Siapakah Keluargaku?

Siapakah Keluargaku?

  • (Renungan singkat di senja dalam hari-hari perayaan Bulan Keluarga)
  • Pertanyaan seperti pada judul di atas mengantar orang untuk segera mengatakan, “ini konyol!” Orang Amarasi akan mengatakan, “Nahiin, mes nataan antein’!” Tapi, orang manakah yang segera mengetahui keluarganya?

    Bacaan Lainnya

    Heronimus Bani
    Orang Amarasi mengenal umi nanan, nonot, nonot-asar. Mereka adalah keluarga. Ini harga mati dalam budaya keluarga orang Amarasi. Maka, mereka mengenal keluarga besar. Tidak ada keluarga kecil. Maka, sering terdengar istilah, in koitn ee mafaun, yang terjemahannya lurusnya, di belakang dia tebal. Ini hanya gambaran istilah tentang orang yang mampu mengayomi keluarganya sehingga sejumlah besar orang dapat mendengarkan suara panggilan, undangan, kabar, dan sejenisnya. Hanya orang tertentu saja yang mampu melakukan hal ini yang kepadanya disematkan istilah, in koitn ee mafaun.

    Lalu, jika kita merujuk pada judul, sebenarnya, siapakah keluargaku? Jawabannya, tentu saja: suami-isteri-anak. Bagi seorang ayah, keluarganya adalah isteri dan anak-anak yang dicintainya dan diayominya. Bagi seorang ibu, keluarganya adalah suami dan anak-anak yang dikasihinya dan dibimbingnya. Bagi anak (dan anak-anak), keluarga adalah orang tua yang mengasihi, mengayomi dan membimbing. Mereka yang berada di luar garis itu tetap disebut keluarga karena mereka menjadi bagian dari keluarga kecil. Atoin’ Meto’ menyebutkannya dalam Uab Meto’ dengan istilah aok-bian, aon-bian, aom-biam terjemahannya adalah, badan sebelah.

    Jadi, jika “badan sebelah” sakit, maka itulah keluargamu, maka kunjungilah dan kuatkanlah. Bila “badan sebelah” senang, itulah keluargamu, jadi bergembiralah bersamanya sambil mengingatkannya agar tidak lupa daratan. Bila “badan sebelah” mengundang karena noon reko – noon re’uf, datanglah karena dialah keluargamu. Mungkin ada yang perlu disampaikan sebagai nasihat dan peringatan. Mungkin saudara akan mendapatkan sesuatu darinya sebagai nasihat dan peringatan pula.

    (Bdk Mat 12:46-50; Mrk 3:31-35; Luk 8:19-21)

    Pos terkait

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *