Mulut Maut di Kubur Batu

Maut
Kematian
Kehancuran raga
Berkeping rasa
Kau menjemput
Kami memasrahkan diri

Dia, Mesias Utusan Tuhan
Dia, Anak Domba Allah
Dia, tiada keluh dalam peluh darah-Nya
Dia, tiada kata umpatan dalam bulian pada-Nya
Dia, merelakan tangan-Nya direntang
Dia, membiarkan tangan-Nya dipakukan
Dia, menundukkan kepada-Nya
Dia, membiarkan makhota duri menikam
Dia, tak menggunakan kaki-Nya untuk menendang
Dia, membiarkan kaki-Nya dipakukan
Dia, membiarkan sekujur tubuh-Nya hancur dilukai
Dia, membiarkan darah-Nya dicurahkan bagai pancuran air
Dia, menyerahkan jiwa dan raga-Nya

Bacaan Lainnya

Kaum agamis penyebar retorika fandalis nan fanatis
Mereka melihat dari dekat sambil menepis hati yang risau
Kaum penguasa singgasana demokrasi memberi pilihan
Mereka mencuci tangan pada fakta keterpilihan
Mereka menyusup dalam ketenangan raga
Mereka mengabaikan rasa humanis

Kaum marginal menangis di pinggir jalan
Mereka tak dapat menghalau pilu, sedih dan kecewa
Mereka tak mampu berdiri di atas kaki tak berdaya
Mereka tak dapat menengadah untuk sekedar melirik
Mereka membuang muka menjauh dari perih milik Mesias

Mulut bumi dibukakan
Jasad dibungkus dan diluluri aroma dukacita
Pintu kubur ditutup dan dimeterai penguasa
Akankah kisah-Nya berakhir di dalam kuburan?
Perempuan-perempuan Galilea menyaksikan sendiri
Letak dan metode penguburan sang Jasad mulia
Di sana kisah berakhir di jagad kasar.

Pintu terkuat mana pun
Meterai terbaik mana pun
Orang terkuat mana pun
Kuasa terhebat mana pun
Semua yang ada di jagad kasar
Tak dapat menahan Jasad mulia Sang Mesias.

Ia bangkit
Ia telah bangkit
Babak dan kisah baru dimulai
Kubur itu tak dapat menahan Diri-Nya

Koro’oto, 3 April 2021
Heronimus Bani

 

Pos terkait