dan pada kami anak-anakmu,
Aku melihat kebesaran jiwa dan kemuliaan kasihmu,
Ketika harus menjadi isteri dari suami, mama dari anak-anak.
Mama,
Ketika aku bengal, kau menghajariku.
Ketika aku alpa, kau mengajariku.
Ketika aku menunjukkan kemunafikan, kau mengingatkanku.
Ketika aku mempertontonkan kebaikan, kau memujiku.
Ketika aku sakit badan, kau menutrisi dan mengobati.
Ketika aku tersakiti emosi, kau mengobatinya dengan cinta kasih.
Mama,
Apakah aku anak yang berbakti?
Ketika kau sakit, kucobakan terapi kesembuhan,
Ketika ajal mendekat, kubawakan ramuan penunda kematian,
Sayangnya, ramuan itu tak dapat menahan tarikan nafas terakhirmu,
Dan…
suamimu menangisi jasadmu,
anak-anakmu meratapi jasamu,
sanak dan kerabat meraung di sekitar jenasahmu.
Sementara itu…
Para penghibur berkata klise, “Itu kehendak Tuhan!”
Lantas sang imam meneguhkan tanpa beban, “Ia telah berada di sisi Tuhan!”
Lantas aku berada di pihak tak berdaya,
untuk menyandarkan tubuh lemah di tembok keimanan.
Berharap mendapatkan kekuatan ketika aku tak dapat berbakti pada mamanda.
Mama,
Hari-hari berlalu tanpa dirimu di sisi kami bersama ayah,
Ia renta fisik,
Namun …
Ia masih dapat menghitung anak, menantu, dan cucu.
Ia masih dapat menyaksikan sukacita
pada mereka yang telah melewati jenjang kesulitan dan kepahitan.
Ia turut hanyut dalam dukacita
pada mereka yang diterjang badai kegetiran hati.
Ia mengisi ruang dan peluang dengan kehampaan ide.
Sementara mamanda terbaring kaku tanpa senyum,
Padahal, …
Bila saja mamanda dapat tersenyum…
Senyum itulah yang pernah disunggingkan padaku dan kami anak-anakmu.
Senyum terindah yang pernah diberikan pada pemuda pujaan hati, suamimu,
papa ku, papa kami.
Senyum manis pencerah wajah dan pelipur hati pada mereka di sekelilingmu.
Mama …
Tersenyumlah di penghujung hari suamimu, papaku, papa kami.
Tersenyumlah di lintasan waktu untuk anak, menantu dan cucumu… .
Koro’oto, 24/05/2016, 21:50