Sudut Pandang Umat Pedesaan pada Tema Natal Oikumene 2022

Tema Natal 2022; Sumber: pgi.or.id

Pengantar

Hari Minggu (27/11/22) dalam kebaktian/misa Minggu Pertama Advent 2022, di dalam ruang gedung gereja terpampang tulisan, tema natal PGI – KWI 2022. Semua umat/jemaat yang hadir dalam kebaktian/misa itu membaca diam tulisan ini, melihat dengan perasaan pada karikatur yang disertakan di sana, lalu pada satu frasa tulisan yang diambil dari Matius 2:12, … pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.

Umat Kristen (Protestan dan Katolik) di Indonesia akan mempunyai respon pada tema yang ditetapkan bersama oleh dua organisasi keagamaan ini. Respon, refleksi dan pemaknaan yang variatif kiranya akan berdampak pada interaksi individu dan komunitas umat beragama, baik sesama penganut Kristen dan Katolik maupun dengan penganut agama lainnya.

Bacaan Lainnya

Tema ini tentu mengandung sejuta nilai dan makna yang universal, yang oleh karenanya perayaan natal tahun 2022 akan berwarna secara berbeda tetapi meresap nilai dan makna itu dalam darah, jiwa dan roh umat beragama khususnya umat Kristen.

Tulisan ini mengantar sudut pandang umat pedesaan pada karikatur dan tema… pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.

Teks dan konteks Matius 2:1-12

Matius 2:1-12 mencatat kisah tentang kedatangan orang majus dari Timur. Siapakah mereka? Tidak dijelaskan secara rinci nama mereka, tetapi jelas di sana sebagai majus. Tentu Penulis Injil Matius sadar bahwa menggunakan kata μάγοι (magoi) pasti dengan mudah dipahami oleh pembacanya yakni kaum Yahudi Kristen mula-mula. Bagaimana dengan kaum Kristen di luar Yahudi? Hal ini tentu menjadi pengetahuan baru, sekalipun bila sudah mengetahuinya, maka orang mulai meraba-raba dengan ilmu cocokologi sehingga kiranya ada kecocokan pada lokus dimana pembaca itu berada.

Dalam teks Penulis Injil Matius menguraikan bahwa para majus berangkat dengan melihat petunjuk dan tuntunan dari bintang. Bintang yang terbaca sebagai tanda adanya seorang raja yang baru lahir. Ia lahir di suatu tempat yang tidak diketahui oleh mereka, maka ketika mereka berada di perjalanan, mereka bertanya-tanya. Mereka bukan saja melihat gerak bintang itu, tetapi juga bertanya pada siapa pun yang mereka temui.

Mereka akhirnya tiba di kota Yerusalem dimana Herodes bertakhta. Gemparlah kota besar itu, kota dengan segala hingar-bingar riuh rendah beragam kegiatan: sosial, ekonomi, politik dan religi. Penduduk kota tertegun mendengar pertanyaan orang majus yang sekaligus sebagai berita tentang kelahiran raja baru. Raja yang tidak diketahui dimana tempat kelahirannya di satu kota setenar Yerusalem, apalagi di sana bertakhta Raja Herodes. Bukankah bila raja baru lahir, mesti dari dalam kalangan istana? Mengapa pertanyaan itu ada di ruang publik?

Herodes pun terkejut, sehingga ia memanggil orang majus dan bertanya pada mereka tentang raja baru itu, tempat kelahirannya, dan niatnya untuk bertemu bila sudah jelas lokasi/tempat dimana ia dilahirkan.

Herodes mengetahuinya melalui nubuatan. Para ahli kitab menyampaikan nubuatan para nabi. Mereka mengutip apa yang ditulis nabi Mikha. Lalu, dengan berbisik Herodes meminta agar orang majus pergi, bila sudah menemukannya, kembali kepadanya agar ia pun meluangkan waktu bertemu dengan sang raja baru itu.

Herodes tentu geram, ia sama sekali tidak dapat bertemu lagi dengan orang majus. Mereka mendapatkan peringatan agar tidak kembali kepada Herodes. Oleh karena itu,  pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.

Pulanglah Mereka ke Negerinya melalui Jalan lain

Siapakah di antara kita yang merindukan kecelakaan?  Tidak satu pun merindukan kecelakaan di jalan ketika sedang mengadakan perjalanan. Perjalanan dengan menggunakan kendaraan darat, laut dan udara, selalu ada harapan agar kecelakaan tidak terjadi, keselamatan menjadi prioritas agar semua penumpang tiba di tempat tujuan dengan membawa diri sehat dan utuh selamat. Itulah kira-kira harapan bila berada di perjalanan.

Kereta api yang dioperasikan di aras rel baik rel biasa maupun rel listrik, siapa yang dapat memastikan bahwa tidak akan tergelincir? Dalam kalkulasi yang paling jitu sekalipun pada suatu waktu akan tergelincir. Begitu pula, pesawat terbang dan kapal laut, ferry penyeberangan dan kendaraan roda dua dan empat dan sejenisnya. Semuanya diciptakan untuk melancarkan perjalanan orang dan barang tanpa kecelakaan.

Orang majus mendapatkan peringatan ketika akan pulang ke negerinya. Jalan yang mereka lintasi ketika datang ke Yerusalem dan sekitarnya hingga bertemu dengan Sang Raja Baru lahir sudah ada dalam pengetahuan. Mereka tidak akan bertanya-tanya ke arah Timur mesti lewat jalan yang mana, tetapi mereka harus urungkan niat. Mereka mesti kembali melalui jalan lain.

