Ba’a, infontt.com. Kalimat pada judul ini seakan menjadi ajian sakti mandraguna dari seorang Drs. Leonard Haning, M.M, bupati Rote-Ndao. Dalam perbincangan dengan PiUm infontt.com di ruang kerja bupati Rote Ndao, sang bupati yang fenomenal karena telah 3 kali masuk MURI dari kabupaten terdepan di selatan NKRI ini mengatakan, “Saya tidak muluk-muluk dalam menulis. Saya praktisan, aplyer sehingga menulis bagi saya sangat penting walau tidak banyak hal yang bersifat teori,” urainya.
“Hal-hal yang bersifat teoritis itu berada dalam ranah para pengkaji,” lanjutnya.
PiUm infontt.com yang secara ekslusif berbincang dengan bupati, mendapat kesan bahwa sang bupati kaya dalam ungkapan yang bernuansa filosofis. Ia menyampaikan isi hatinya dalam kalimat yang sangat metamorfom, symbolism sehingga dibutuhkan terjemahan dan interpretasi atas ucapan-ucapannya.
Di akhir percakapan dengan PiUm infontt.com, sang bupati menghadiahi tiga buah buku. Dua di antaranya tulisannya sendiri dan satu lagi ditulis bersama Prof. Henukh.
“Kalau suka, baca. Kalau tidak suka, simpan saja. Nanti suatu hari anak-cucu kita akan membacanya.” Begitu ia berpesan ketika menyerahkan ketiga buku itu.
Buku-buku yang diserahkan itu masing-masing: 1) Mengentaskan Kemiskinan mensejahterakan rakyat Rote-Ndao; 2) Hati Emas Sulung Rote-Ndao Lens Haning; 3) Rote Mengajar punya cerita. Mungkin ingin membacanya? (roni)
Tulis Apa Yang Dikerjakan, Kerjakan Apa Yang Ditulis