Pilihan jalan lain secara georgrafis dapat saja terjadi. Ada pepatah, banyak jalan ke Roma. Pepatah ini secara faktual dapat diterima oleh karena jalan menuju Roma dapat dipilih dari mana berangkatnya, kota mana yang disinggahi atau tidak perlu disinggahi, hingga akhirnya tiba di Roma. Makna di balik pepatah itu yang kemudian memberi ruang refleksi, dan pemaknaan. Orang dapat mencapai tujuan dengan beragam cara. Maka, ada pula yang mencapai tujuan dengan cara yang tidak selalu membuat nyaman orang yang merasakan. Bila cara yang ditempuh itu menyenangkan dan memuaskan, dipastikan menjadi inspirasi dan motivasi pada orang lain.

Bagaimana dengan orang majus yang memilih jalan lainpada teks ini. Jelas mereka sudah memilih jalan lain itu. Mereka telah kembali dengan kisah bahwa mereka telah bertemu dengan Sang Raja Baru lahir itu. Bumbu penyedap kisah dapat saja ditambahkan ketika mereka bercerita dengan siapa saja, tetapi siapa yang mengetahuinya di sini?

Jalan lain kiranya dapat dibaca pula sebagai cara lain.  Jadi, jika jalan lain yang dimaksudkan itu jalan darat yang lain, maka ketika berada di dunia modern, jalan lain itu menjadi cara lain, melalui darat tetapi berkendaraan pilihan, di laut atau sungai dengan kapal dalam kualitas tertentu, dan di udara dengan jenis pesawat bermesin tertentu pula. Itulah cara lainnya, tetapi apakah itu yang dimaksudkan? Tentu maknanya bukan saja secara harfiah saja, tetapi makna implementatif, praktis yang dapat dipahami untuk menghidupkan roh dan jiwa yang lapar dan haus akan Firman Tuhan.

Tuhan sendiri mempunyai variasi cara untuk bertemu dan berbicara dengan manusia baik sebagai perorangan maupun dalam komunitas. Ia dapat bertemu langsung dengan orang yang disasar, memerintahkan malaikat-Nya, menggunakan hewan/ternak, mimpi sebagai petunjuk atau penyataan umum di alam semesta hingga Firman menjadi Manusia Tulen. Itulah kira-kira cara-cara yang tidak selalu sama dari Tuhan untuk bertemu dengan manusia. Perbedaan cara tidak mengurangi esensi nilai pertemuan, justru dengan variasi cara, orang memahami bahwa Tuhan tidak statis, stagnan, dan konstan. Tuhan selalu luwes dalam pemanfaatan cara yang dari-Nya untuk manusia yang Ia cipta, bangunkan dan hidupkan.

Nah, jika demikian, bagaimana memaknai jalan lain ke negeri kita? Tidakkah negeri Timur orang majus berbeda dengan negeri kita? Negeri Timur para majus tentu merupakan impian kebahagiaan dan kedamaian dari mereka sendiri, karena itulah negeri dimana mereka lahir, dibesarkan, belajar dan akhirnya membesarkan nama mereka di sana. Jika itu salah satu maknanya, bukankah kita perlu kembali ke negeri asal kita untuk belajar bagaimana membesarkan diri dan membesarkan kemuliaan Tuhan? Kita dapat memastikan bahwa para majus ketika kembali ke negerinya mereka tidak berdiam diri. Mereka menjadi pencerita (penginjil) baru yang menggebu-gebu, bersemangat. Jalan atau cara lain telah mereka lakoni bukan soal jalan yang terlihat, tetapi cara yang dirasakan dan dinikmati, bahwa ada perubahan pada olah pikir, olah rasa, sikap, ujar dan akta.

Mari sekadar melirik cara kita memahami Firman Tuhan yang sudah kita dengarkan atau yang sudah dibaca. Mungkinkah ada cara lain untuk memahaminya?Bisa saja. Maka, berpikir, berefleksi dan berilah diri untuk mengubah caramu, karena Firman Tuhan baik yang didengar atau dibaca, telah diilhamkan Tuhan (dalam mimpi) sebagaimana Tuhan mengilhamkan Kata-kata peringatan kepada para majus. Mereka pun tanpa ragu menggunakan cara lain untuk kembali ke negerinya tanpa cacat.

Penutup

Umat Kristen Indonesia segera memasuki Minggu-Minggu Advent hingga Natal 2022 ini dengan sentral … pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain. Umat Kristen di Indonesia berada dalam zaman yang serba cepat perubahannya sehingga orang mesti segera beradaptasi dengan perubahan itu. Jalan dan cara lain perlu segera dibenahi agar dapat melintas di sana. Jalan dan cara lain itu akan mengantar kita pola dan gaya hidup yang berada dalam arus perubahan zaman tanpa harus ketinggalan zaman itu.

Keimanan kita tidak sedang mengikuti arus, tetapi ejawantah keimanan semestinya berbeda, yang dapat dimaknai sebagia jalan dan cara lain yang memungkinkan ada tampil beda, yang membedakan dari antara penganut agama. Umat manusia di Indonesia merupakan penganut-penganut agama monoteis dan penganut kepercayaan, yang kiranya secara sekularis diasumsikan sebagai sama saja, sehingga dengan mudah orang saling berterima. Sesungguhnya tidaklah demikian. Penganut agama A berbeda dengan agama B, pencirikhasan pada mereka bukan sekadar karena tampilan fisik, tetapi tampilan rohani. Kiranya itu menjadi jalan lain atau cara lain yang membedakan oleh karena merindukan untuk melaksanakan peringatan/Firman Tuhan dalam masa Advent, Natal dan seterusnya bukan karena alasan hari keagmaan.

 

 

Penulis: Pnt. Heronimus Bani/MJ GMIT Pniel Tefneno’ Koro’oto

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *